PT Equity World | Emas jatuh tertekan akibat penguatan dolar AS
PT Equity World | Emas berjangka di divisi COMEX New York Mercantile Exchange lebih rendah pada akhir perdagangan Kamis (Jumat pagi WIB), karena dolar AS menguat setelah rilis risalah dari pertemuan Oktober Federal Reserve (Fed) Amerika Serikat.
Kontrak emas paling aktif untuk pengiriman Desember jatuh 10,60 dolar AS atau 0,72 persen, menjadi ditutup pada 1.463,60 dolar AS per ounce.
Investor terus mencerna risalah pertemuan kebijakan The Fed terbaru yang dirilis pada Rabu (20/11/2019), yang menunjukkan bahwa bank sentral AS tidak perlu memangkas suku bunga sekali lagi, kecuali ada "penilaian ulang material dari prospek ekonomi."
"Sehubungan dengan kebijakan moneter di luar pertemuan ini, sebagian besar peserta menilai bahwa sikap kebijakan, setelah pengurangan 25 basis poin pada pertemuan ini, akan dikalibrasi dengan baik untuk mendukung prospek pertumbuhan moderat, pasar tenaga kerja yang kuat, dan inflasi di dekat target komite dua persen yang simetris dan kemungkinan akan tetap demikian," kata risalah.
"Semua peserta menilai bahwa suku bunga negatif saat ini tampaknya tidak menjadi alat kebijakan moneter yang menarik di Amerika Serikat," bank sentral AS menambahkan dalam risalah.
PT Equity World
Rekomendasi Pergerakan Harga Emas 22 November 2019 | PT Equity World
Akibatnya, indeks dolar AS, ukuran greenback terhadap sekeranjang mata uang utama lainnya, naik tipis menjadi sekitar 98 pada Kamis (21/11/2019).
Ketika dolar AS menguat, itu akan membuat emas yang dihargakan dalam dolar AS lebih mahal bagi investor yang memegang mata uang lain, sehingga menjadi kurang menarik.
Adapun logam mulia lainnya, perak untuk pengiriman Desember turun lima sen atau 0,29 persen, menjadi ditutup pada 17,065 dolar AS per ounce. Platinum untuk pengiriman Januari turun 2,50 dolar AS atau 0,27 persen, menjadi menetap di 917,50 dolar per ounce.
Jumat, 22 November 2019
Kamis, 21 November 2019
PT Equity World | Emas Dunia Siap Terbang, Harga Emas Antam Diam Seribu Bahasa
PT Equity World | Emas Dunia Siap Terbang, Harga Emas Antam Diam Seribu Bahasa
PT Equity World | Harga emas dunia yang mengalami penguatan pagi ini, Kamis (21/11/2019) tak membuat harga emas investasi ritel kepingan acuan yang diproduksi PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) atau emas Antam ikut melesat. Harga emas Antam masih stagnan di level Rp 702.000/gram hari ini, sama dengan Rabu kemarin.
Pada perdagangan Rabu kemarin (20/11/), harga emas itu naik tipis dari posisi Rp 700.000/gram pada Selasa sebelumnya seiring dengan kondisi global yang tak kondusif terutama hubungan AS-China sehingga membuat harga emas naik.
Meski stagnan hari ini, harga emas masih berada di level psikologis Rp 700.000/gram.
Data di situs logammulia milik Antam, Kamis ini (21/11/19) menunjukkan besaran harga emas kepingan 100 gram berada pada Rp 70,2 juta/batang, sama dengan Rabu kemarin.
Kenaikan tipis harga emas pada Rabu kemarin terjadi ketika hubungan politik dan ekonomi AS-China sedikit menghangat. Bahkan tensi tinggi AS-China ini mampu mengerek harga emas dunia.
Data Refinitiv mencatat, pada 09.10 WIB harga emas global berada di US$ 1.475,31/troy ons naik 0,28% dibanding harga penutupan Rabu kemarin. Harga emas mengalami tren kenaikan sebesar 1,35% sejak 11 November 2019.
PT Equity World
Dear Investor & Trader, Begini Nih Arah Pergerakan Harga Emas | PT Equity World
Pada Rabu kemarin harga emas dunia di level US$ 1.471,15/troy ons, sementara hari sebelumnya US$ 1.472,28/troy ons.
Negeri Paman Sam alias AS kini Pmulai mencampuri urusan China dengan Hong Kong. Mengutip Reuters, DPR AS pada hari Rabu (20/11/2019) meloloskan dua rancangan undang-undang untuk mendukung para pengunjuk rasa di Hong Kong dan mengirim peringatan ke China tentang hak asasi manusia.
Presiden AS Donald Trump diharapkan untuk menandatangani mereka ke dalam undang-undang meskipun pembicaraan perdagangan yang rumit dengan Beijing.
Prospek damai dagang yang memudar itu dan potensi tidak tuntasnya perundingan tahun ini meningkatkan kekhawatiran pelaku pasar keuangan dunia, sehingga normalnya investor dan spekulator semakin memburu komoditas logam mulia tersebut dan menciptakan tekanan beli yang mengangkat harga emas dunia.
PT Equity World | Harga emas dunia yang mengalami penguatan pagi ini, Kamis (21/11/2019) tak membuat harga emas investasi ritel kepingan acuan yang diproduksi PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) atau emas Antam ikut melesat. Harga emas Antam masih stagnan di level Rp 702.000/gram hari ini, sama dengan Rabu kemarin.
Pada perdagangan Rabu kemarin (20/11/), harga emas itu naik tipis dari posisi Rp 700.000/gram pada Selasa sebelumnya seiring dengan kondisi global yang tak kondusif terutama hubungan AS-China sehingga membuat harga emas naik.
Meski stagnan hari ini, harga emas masih berada di level psikologis Rp 700.000/gram.
Data di situs logammulia milik Antam, Kamis ini (21/11/19) menunjukkan besaran harga emas kepingan 100 gram berada pada Rp 70,2 juta/batang, sama dengan Rabu kemarin.
Kenaikan tipis harga emas pada Rabu kemarin terjadi ketika hubungan politik dan ekonomi AS-China sedikit menghangat. Bahkan tensi tinggi AS-China ini mampu mengerek harga emas dunia.
Data Refinitiv mencatat, pada 09.10 WIB harga emas global berada di US$ 1.475,31/troy ons naik 0,28% dibanding harga penutupan Rabu kemarin. Harga emas mengalami tren kenaikan sebesar 1,35% sejak 11 November 2019.
PT Equity World
Dear Investor & Trader, Begini Nih Arah Pergerakan Harga Emas | PT Equity World
Pada Rabu kemarin harga emas dunia di level US$ 1.471,15/troy ons, sementara hari sebelumnya US$ 1.472,28/troy ons.
Negeri Paman Sam alias AS kini Pmulai mencampuri urusan China dengan Hong Kong. Mengutip Reuters, DPR AS pada hari Rabu (20/11/2019) meloloskan dua rancangan undang-undang untuk mendukung para pengunjuk rasa di Hong Kong dan mengirim peringatan ke China tentang hak asasi manusia.
Presiden AS Donald Trump diharapkan untuk menandatangani mereka ke dalam undang-undang meskipun pembicaraan perdagangan yang rumit dengan Beijing.
Prospek damai dagang yang memudar itu dan potensi tidak tuntasnya perundingan tahun ini meningkatkan kekhawatiran pelaku pasar keuangan dunia, sehingga normalnya investor dan spekulator semakin memburu komoditas logam mulia tersebut dan menciptakan tekanan beli yang mengangkat harga emas dunia.
Rabu, 20 November 2019
PT Equity World | Jelang Rilis Risalah The Fed, Bursa Saham Asia Berguguran
PT Equity World | Jelang Rilis Risalah The Fed, Bursa Saham Asia Berguguran
PT Equity World | Seluruh bursa saham utama kawasan Asia kompak melaju di zona merah pada perdagangan ketiga di pekan ini, Rabu (20/11/2019).
Hingga berita ini diturunkan, indeks Nikkei turun 0,65%, indeks Shanghai melemah 0,19%. indeks Hang Seng jatuh 0,79%, indeks Straits Times terkoreksi 0,44%, dan indeks Kospi berkurang 0,71%.
Memudarnya optimisme bahwa AS dan China akan segera meneken kesepakatan dagang tahap satu menjadi faktor yang memantik aksi jual di bursa saham Benua Kuning. Kini, prospek ditekennya kesepakatan dagang tahap satu yang begitu dinanti-nantikan oleh pelaku pasar menjadi berwarna abu-abu.
CNBC International melaporkan bahwa pejabat pemerintahan China kini pesimistis terkait prospek kesepakatan dagang tahap satu.
Penyebabnya, China dibuat kesal dengan pernyataan Presiden AS Donald Trump bahwa AS belum menyepakati penghapusan bea masuk tambahan yang sebelumnya dibebankan terhadap produk impor asal China. Padahal, pihak China menganggap bahwa mereka telah mencapai kesepakatan terkait dengan hal tersebut dengan AS.
Pemberitaan tersebut lantas membuat mood pelaku pasar menjadi kurang mengenakan. Untuk diketahui, sebelumnya ada perkembangan yang positif terkait negosiasi dagang AS-China.
Menurut kantor berita Xinhua, Wakil Perdana Menteri China Liu He menggelar perbincangan via sambungan telepon dengan Menteri Keuangan AS Steven Mnuchin dan Kepala Perwakilan Dagang AS Robert Lighthizer pada akhir pekan kemarin terkait dengan kesepakatan dagang tahap satu, seperti dilansir dari CNBC International.
Xinhua melaporkan bahwa kedua belah pihak mengadakan diskusi yang konstruktif terkait dengan kekhawatiran di bidang perdagangan yang dimiliki masing-masing pihak. Kedua pihak disebut setuju untuk tetap berdialog secara intens. Xinhua juga melaporkan bahwa pembicaraan via sambungan telepon antar negosiator dagang tingkat tinggi dari AS dan China tersebut merupakan permintaan dari pihak AS.
Sejauh ini, bea masuk tambahan yang dikenakan oleh masing-masing negara terbukti sudah menghantam perekonomiannya masing-masing.
Belum lama ini, pembacaan awal untuk angka pertumbuhan ekonomi AS periode kuartal III-2019 diumumkan di level 1,9% (QoQ annualized), jauh melambat dibandingkan pertumbuhan pada periode yang sama tahun lalu (kuartal III-2018) yang mencapai 3,4%.
Beralih ke China, belum lama ini Beijing mengumumkan bahwa perekonomiannya hanya tumbuh di level 6% secara tahunan pada kuartal III-2019, lebih rendah dari konsensus yang sebesar 6,1%, seperti dilansir dari Trading Economics. Pertumbuhan ekonomi pada kuartal III-2019 juga lebih rendah dibandingkan capaian pada kuartal II-2019 yang sebesar 6,2%.
Lebih lanjut, rilis risalah dari pertemuan The Federal Reserve (The Fed) edisi Oktober 2019 ikut menjadi faktor yang memantik aksi jual di bursa saham Asia. Risalah tersebut dijadwalkan dirilis pada dini hari nanti (21/11/2019) waktu Indonesia.
PT Equity World
Emas Dunia Lanjutkan Penguatan | PT Equity World
Untuk diketahui, pada bulan lalu The Fed memutuskan untuk memangkas federal funds rate sebesar 25 bps ke rentang 1,5%-1,75%. Lemahnya pertumbuhan ekonomi global dan rendahnya tingkat inflasi menjadi faktor yang mendasari keputusan tersebut. Pemangkasan tingkat suku bunga acuan pada bulan lalu menandai pemangkasan yang ketiga di tahun 2019.
Namun, pasca mengumumkan tingkat suku bunga acuan pada bulan lalu, The Fed memberi sinyal bahwa mereka akan menahan diri dari memangkas tingkat suku bunga acuan lebih lanjut.
Mengutip situs resmi CME Group yang merupakan pengelola bursa derivatif terkemuka di dunia, berdasarkan harga kontrak fed fund futures per 19 November 2019, probabilitas The Fed akan kembali memangkas tingkat suku bunga acuan di sisa tahun 2019 hanya berada di level 0,7%.
Dikhawatirkan, rilis risalah dari pertemuan edisi Oktober 2019 akan mengonfirmasi stance The Fed yang kini cenderung hawkish.
PT Equity World | Seluruh bursa saham utama kawasan Asia kompak melaju di zona merah pada perdagangan ketiga di pekan ini, Rabu (20/11/2019).
Hingga berita ini diturunkan, indeks Nikkei turun 0,65%, indeks Shanghai melemah 0,19%. indeks Hang Seng jatuh 0,79%, indeks Straits Times terkoreksi 0,44%, dan indeks Kospi berkurang 0,71%.
Memudarnya optimisme bahwa AS dan China akan segera meneken kesepakatan dagang tahap satu menjadi faktor yang memantik aksi jual di bursa saham Benua Kuning. Kini, prospek ditekennya kesepakatan dagang tahap satu yang begitu dinanti-nantikan oleh pelaku pasar menjadi berwarna abu-abu.
CNBC International melaporkan bahwa pejabat pemerintahan China kini pesimistis terkait prospek kesepakatan dagang tahap satu.
Penyebabnya, China dibuat kesal dengan pernyataan Presiden AS Donald Trump bahwa AS belum menyepakati penghapusan bea masuk tambahan yang sebelumnya dibebankan terhadap produk impor asal China. Padahal, pihak China menganggap bahwa mereka telah mencapai kesepakatan terkait dengan hal tersebut dengan AS.
Pemberitaan tersebut lantas membuat mood pelaku pasar menjadi kurang mengenakan. Untuk diketahui, sebelumnya ada perkembangan yang positif terkait negosiasi dagang AS-China.
Menurut kantor berita Xinhua, Wakil Perdana Menteri China Liu He menggelar perbincangan via sambungan telepon dengan Menteri Keuangan AS Steven Mnuchin dan Kepala Perwakilan Dagang AS Robert Lighthizer pada akhir pekan kemarin terkait dengan kesepakatan dagang tahap satu, seperti dilansir dari CNBC International.
Xinhua melaporkan bahwa kedua belah pihak mengadakan diskusi yang konstruktif terkait dengan kekhawatiran di bidang perdagangan yang dimiliki masing-masing pihak. Kedua pihak disebut setuju untuk tetap berdialog secara intens. Xinhua juga melaporkan bahwa pembicaraan via sambungan telepon antar negosiator dagang tingkat tinggi dari AS dan China tersebut merupakan permintaan dari pihak AS.
Sejauh ini, bea masuk tambahan yang dikenakan oleh masing-masing negara terbukti sudah menghantam perekonomiannya masing-masing.
Belum lama ini, pembacaan awal untuk angka pertumbuhan ekonomi AS periode kuartal III-2019 diumumkan di level 1,9% (QoQ annualized), jauh melambat dibandingkan pertumbuhan pada periode yang sama tahun lalu (kuartal III-2018) yang mencapai 3,4%.
Beralih ke China, belum lama ini Beijing mengumumkan bahwa perekonomiannya hanya tumbuh di level 6% secara tahunan pada kuartal III-2019, lebih rendah dari konsensus yang sebesar 6,1%, seperti dilansir dari Trading Economics. Pertumbuhan ekonomi pada kuartal III-2019 juga lebih rendah dibandingkan capaian pada kuartal II-2019 yang sebesar 6,2%.
Lebih lanjut, rilis risalah dari pertemuan The Federal Reserve (The Fed) edisi Oktober 2019 ikut menjadi faktor yang memantik aksi jual di bursa saham Asia. Risalah tersebut dijadwalkan dirilis pada dini hari nanti (21/11/2019) waktu Indonesia.
PT Equity World
Emas Dunia Lanjutkan Penguatan | PT Equity World
Untuk diketahui, pada bulan lalu The Fed memutuskan untuk memangkas federal funds rate sebesar 25 bps ke rentang 1,5%-1,75%. Lemahnya pertumbuhan ekonomi global dan rendahnya tingkat inflasi menjadi faktor yang mendasari keputusan tersebut. Pemangkasan tingkat suku bunga acuan pada bulan lalu menandai pemangkasan yang ketiga di tahun 2019.
Namun, pasca mengumumkan tingkat suku bunga acuan pada bulan lalu, The Fed memberi sinyal bahwa mereka akan menahan diri dari memangkas tingkat suku bunga acuan lebih lanjut.
Mengutip situs resmi CME Group yang merupakan pengelola bursa derivatif terkemuka di dunia, berdasarkan harga kontrak fed fund futures per 19 November 2019, probabilitas The Fed akan kembali memangkas tingkat suku bunga acuan di sisa tahun 2019 hanya berada di level 0,7%.
Dikhawatirkan, rilis risalah dari pertemuan edisi Oktober 2019 akan mengonfirmasi stance The Fed yang kini cenderung hawkish.
Selasa, 19 November 2019
PT Equity World | Harga Emas Berbalik Arah dan Cari Jalan Menuju US$ 1.480, Ini Penyebabnya
PT Equity World | Harga Emas Berbalik Arah dan Cari Jalan Menuju US$ 1.480, Ini Penyebabnya
PT Equity World | Harga emas naik tipis kemarin, menghapus kerugian dari awal sesi karena keraguan baru atas kesepakatan perdagangan Amerika Serikat (AS)-China, yang mendorong Wall Street ke zona merah.
Harga emas spot naik 0,3% ke posisi US$ 1.471,92 per ons troi, berbalik arah setelah sempat jatuh ke level US$ 1.455,87 menyusul optimisme pembicaraan perdagangan konstruktif antara AS dan China pada akhir pekan.
Namun, sebuah laporan baru menyebutkan, Beijing ternyata tidak seoptimis itu, karena keengganan Presiden AS Donald Trump untuk menurunkan tarif. Ini melemparkan air dingin kepada pasar saham.
"Saya terkejut betapa kuatnya reaksi pasar (terhadap berita tentang pembicaraan perdagangan). Ini bukan pertama kalinya kami memiliki berita ini, tetapi pasar terus merespons," kata Bart Melek, Head of Commodity Strategies TD Securities
Menurutnya, laporan mengenai pesimisme Beijing tersebut telah memicu rebound harga emas. "Sepertinya emas mencari jalan menuju US$ 1.480, yang merupakan rata-rata pergerakan selama 100 hari terakhir," imbuh Melek kepada Reuters.
Perang tarif AS-China selama 16 bulan terakhir telah memicu kekhawatiran resesi, tetapi optimisme baru-baru ini atas kesepakatan perdagangan fase satu telah mendorong reli di pasar ekuitas.
PT Equity World
Kesepakatan AS-China Tak Kunjung Terjadi, Harga Emas Kembali Melonjak | PT Equity World
Emas dianggap sebagai investasi yang menarik selama masa ketidakpastian politik atau ekonomi. Tapi, logam mulia sangat sensitif terhadap suku bunga, lantaran bunga yang lebih rendah mengurangi biaya peluang memegang bullion yang tidak menghasilkan.
Pelaku pasar sekarang menunggu berita pertemuan kebijakan terakhir bank sentral AS, Federal Reserve, yang dijadwalkan pada Rabu (20/11) besok, untuk petunjuk tentang lintasan suku bunga di masa depan.
Investor juga terus mengawasi perkembangan di Hong Kong, ketika polisi kemarin mengepung ratusan pengunjuk rasa di dalam sebuah universitas besar dan demonstran mengamuk di distrik wisata.
PT Equity World | Harga emas naik tipis kemarin, menghapus kerugian dari awal sesi karena keraguan baru atas kesepakatan perdagangan Amerika Serikat (AS)-China, yang mendorong Wall Street ke zona merah.
Harga emas spot naik 0,3% ke posisi US$ 1.471,92 per ons troi, berbalik arah setelah sempat jatuh ke level US$ 1.455,87 menyusul optimisme pembicaraan perdagangan konstruktif antara AS dan China pada akhir pekan.
Namun, sebuah laporan baru menyebutkan, Beijing ternyata tidak seoptimis itu, karena keengganan Presiden AS Donald Trump untuk menurunkan tarif. Ini melemparkan air dingin kepada pasar saham.
"Saya terkejut betapa kuatnya reaksi pasar (terhadap berita tentang pembicaraan perdagangan). Ini bukan pertama kalinya kami memiliki berita ini, tetapi pasar terus merespons," kata Bart Melek, Head of Commodity Strategies TD Securities
Menurutnya, laporan mengenai pesimisme Beijing tersebut telah memicu rebound harga emas. "Sepertinya emas mencari jalan menuju US$ 1.480, yang merupakan rata-rata pergerakan selama 100 hari terakhir," imbuh Melek kepada Reuters.
Perang tarif AS-China selama 16 bulan terakhir telah memicu kekhawatiran resesi, tetapi optimisme baru-baru ini atas kesepakatan perdagangan fase satu telah mendorong reli di pasar ekuitas.
PT Equity World
Kesepakatan AS-China Tak Kunjung Terjadi, Harga Emas Kembali Melonjak | PT Equity World
Emas dianggap sebagai investasi yang menarik selama masa ketidakpastian politik atau ekonomi. Tapi, logam mulia sangat sensitif terhadap suku bunga, lantaran bunga yang lebih rendah mengurangi biaya peluang memegang bullion yang tidak menghasilkan.
Pelaku pasar sekarang menunggu berita pertemuan kebijakan terakhir bank sentral AS, Federal Reserve, yang dijadwalkan pada Rabu (20/11) besok, untuk petunjuk tentang lintasan suku bunga di masa depan.
Investor juga terus mengawasi perkembangan di Hong Kong, ketika polisi kemarin mengepung ratusan pengunjuk rasa di dalam sebuah universitas besar dan demonstran mengamuk di distrik wisata.
Langganan:
Postingan (Atom)