Jumat, 19 Mei 2017

5 Kondisi yang Meningkatkan Risiko Serangan Jantung

PT Equityworld | 5 Kondisi yang Meningkatkan Risiko Serangan Jantung
 

PT Equityworld | Serangan jantung merupakan salah satu penyakit kardiovaskular paling umum. Ragam penelitian mengungkap kondisi-kondisi yang dapat meningkatkan risiko mengalami serangan jantung.

Mulai dari faktor eksternal hingga penyakit infeksi, dikutip dari detik.com, 5 kondisi yang dapat meningkatkan risiko mengalami serangan jantung.

Apa saja?

1. Infeksi saluran napas

Hasil penelitian yang dilakukan oleh University of Sydney menyebut sekitar 17 persen partisipan mengalami infeksi saluran napas 7 hari sebelum mengalami serangan jantung. Sementara itu, 21 persennya mengaku mengalami flu, demam, pilek hingga radang tenggorok sebulan sebelum mengalami serangan jantung.

Infeksi saluran napas ringan dengan gejala hidung tersumbat, demam, sinusitis maupun rhinitis tetap memiliki risiko serangan jantung, meskipun lebih rendah dengan angka 13 persen. Karena itu, peneliti berpesan agar mereka yang memiliki faktor risiko jantung untuk lebih waspada ketika mengalami infeksi saluran napas.

2. Obat pereda nyeri

Mereka yang mengonsumsi obat pereda nyeri dalam dosis tinggi seperti ibuprofen, diclofenac, celecoxib dan naproxen berisiko mengalami peningkatan risiko serangan jantung.

Konsumsi obat-obatan tersebut dalam dosis tinggi mengakibatkan peningkatan risiko serangan jantung sebesar 75 persen dalam kurun sebulan dengan dosis di atas 1.200 miligram perhari.

Akan tetapi bila dosisnya diturunkan menjadi 750 miligram dan dikonsumsi dalam kurun sepekan, risiko serangan jantungnya bisa mencapai 83 persen.

3. Golongan darah

Sebuah penelitian di University Medical Center Groningen membuktikan bahwa golongan darah berpengaruh pada risiko serangan jantung. Pemilik golongan A, B, dan AB sedikit lebih rentan dibanding golongan O.

Menurut penelitian yang dipresentasikan di pertemuan European Society of Cardiology tersebut, serangan jantung terjadi pada 15 dari 1.000 orang dengan golongan darah non-O. Sedangkan, seperti dikutip dari BBC, pada golongan darah O, angkanya hanya 14 di antara 1.000 orang.

Perbedaannya memang tampak tidak seberapa, namun sangat bermakna pada populasi. Terlebih, golongan darah termasuk faktor risiko yang tidak mungkin diubah seperti halnya gaya hidup.

4. Sering panas-panasan

Dipublikasi dalam jurnal Circulation para peneliti melihat data dari 19 damkar muda sehat bukan perokok. Ketika mereka menjalani aktivitas sehari-hari seperti latihan penyelamatan dengan paparan suhu tinggi dari api, suhu tubuh para damkar sendiri akan ikut meningkat selama tiga hingga empat jam.

Peningkatan suhu tubuh tersebut menurut peneliti membuat darah para damkar menjadi lebih 'lengket'. Akibatnya risiko untuk terjadinya sumbatan darah meningkat hingga 66 persen berujung pada serangan jantung.

Peneliti percaya mengapa darah para damkar menjadi lengkat karena kombinasi hilangnya cairan tubuh dari berkeringat dan respons peradangan akibat suhu tubuh yang tinggi.

Baca juga : Ramadan Bentar Lagi, Ini yang Harus Disiapkan Tubuhmu Sekarang | PT Equityworld Jakarta

https://goo.gl/aglKdT
 

5. Merokok

Peneliti dari Cardiothoracic Centre Northern General Hospital mengatakan orang-orang masih menganggap remeh risiko kesehatan rokok.

Padahal studi terbarunya jelas membuktikan bahwa rokok meningkatkan risiko serangan jantung dan terutama bagi orang dewasa muda risikonya bisa mencapai delapan kali lipat.

Pada usia di bawah 50 tahun bisa ada 60 orang yang terkena serangan jantung tiap tahun. Sedangkan untuk mantan perokok dan bukan perokok angka kombinasi keduanya berada di 7 kasus serangan jantung per tahun pada kelompok umur yang sama.

Tak kalah menarik kunjungi juga : PT Equityworld Jakarta