Gerakan saham-saham di pasar Asia cenderung
beragam pada awal perdagangan hari ini, Selasa, 14 Oktober 2014.
Perdagangan di pasar saham kawasan Asia sepertinya tidak terlalu
terpengaruh penurunan saham AS dan sentimen kecemasan investor di Wall
Street AS terkait tanda-tanda pelambatan pertumbuhan global.
Seperti diberitakan CNBC, saham di pasar AS jatuh pada penutupan perdagangan Senin, terseret oleh penurunan saham di sektor energi dan maskapai penerbangan
di tengah kekhawatiran atas penyebaran Ebola. Indeks S&P 500
ditutup turun 1,7 persen, sedangkan indeks Dow Jones turun 1,3 persen.
Adapun indeks Nasdaq turun 1,5 persen.
Indeks Nikkei di bursa
Tokyo pagi ini melemah 2 persen. Indeks acuan pasar saham Jepang ini
melanjutkan estafet penurunan dari rekanannya di pasar saham AS pada
penutupan bursa Senin dengan jatuh ke level terendah dalam rekor dua
bulan terakhir pada awal perdagangan Selasa. Penguatan nilai tukar mata
uang membenani sentimen di pasar, yen diperdagangkan pada level 107,3
per dolar AS.
Saham eksportir Jepang memimpin penurunan indeks
Nikkei. Suzuki Motor merosot lebih dari 4 persen. Sementara itu, Nissan
Motor dan Toyota Motor masingt-masing turun 3 persen.
Indeks
S&P ASX 200 di bursa Sydney menguat 0,5 persen pada awal
perdagangan. Indeks patokan pasar saham Australia ini membalas kerugian
dengan ditopang reli saham penambang.
Saham Fortescue Metals
naik hampir 8 persen, sedangkan saham Rio Tinto dan BHP Billiton menguat
lebih dari 2 persen. Penguatan saham penambang ini dipengaruhi kenaikan
harga bijih besi 4 persen ke level US$83,10 kemarin.
Adapun
indeks Kospi di bursa Seoul naik 0,2 persen. Indeks utama pasar saham
Korea Selatan ini masuk zona hijau pada awal perdagangan dengan didukung
kinerja saham blue chips.
Antara lain saham SK Innovation yang menguat 5,4 persen dan saham Samsung Electronics yang naik 1,7 persen.