Equity World Futures - JAKARTA, KOMPAS.com - Hari
raya Idul Fitri merupakan momentum yang paling ditunggu-tunggu umat
muslim yang ada di seluruh penjuru dunia untuk merayakannya bersama
keluarga dan sanak saudara.
Tradisi untuk pulang ke kampung halaman saat Lebaran tiba ini sering disebut dengan tradisi mudik.
Berbagai
cara ditempuh untuk bisa mudik dan bertemu keluarga dan sanak saudara
di kampung halaman. Mulai dari menggunakan transportasi darat, laut
hingga udara. Biasanya, harga tiket mudik naik beberapa kali lipat
dibanding tiket reguler.
Antusiasme masyarakat merayakan Lebaran
bersama sanak keluarga tersebut dimanfaatkan oleh perusahaan-perusahaan
transportasi untuk meraup keuntungan dengan menaikan tarif.
"Peminat
mudik baik itu mengunakan moda transportasi darat, laut dan udara masih
tinggi," kata pengamat transportasi, Djoko Setidjowarno kepada Kompas.com, Kamis (23/6/2016).
Namun, apakah dengan menaikan tarif akan memberikan dampak yang besar ke pergerakan saham emiten transportasi?
Misal,
ke saham perusahaan penerbangan pelat merah PT Garuda Indonesia
(Persero) Tbk (GIAA), atau ke saham perusahaan transportasi darat PT Eka
Sari Lorena Transport Tbk (LRNA).
Head of Research NH Korindo
Securities Indonesia (NHKSI) Reza Priyambada mengatakan, jika melihat
tren yang ada, pola pergerakan harga saham kedua emiten tersebut pada
momentum puasa dan lebaran justru mengalami penurunan. Mengapa?
Reza
memaparkan, idealnya saham perusahaan transportasi naik saat menjelang
Lebaran. Tetapi kenyataannya tidak. Dalam beberapa tahun terakhir,
selama periode Lebaran tidak terlihat adanya kenaikan harga saham,
tetapi justru malah melandai.
Berdasarkan data YahooFinance,
pada 6 Juni mengawali bulan puasa, harga saham GIAA berada di level Rp
482 per saham. Lalu pada pertengahan Ramadhan atau 22 Juni 2016, harga
saham transportasi udara pelat merah tersebut berada di level Rp 488 per
saham.
Sementara saham LRNA pada 6 Juni 2016 berada pada level Rp
110 per saham, dan hingga 22 Juni 2016 berada di level Rp 114 per
saham.
Pada Ramadhan 2015 lalu, pergerakan saham GIAA mengalami
penurunan. Dilihat sejak mengawali bulan puasa 18 Juni 2015 lalu, harga
saham GIAA berada pada level Rp 449 per saham dan menjelang Lebaran pada
perdagangan 15 Juli 2015, harga saham GIAA justru turun ke level Rp 431
per saham.
Begitu pun dengan pergerakan saham LRNA. Pada 18 Juni
2015 lalu, harga saham LRNA berada pada level RRp 226 per saham.
Sementara menjelang Lebaran pada perdagangan 15 Juli 2015, harga saham
LRNA justru turun ke level Rp 186 per saham.
Apakah harga saham
GIAA dan LRNA akan terus naik, atau justru melandai pada Ramadhan tahun
ini? Menurut Reza, jawabannya kemungkinan saham transportasi akan
melandai menjelang Lebaran, sama seperti tahun lalu.
Penyebabnya,
menurut Reza, masyarakat yang melakukan mudik masih mengandalkan
kendaraan pribadi sebagai moda transportasi yang dijadikan pilihan untuk
menuju ke kampung halamannya.
"Meskipun peak season tapi kan orang tetap terbagi pemakaiannya, enggak cuma pakai armada dari GIAA atau LRNA," pungkas Reza. Equity World Futures