Rabu, 28 November 2018

Equity World | Facebook Dituding Rasis ke Karyawan Kulit Hitam

Equity World | Facebook Dituding Rasis ke Karyawan Kulit Hitam

Equity World | Facebook selama ini terkenal jadi salah satu perusahaan yang menjunjung tinggi keberagaman.

Namun, baru-baru ini perusahaan besutan Mark Zuckerberg ini justru dituding telah rasis ke karyawan kulit hitam mereka.

Hal ini dikisahkan oleh seorang mantan Strategic Partner Manajer di Facebook yang bernama Mark S Luckie.

Dalam suratnya, Luckie menyebut, Facebook telah gagal menghadirkan lingkungan kerja nyaman bagi karyawan-karyawan kulit hitam.

Bahkan, para karyawan kulit hitam merasa didiskriminasi di lingkungan kerja mereka sendiri.

Mengutip The Guardian, Rabu (28/11/2018), Luckie menjelaskan tentang rasisme dan perlakuan diskriminatif yang dialami para karyawan kulit hitam di Facebook.

"Di beberapa gedung, ada lebih banyak poster berisi tulisan 'Black Lives Matter' ketimbang jumlah karyawan kulit hitam itu sendiri," tulis Luckie dalam suratnya.

Tidak berhenti di situ, karyawan kulit hitam juga kerap didekati oleh pihak keamanan kantor.

"Karyawan kulit hitam juga kerap menghadapi komentar bernada diskriminatif dari para manajer, dilarang berpartisipasi dalam kelompok, dan tak mendapatkan solusi apa-apa saat mereka mengadu ke bagian SDM," tulisnya.

"Saya merasakan keanehan di tempat kerja saya sendiri gara-gara masalah warna kulit. Misalnya saat melewati poster-poster yang mengingatkan untuk jadi diri Anda sendiri, tetapi justru tidak terasa tulus," tuturnya.

Sekadar informasi, di Facebook, ada sekitar empat persen pegawai kulit hitam.

Pengunduran diri Luckie dari Facebook dilakukannya setelah perusahaan menghadapi sejumlah skandal, termasuk penyalahgunaan data, dan campur tangan Rusia dalam pilpres AS.


Di Silicon Valley sendiri, sebenarnya orang kulit hitam dan latin memang menghadapi eksklusi, terlebih ada dominasi karyawan kulit putih di bidang engineer dan kepemimpinan.

Sementara di Facebook, karyawan kulit hitam, menurut Luckie, sering ditanya secara terbuka dan pribadi untuk menyumbangkan masukan mereka dalam proyek yang melibatkan ras.

"Pegawai kulit hitam sering ditanya pertanyaan seperti 'apakah yang orang kulit hitam pikirkan tentang ini?', 'bagaimana ini pantas secara budaya orang kulit hitam?', dan pertanyaan lainnya," kata dia.

Padahal menurutnya, tim seharusnya mempekerjakan orang-orang terlepas dari warna kulitnya.

Terkait dengan upaya diversitas di Facebook, menurut Luckie, hal tersebut masih belum cukup. "Upaya yang mempromosikan inklusi dihentikan di tingkat manajerial," katanya.

Stereotip negatif juga masih melekat pada karyawan kulit hitam.

"Setidaknya dua kali sehari, seorang rekan di markas Menlo Park akan melihat langsung ke arahku dan memegang dompet mereka atau memindahkan tangan ke saku mereka sampai aku lewat," kenangnya.


Sementara itu, Facebook memberikan tanggapan atas surat terbuka yang ditulis oleh Luckie.

"Pertumbuhan dalam representasi orang-orang dari kelompok yang lebih beragam bekerja di banyak fungsi yang berbeda di seluruh perusahaan. Ini merupakan pendorong bagi kami untuk terus tumbuh," kata juru bicara Facebook Anthony Harrison dalam pernyataanya.

"Kami ingin sepenuhnya mendukung semua karyawan ketika ada masalah dilaporkan. Kami akan terus melakukan semua yang kami bisa untuk menjadi perusahaan inklusif," tuturnya.

Berbeda dengan itu, dalam media sosial Twitter, Director of Strategic Partnerships Facebook Ime Archibong menyebut, pengalaman yang dirasakan oleh Luckie hanya dirasakannya sendiri.

Harga Emas Comex Berbalik Melemah Sore Ini | Equity World
Info lowongan kerja di Equity World SSC Jakarta | Equity World


"Pengalamanmu bukanlah pengalamanku dan yang lain di sini. Selalu lebih banyak pekerjaan untuk diselesaikan," kata Archibong yang juga kulit hitam ini.

Sebelumnya, karyawan kulit hitam Facebook lainnya juga merasakan adanya diskriminasi di lingkungan kerja.

Saat diwawancara dia menyebut, "anti terhadap kulit hitam dalam teknologi tetap ada. Saya rasa saya tak ada lagi harapan," tutur Leslie Miley.

Equity World