Ketua Komite Ekonomi Nasional (KEN), Raden Pardede
menyatakan, peningkatan utang luar negeri Indonesia tidak berdampak
positif terhadap pertumbuhan ekonomi nasional. Dampaknya, Debt Service
Ratio (DSR) menurun sejalan dengan tidak meningkatnya pertumbuhan
pendapatan.
Dari data Bank Indonesia (BI), utang luar negeri (ULN) Indonesia pada
Maret 2014 mencapai USD 276,5 miliar atau setara Rp 3.156,8 triliun.
Utang luar negeri swasta tumbuh 8,7 persen dibandingkan dengan posisi
Maret 2013. Posisi ULN tersebut terdiri dari ULN sektor publik sebesar
USD 130,5 miliar dan ULN sektor swasta USD 146,0 miliar.
"Nah, kalau utang besaran nominalnya naik sementara pertumbuhan
pendapatan menurun otomatis DSR-nya naik. Itu sudah otomatis," ucap
Pardede di kantor Kementerian Koordinator Perekonomian, Jakarta, Selasa
(20/5).
Dia mengingatkan, rasio utang yang terus menerus meningkat membuat
kondisi semakin rentan. Hal ini akan berdampak berkurangnya kepercayaan
akan kemampuan untuk membayar utang luar negeri.
Tak hanya itu, uang luar negeri yang meningkat menyebabkan defisit
pada transaksi berjalan (current account) dan rasio permodalan atau CAR
semakin tinggi. Sehingga mempengaruhi nilai tukar rupiah terhadap dolar
AS.
Meningkatnya utang luar negeri diyakini menjadi beban untuk
pemerintahan yang baru. Pemerintahan mendatang harus membenahi kinerja
ekspor impor sebagai bagian dari upaya menggenjot pendapatan sekaligus
memangkas defisit transaksi berjalan. "Impor ekspor harus dibenerin,"
ucapnya
Sumber : Merdeka.com