Indonesia merupakan negara dengan kekayaaan
alam luas, mulai dari laut hingga hutan. Bahkan pernah ada yang
menyatakan, hutan Indonesia merupakan paru-paru dunia. Namun, soal
pelestarian hutan, negara kita dianggap paling buruk.
Para ilmuwan terkait, melansir CBC, Senin 30 Juni 2014, kini negara kita sudah melampaui negara penyelenggara Piala Dunia 2014, Brasil, terkait penebangan liar hutan tropis. Diperkirakan kerugian yang dialami Indonesia semakin melambung tinggi. Padahal, di tahun 2011 telah dicanangkan program moratorium sebagai bentuk perlindungan satwa liar dan memerangi perubahan iklim.
Kerugian itu berdasarkan hutan Indonesia seluas 60.000 km persegi berubah fungsi menjadi perkebunan kelapa sawit dan peternakan dari tahun 2000 hingga 2012. Data tersebut ditulis dalam jurnal Nature Climate Change. Luas hutan yang berubah tersebut diperkirakan sama dengan luas negara Irlandia,
Dalam jurnal tersebut tertulis, 2012 lalu potensi kehilangan hutan di Indonesia kehilangan hutannya lebih tinggi dari di Brasil. Pada tahun tersebut, Indonesia saja sudah kehilangan 8.400 km persegi, dibandingkan 4.600 km persegi yang ada di Brasil. Menurut jurnal Nature Climate Change, Brasil kini telah berupaya dan membuahkan hasil untuk mengurangi kerugiannya dari sektor hutan.
"Kita perlu meningkatkan penegakan hukum dan kontrol di daerah itu sendiri," kata Belinda Margono, penulis utama dari studi di Universitas Maryland, sekaligus orang yang bekerjar di kementerian kehutanan Indonesia.
Diketahui, hutan mempunyai dampak yang signifikan bagi kehidupan manusia, karena pohon merupakan penyumbang oksigen terbesar.
"Hutan hujan adalah paru-paru bumi. Anda memiliki paru-paru untuk bernapas dan jika anda menyingkirkan paru-paru itu, maka bumi akan menderita," ujar Matthew Hansen, salah satu penulis di jurnal tersebut di Universitas Maryland.
Kehilangan 'paru-paru bumi' berdampak pada perubahan iklim yang semakin cepat dirasakan. Sebagai salah satu hutan hujan terbesar di dunia yang ada di Indonesia, negara lain bahkan lebih peduli dan prihatin akan kehilangan hutan di negara ini.
Sebuah negara di Skandinavia yaitu Norwegia berjanji akan memberi dana US$1 miliar untuk memperlambat hilangnya hutan tersebut. Hal ini merupakan bagian dari perjanjian pencegahan perubahan iklim di dunia.
"Kemitraan in merupakan insentif keuangan yang kuat," ucap Gunhild Oland Santos-Nedrelid, juru bicara kementerian lingkungan Norwegia.
Ia mengatakan hilangnya hutan Indonesia yang meningkat beberapa bulan ke depan, akan berdampak pada meningginya kekeringan dan kebakaran hutan.
Sejauh ini, Norwegia telah membayar hampir US$50 juta untuk Indonesia dari US$1 miliar yang dijanjikan. Dana tersebut ungkap Gunhild, untuk dijadikan pembentukan lembaga baru yang konsen terhadap pembalakan hutan.
"Indonesia akan mulai mendapatkan uang dalam jumlah besar, jika hanya monitoring itu dapat membuktikan perlambatan penebangan hutan secara ilegal," kata dia.
Norwegia memang dikenal dermawan akan pelestarian hutan tropis di dunia. Proyek serupa berupa US$1 miliiar diberikan kepada Brasil serta program serupa namun lebih kecil dananya untuk negara Guyana dan Tanzania.
Pohon dapat menyerap karbondioksida dari gas rumah kaca yang merupakan faktor utama dari pemanasan global. Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB) menyatakan penebangan hutan turut menyumbang 17 persen dari semua gas rumah kaca buatan manusia.
Tahun 2011, Indonesia memberlakukan moratorium penebangan hutan, untuk memperlambat kerugian serta melindungi habitat orang utan, harimau sumatera, dan satwa liar lainnya. Namun, moratorium di mata para peneliti di jurnal Nature Climate Change dirasa belum sesuai harapan.
"Tampaknya bahwa moratorium tidak memiliki efek yang diinginkan," tulis para ilmuwan di jurnal tersebut.
Para ilmuwan terkait, melansir CBC, Senin 30 Juni 2014, kini negara kita sudah melampaui negara penyelenggara Piala Dunia 2014, Brasil, terkait penebangan liar hutan tropis. Diperkirakan kerugian yang dialami Indonesia semakin melambung tinggi. Padahal, di tahun 2011 telah dicanangkan program moratorium sebagai bentuk perlindungan satwa liar dan memerangi perubahan iklim.
Kerugian itu berdasarkan hutan Indonesia seluas 60.000 km persegi berubah fungsi menjadi perkebunan kelapa sawit dan peternakan dari tahun 2000 hingga 2012. Data tersebut ditulis dalam jurnal Nature Climate Change. Luas hutan yang berubah tersebut diperkirakan sama dengan luas negara Irlandia,
Dalam jurnal tersebut tertulis, 2012 lalu potensi kehilangan hutan di Indonesia kehilangan hutannya lebih tinggi dari di Brasil. Pada tahun tersebut, Indonesia saja sudah kehilangan 8.400 km persegi, dibandingkan 4.600 km persegi yang ada di Brasil. Menurut jurnal Nature Climate Change, Brasil kini telah berupaya dan membuahkan hasil untuk mengurangi kerugiannya dari sektor hutan.
"Kita perlu meningkatkan penegakan hukum dan kontrol di daerah itu sendiri," kata Belinda Margono, penulis utama dari studi di Universitas Maryland, sekaligus orang yang bekerjar di kementerian kehutanan Indonesia.
Diketahui, hutan mempunyai dampak yang signifikan bagi kehidupan manusia, karena pohon merupakan penyumbang oksigen terbesar.
"Hutan hujan adalah paru-paru bumi. Anda memiliki paru-paru untuk bernapas dan jika anda menyingkirkan paru-paru itu, maka bumi akan menderita," ujar Matthew Hansen, salah satu penulis di jurnal tersebut di Universitas Maryland.
Kehilangan 'paru-paru bumi' berdampak pada perubahan iklim yang semakin cepat dirasakan. Sebagai salah satu hutan hujan terbesar di dunia yang ada di Indonesia, negara lain bahkan lebih peduli dan prihatin akan kehilangan hutan di negara ini.
Sebuah negara di Skandinavia yaitu Norwegia berjanji akan memberi dana US$1 miliar untuk memperlambat hilangnya hutan tersebut. Hal ini merupakan bagian dari perjanjian pencegahan perubahan iklim di dunia.
"Kemitraan in merupakan insentif keuangan yang kuat," ucap Gunhild Oland Santos-Nedrelid, juru bicara kementerian lingkungan Norwegia.
Ia mengatakan hilangnya hutan Indonesia yang meningkat beberapa bulan ke depan, akan berdampak pada meningginya kekeringan dan kebakaran hutan.
Sejauh ini, Norwegia telah membayar hampir US$50 juta untuk Indonesia dari US$1 miliar yang dijanjikan. Dana tersebut ungkap Gunhild, untuk dijadikan pembentukan lembaga baru yang konsen terhadap pembalakan hutan.
"Indonesia akan mulai mendapatkan uang dalam jumlah besar, jika hanya monitoring itu dapat membuktikan perlambatan penebangan hutan secara ilegal," kata dia.
Norwegia memang dikenal dermawan akan pelestarian hutan tropis di dunia. Proyek serupa berupa US$1 miliiar diberikan kepada Brasil serta program serupa namun lebih kecil dananya untuk negara Guyana dan Tanzania.
Pohon dapat menyerap karbondioksida dari gas rumah kaca yang merupakan faktor utama dari pemanasan global. Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB) menyatakan penebangan hutan turut menyumbang 17 persen dari semua gas rumah kaca buatan manusia.
Tahun 2011, Indonesia memberlakukan moratorium penebangan hutan, untuk memperlambat kerugian serta melindungi habitat orang utan, harimau sumatera, dan satwa liar lainnya. Namun, moratorium di mata para peneliti di jurnal Nature Climate Change dirasa belum sesuai harapan.
"Tampaknya bahwa moratorium tidak memiliki efek yang diinginkan," tulis para ilmuwan di jurnal tersebut.