Equity World | Wall Street Anjlok Terseret Aksi Jual Saham Bank, Investor Menanti Data Ekonomi AS
Equity World | Bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street anjlok pada perdagangan saham Kamis, 9 Maret 2023. Koreksi wall street terjadi dipicu saham bank dan keuangan yang alami aksi jual. Selain itu, investor juga Bersiap untuk rilis laporan gaji yang dapat membentu arah suku bunga.
Dikutip dari CNBC, Jumat (10/3/2023), indeks S&P 500 merosot 1,85 persen ke posisi 3.918,32. Indeks Dow Jones jatuh 543,54 poin atau 1,6 persen ke posisi 32.254,86. Indeks Nasdaq jatuh 2,05 persen ke posisi 11.338,35.
Koreksi wall street pada perdagangan Kamis pekan ini membuat indeks Dow Jones ditutup di bawah rata-rata pergerakan 200 hari untuk pertama kalinya sejak 9 November. Sepanjang pekan ini, indeks Dow Jones jatuh 3,4 persen. Pada 2023, indeks Dow Jones melemah 2,7 persen. Baik indeks S&P dan Nasdaq masing-masing naik 2,05 persen dan 8,3 persen pada 2023, tetapi berada di jalur penurunan mingguan sebesar 3 persen.
Saham SVB Financial merosot 60 persen setelah mengumumkan penjualan saham senilai USD 1,75 miliar, mendorong kapitalisasi pasar menjadi sedikit di atas USD 6 miliar dan menyeret saham bank lainnya yang tergelincir. Saham SIlvergate anjlok lebih dari 42 persen di tengah berita menutup operasi.
Kerugian saham bank mendorong sektor keuangan S&P 500 anjlok 4,1 persne untuk hari terburuk sejak Juni 2020. Saham Bank of America dan Wells Fargo juga terpukul dengan masing-masing turun lebih dari 6 persen.
“The Fed telah mengubah narasi yang mendorong saham lebih tinggi pada Januari dan akhir Desember,” ujar CEO 50 Park Investments, Adam Sarhan.
Ia menambahkan, pasar menguat dengan asumsi the Fed akan berhenti menaikkan suku bunga akan berhenti pada musim panas dan dalam waktu dekat. Powell memperjelas bukan itu masalahnya.
Sarhan menuturkan, tampaknya tidak ada data yang menunjukkan the Fed harus menghentikan kenaikan suku bunga. Ia mengatakan, banyak investor menjual di tengah sentimen laporan pekerjaan untuk mengurangi risiko dan menemukan nilai dalam aset yang kurang berisiko seperti obligasi yang menawarkan hasil yang menarik.
"Pasar sedang mencari katalis bullish dan tidak dapat menemukannya,” ujar dia.