Jumat, 30 September 2022

Equity World | Wall Street Terjun Bebas, Indeks S&P 500 Sentuh Posisi Terendah dalam 2 Tahun

Equity World | Wall Street Terjun Bebas, Indeks S&P 500 Sentuh Posisi Terendah dalam 2 Tahun

Equity World | Wall Street ditutup melemah tajam di tengah kekhawatiran bahwa keagresifan Federal Reserve melawan inflasi dapat melumpuhkan ekonomi Amerika Serikat (AS). Tekanan bertambah karena investor khawatir tentang kekalahan di mata uang global dan pasar utang.

Kamis (29/9), indeks S&P 500 ditutup anjlok 2,11% ke 3.640,47, indeks Nasdaq Composite ambles 2,84% menjadi 10.737,51 dan indeks Dow Jones Industrial Average turun 1,54% ke 29.225,61 poin.

Pada sesi ini, seluruh sektor pada indeks S&P 500 turun. Pelemahan terdalam dicetak sektor utilitas yang ambles 4,06%, diikuti oleh sektor konsumen yang anjlok 3,37%.

Indeks S&P 500 pun menyentuh posisi terendah yang terakhir terlihat pada November 2020. Saat ini, indeks S&P 500 sudah melemah lebih dari 8% pada September, dan berada di jalur untuk kinerja bulan September terburuk sejak 2008.

Kinerja pasar saham AS di sesi ini mendapat terseret oleh saham emiten kelas berat pada sektor teknologi. Di mana, Apple Inc dan Nvidia Corp yang merosot lebih dari 4%. Alhasil, indeks Nasdaq pun merosot mendekati level terendah di tahun 2022, yang ditetapkan pada pertengahan Juni lalu.

Pada sesi ini, aksi jual pada pasar obligasi AS berlanjut karena pejabat The Fed tidak memberikan indikasi bahwa bank sentral akan memoderasi atau mengubah rencananya untuk secara agresif menaikkan suku bunga untuk menurunkan inflasi yang tinggi.

Presiden The Fed Cleveland Loretta Mester mengatakan, dia tidak melihat tekanan di pasar keuangan AS yang akan mengubah kebijakan bank sentral untuk menurunkan inflasi melalui kenaikan suku bunga yang telah membawa suku bunga The Fed ke kisaran 3,0% hingga 3,25%.

Kekhawatiran pasar bertambah karena data terbaru menunjukkan jumlah orang AS yang mengajukan klaim baru untuk tunjangan pengangguran turun ke level terendah dalam lima bulan di pekan lalu. Ini menunjukkan, pasar tenaga kerja tetap tangguh meskipun The Fed menaikkan suku bunga secara agresif.

"Kabar baik adalah berita buruk karena angka pekerjaan hari ini kembali menegaskan bahwa perjalanan The Fed masih panjang," kata Phil Blancato, Head of Ladenburg Thalmann Asset Management di New York.

"Ketakutan di pasar adalah bahwa The Fed akan mendorong kita ke dalam resesi yang sangat dalam, yang akan menyebabkan resesi pendapatan, itulah sebabnya pasar menjual."

Saham yang paling banyak diperdagangkan di S&P 500 adalah Tesla Inc, dengan saham senilai US$ 20,8 miliar dipertukarkan selama sesi tersebut. Saham Tesla pun turun 6,8%.

Sejalan, saham Meta Platforms pun ditutup melemah 3,7% setelah Bloomberg melaporkan pemilik Facebook membekukan perekrutan dan memperingatkan karyawan akan lebih banyak perampingan yang akan datang.

Saham CarMax Inc merosot hampir 25% setelah pengecer mobil bekas meleset dari ekspektasi untuk hasil kuartal kedua, dirugikan oleh konsumen yang memotong pengeluaran di tengah inflasi, kenaikan suku bunga dan harga mobil yang lebih tinggi.

Setali tiga uang, saham General Motors Co dan Ford Motor Co juga jatuh, masing-masing masing-masing turun lebih dari 5%.

Saham maskapai penerbangan dan operator pelayaran juga jatuh pada perjalanan yang dibatalkan atau ditunda setelah Badai Ian menghantam Pantai Teluk Florida dengan kekuatan bencana. Di mana saham American Airlines, United Airlines Holdings dan Delta Air Lines, masing-masing turun lebih dari 2%.

Operator kapal pesiar Norwegian Cruise Line Holdings Ltd ambles 5,3% dan Carnival Corp anjlok 6,8%.

Kamis, 29 September 2022

Equity World | Wall Street Akhirnya Rebound, Mampukah IHSG Ikut Bangkit?

Equity World | Wall Street Akhirnya Rebound, Mampukah IHSG Ikut Bangkit?

Equity World | Pasar keuangan Tanah Air kembali bergejolak pada perdagangan kemarin. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup ambles dan sudah melemah 4 hari beruntun, rupiah masih saja anjlok melawan dolar AS, sementara SBN kembali melemah.

Indeks acuan utama bursa domestik pada perdagangan kemarin Rabu (28/9/2022), kembali terlempar dari level psikologis 7.100. IHSG ditutup ambles 0,5% di 7.077,03 di sesi II, padahal di sesi I IHSG sempat rebound dengan penguatan 0,26%.

Nilai transaksi indeks masih relatif sepi di sekitar Rp 12,45 triliun dan sebanyak 23 miliaran saham yang berpindah tangan 1,22 juta kali. Mayoritas perlemahan IHSG dipimpin oleh sektor basic materials, consumer, industri dan sektor energi.

Mayoritas saham kemarin terpantau masih mengalami penurunan. Statistik perdagangan mencatat ada 391 saham yang melemah dan 147 saham yang mengalami kenaikan dan sisanya sebanyak 148 saham stagnan.

Saham PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) menjadi saham yang paling besar nilai transaksinya siang ini, yakni mencapai Rp 744,8 miliar. Sedangkan saham PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) menyusul di posisi kedua dengan nilai transaksi mencapai Rp 731,3 miliar dan saham PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI) di posisi ketiga sebesar Rp 626,4 miliar.

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kemarin memang berhasil menguat setelah sempat dibuka melemah pagi tadi. Tapi, penguatan ini terjadi setelah beberapa hari sebelumnya sempat anjlok dalam.

Meski berhasil rebound, namun tidak ada yang bisa memastikan IHSG punya cukup tenaga untuk terus menguat. Terlebih, bursa Asia sendiri masih berguguran.

Bursa Asia-Pasifik ditutup kembali berjatuhan pada kemarin, di tengah kejatuhan mata uang Asia-Pasifik akibat makin perkasanya dolar Amerika Serikat (AS).

Indeks Hang Seng Hong Kong memimpin koreksi bursa Asia-Pasifik pada hari ini, yakni ditutup ambruk 3,41% ke posisi 17.250,88. Sedangkan indeks KOSPI Korea Selatan menyusul di posisi kedua yang ditutup anjlok 2,45% ke 2.169,29.

Pelemahan indeks saham masih diwarnai dengan kenaikan imbal hasil surat utang AS akibat Fed yang masih akan agresif menaikkan suku bunga acuan di tahun ini hingga tahun depan.

Imbal hasil obligasi pemerintah AS 10 tahun kini berada di 3,95% dan sudah sangat dekat dengan level psikologis 4%. Yield US treasury 10 tahun meningkat tajam mengindikasikan bahwa harganya sedang melemah merespons proyeksi Fed yang akan mengerek suku bunga acuan sampai 4,4% akhir tahun ini.

Sementara itu imbal hasil obligasi pemerintah AS tenor 2 tahun bahkan sudah menyentuh posisi 4,5% yang menjadi posisi tertingginya sejak krisis keuangan global 2008.

Tahun 2022 menjadi tahun yang sulit bagi pelaku ekonomi maupun para pemodal. Investor dituntut untuk berpikir ekstra keras untuk menempatkan asetnya di tengah kenaikan inflasi dan suku bunga acuan yang agresif.

Bank sentral AS, Inggris dan Eropa kompak mengerek suku bunga acuan mereka. The Fed sebagai otoritas moneter paling kuat di dunia bahkan sudah mengerek suku bunga acuan sebanyak 300 basis poin (bps) sejak Maret 2022.

Rabu, 28 September 2022

Equity World | Wall Street Berakhir Mixed Setelah Turun Beberapa Hari

Equity World | Wall Street Berakhir Mixed Setelah Turun Beberapa Hari

Equity World | Saham Wall Street ditutup mixed pada perdagangan Selasa (Rabu pagi WIB) dengan S&P 500 mencatat level terendah baru untuk tahun ini.

Pergerakan mixed terlihat setelah lima hari berturut-turut mengalami penurunan, karena pasar Amerika Serikat (AS) melanjutkan kerja keras mereka melalui tahun yang berat. Inflasi yang melonjak telah memaksa Federal Reserve (Fed) AS untuk memberlakukan kenaikan suku bunga yang drastis.

“Pergerakan itu terjadi karena investor tetap fokus pada keputusan kebijakan moneter baru-baru ini di seluruh dunia, yang telah meningkatkan kekhawatiran resesi,” kata analis Charles Schwab, Rabu (28/9).

Rilis data pemerintah Selasa (27/9) menunjukkan bahwa pesanan untuk barang-barang manufaktur AS tiket besar tergelincir pada Agustus 2022 tetapi penjualan rumah baru AS melonjak. Meski demikian, para ekonom skeptis peningkatan ini dapat dipertahankan.

Sementara itu indeks kepercayaan konsumen melonjak hampir lima poin pada September 2022 menjadi 108,0, kenaikan bulanan kedua berturut-turut menurut The Conference Board, karena kekhawatiran tentang inflasi yang tinggi surut.

Indeks saham utama AS naik di awal sesi sebelum jatuh.

Dow Jones Industrial Average berakhir turun 0,4% pada 29.134,99 dan S&P 600 berbasis luas turun 0,2% menjadi ditutup pada 3.647,29.

Tapi Nasdaq Composite Index yang kaya teknologi naik 0,3% menjadi 10.829,50.

Selasa, 27 September 2022

Equity World | Bursa Saham Asia Menguat Usai Tersungkur pada Awal Pekan

Equity World | Bursa Saham Asia Menguat Usai Tersungkur pada Awal Pekan

Equity World | Bursa saham Asia Pasifik menguat pada perdagangan saham Selasa, 27 September 2022 setelah jatuh tajam pada Senin.

Indeks Nikkei 225 di Jepang naik 0,65 persen, dan indeks Topix naik 0,66 persen. Di Australia, S&P/ASX 200 bertambah 0,46 persen. Indeks Kospi Korea Selatan sedikit naik, dan Kosdaq naik 0,64 persen.

Indeks MSCI dari saham Asia Pasifik di luar Jepang hampir datar. Sedangkan, China akan melaporkan data keuntungan industrinya Selasa nanti.

Semalam di Amerika Serikat (AS), indeks saham utama turun. Indeks S&P 500 tergelincir 1,03 persen menjadi 3.655,04, penutupan terendah baru pada 2022. Indeks Dow Jones Industrial Average jatuh ke pasar bearish setelah kehilangan 329,60 poin, atau 1,11 persen, menjadi 29.260,81. Nasdaq Composite turun 0,6 persen menjadi 10.802,92.

"Penjualan obligasi dan ekuitas berlanjut karena kelemahan sterling menyoroti kerapuhan pasar terhadap ketidakpastian kebijakan," tulis analis ANZ Research dalam catatan Selasa, sehari setelah pound mencapai rekor terendah, dikutip dari CNBC, Selasa (27/9/2022).

Untuk semester I 2022, harga minyak dan USD keduanya naik tajam. Namun, menjadi berubah dalam beberapa pekan terakhir, seiring pergerakan penting keduanya pada Senin. Indeks dolar AS naik setinggi 114,527 pada Senin, mencapai level tertinggi sejak 2002.

Sementara itu, harga minyak mentah berjangka West Texas Intermediate turun 2,58 persen menjadi USD 76,08 per barel. Itu merupakan penyelesaian terendah patokan AS sejak 3 Januari, yang berarti hampir semua kenaikan minyak dari tahun ke hari telah terhapus.

Imbal hasil obligasi meningkat dengan cepat, karena suku bunga global melonjak dan investor mengantisipasi bank sentral AS atau the Fed yang lebih agresif.

Patokan imbal hasil 10-tahun AS naik di atas 3,9 persen untuk pertama kalinya sejak 2010. Itu sekitar 3,75 persen pada Jumat. Hasil 2-tahun pada Senin naik sekitar 13 basis poin menjadi 4,33 persen. Basis poin sama dengan 0,01 poin persentase.

Hasil emas 10-tahun Inggris berada di 4,24 persen. Itu berada di 3,15 persen hanya pada seminggu yang lalu.

Imbal hasil obligasi bergerak berlawanan dengan harga. Aksi jual tajam dalam obligasi Inggris memimpin penjualan, karena investor mempertimbangkan potensi respons Bank of England terhadap rencana pemerintah Inggris untuk memotong pajak dan meningkatkan pengeluaran.

Sementara itu, pound jatuh ke level terendah sepanjang masa terhadap dolar, karena suku bunga Inggris melonjak pada Senin, 26 September 2022. The Fed mengirimkan gelombang kejutan di pasar suku bunga global Rabu dengan perkiraan yang lebih agresif untuk kenaikan suku bunga.

“Saya pikir ada tiga hal” yang menggerakkan pasar. Ini adalah penetapan harga ulang The Fed. Ini adalah kisah suku bunga global, dan ini adalah fungsi dari likuiditas,” kata Greg Faranello dari AmeriVet.

Andy Brenner dari Aliansi Nasional mengatakan dia tidak melihat tanda-tanda dukungan dalam grafik imbal hasil 10-tahun hingga 4 persen.

"Ini juga bisa menjadi ikatan para penjaga yang tidak melihat apa pun untuk menghentikan mereka,” kata Brenner.

Sebelumnya, bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street melemah pada penutupan perdagangan saham Senin, 26 September 2022. Tekanan terhadap wall street terjadi seiring lonjakan suku bunga dan gejolak yang mengguncang mata uang global.

Pada penutupan perdagangan wall street, indeks S&P 500 turun 1,03 persen menjadi 3.655,04 jatuh di bawah penutupan terendah pada Juni 2022 di 3.666,77. Pada satu titik Senin siang waktu setempat, indeks sempat merosot ke 3.644,76, kurang dari delapan poin dari level terendah intraday 2022 di kisaran 3.636,87.

Indeks Dow Jones turun 329,60 poin atau 1,11 persen ke posisi 29.260,81. Indeks saham acuan tersebut turun sekitar 20,4 persen dari penutupan tertinggi pada 4 Januari 2022. Indeks Nasdaq susut 0,6 persen ke posisi 10.802,92.

Mata uang Pound Inggris turun ke rekor terendah terhadap dolar AS pada Senin, 26 September 2022. Pound Inggris turun 4 persen pada satu titik terendah sepanjang masa di USD 1,0382. Pound sejak itu turun dari level terburuknya karena spekulasi Bank of England mungkin harus menaikkan suku bunga lebih agresif untuk menekan inflasi.

Kenaikan agresif suku bunga bank sentral AS atau the Federal Reserve ditambah dengan pemotongan pajak Inggris diumumkan pekan lalu telah menyebabkan dolar AS melonjak. Euro mencapai level terendah terhadap dolar AS sejak 2002. Dolar AS yang melonjak dapat merugikan keuntungan perusahaan multinasional Amerika Serikat (AS) dan juga berdampak negatif terhadap perdagangan global dengan begitu banyak yang ditransaksikan dalam dolar AS.

“Kekuatan dolar AS seperti itu secara historis menyebabkan semacam krisis keuangan atau ekonomi,” ujar Chief US Equity Strategist Morgan Stanley, Michael Wilson dikutip dari CNBC, Selasa (27/9/2022).

Di sisi lain, imbal hasil obligasi melonjak pada Senin, 26 September 2022 dengan imbal hasil tenor 10 tahun melampaui 3,9 persen pada satu titik, dan menandai level tertinggi sejak 2010. Imbal hasil juga melonjak pada obligasi bertenor dua tahun yang sangat sensitif terhadap kebijakan the Federal Reserve (the Fed). Imbal hasil melampaui 4,3 persen level tertinggi sejak 2007.

Harga minyak West Texas Intermediate (WTI) tergelincir 2,58 persen ke posisi USD 76,71. Harga minyak WTI ini merupakan level terendah sejak 3 Januari 2022.

Harga minyak Brent susut 2,43 persen ke posisi USD 86,06. Sebelumnya harga minyak Brent diperdagangkan rendah di posisi USD 83,81 level terendah sejak 13 Januari 2022.

Harga minyak naik pada awal tahun didorong oleh invasi Rusia ke Ukraina, tetapi penurunan komoditas baru-baru ini telah memangkas kenaikan secara tajam pada 2022. Harga minyak WTI hanya naik 1,99 persen pada 2022, sedangkan harga minyak Brent bertambah 8,07 persen.

Saham perusahaan induk dari beberapa platform kencan online paling terkenal di dunia diperdagangkan di level terendah sejak perusahan go public pada 2015. Perusahaan di balik layanan Tinder, Engsel, OkCupid, dan Match.com pertama kali go public melalui penawaran umum dan bagian dari Nasdaq di bawah ticker MTCH.

Saham Match Group turun 1,2 persen pada awal pekan ini di kisaran USD 46,75. Saham diperdagankan rendah di USD 46,19 menandai valuasi rendah sejak menjadi perusahaan publik.

Kebijakan moneter dengan suku bunga lebih tinggi baik untuk saham bank tetapi menjadi taruhan yang kalah bagi investor pada 2022.

Saham Goldman Sachs turun 2,3 persen dan menjadikan bank investasi itu mencatat kinerja terburuk di Dow Jones. JPMorgan dan Morgan Stanley masing-masing turun hampir dua persen, sementara itu Citigroup turun 3 persen. Saham American Express susut dua persen, dan saham Travelers tergelincir 3 persen.

Senin, 26 September 2022

Equity World | Wall Street Bersiap Menguji Level Terendah Tahun Ini

Equity World | Wall Street Bersiap Menguji Level Terendah Tahun Ini

Equity World | Investor sejak pekan lalu bereaksi terhadap komitmen Federal Reserve (Fed) terhadap rencana kenaikan suku bunga untuk membantu menjinakkan inflasi. Menjelang minggu terakhir perdagangan untuk September 2022, investor secara mental bersiap untuk melihat S&P 500 menguji level terendah tahun ini.

“Banyak trader mengharapkan petunjuk dari poros Fed di Jackson Hole atau pada kebijakan (Komite Pasar Terbuka Federal) FOMC September, tetapi itu tidak pernah terjadi,” kata Edward Moya, analis pasar senior di Oanda pada Senin (26/9).

“Hard landing menjadi skenario dasar bagi banyak orang dan itu berarti lebih banyak kerugian ekonomi bersama dengan pasar saham yang jauh lebih lemah akan datang,” tegasnya.

Pasar saham mengakhiri penurunan yang brutal di pekan lalu dengan blue chip Dow mencapai level terendah intraday baru untuk tahun ini dan ditutup lebih rendah sebesar 486 poin. S&P 500 pasar yang lebih luas untuk sementara menembus di bawah penutupan terendah Juni 2022 dan berakhir turun 1,7%. Nasdaq Composite yang sarat teknologi kehilangan 1,8%.

Pada akhir pertemuan FOMC, Gubernur Fed Jerome Powell mengatakan bank sentral dapat menaikkan suku bunga setinggi 4,6% sebelum menarik kembali. Perkiraan tersebut juga menunjukkan rencana The Fed untuk tetap agresif tahun ini, menaikkan suku bunga menjadi 4,4% sebelum 2022 berakhir.

Imbal hasil (yield) obligasi Amerika Serikat (AS) melonjak setelah The Fed memberlakukan kenaikan suku bunga lagi sebesar 75 basis poin (bps). Tingkat Treasury tenor dua tahun dan 10 tahun mencapai posisi tertinggi yang tidak terlihat dalam lebih dari satu dekade. Pada Jumat (23/9),

Pangkas Target S&P 500

Goldman Sachs memangkas target akhir tahun untuk S&P 500 menjadi 3.600 dari 4.300.

“Seberapa jauh kita berada di bawah titik terendah musim panas adalah dugaan siapa pun,” kata Moya dari Oanda.

“Sepertinya rilis data ekonomi atau pidato Fed tidak akan meyakinkan pasar bahwa penurunan dari kampanye pengetatan agresif (kebijakan moneter) ini akan terjadi dalam waktu dekat,” imbuhnya.

Ke depan, para trader mengantisipasi rilis data pengeluaran konsumsi pribadi yang menjadi pengukur inflasi pilihan Fed pada Jumat. Barang tahan lama dan angka sentimen konsumen juga akan keluar minggu ini.

Sejumlah pembicara Fed termasuk Wakil Gubernur Fed Lael Brainard, Presiden Fed St. Louis James Bullard, Presiden Fed San Francisco Mary Daly, dan Gubernur Fed Michelle Bowman, serta Powell juga dijadwalkan untuk berbicara di berbagai acara minggu ini.

Saham Bersiap untuk Menguji Posisi Terendah

Menjelang minggu terakhir perdagangan untuk September 2022, Dow dan S&P 500 masing-masing turun sekitar 6% untuk bulan tersebut, sedangkan Nasdaq telah kehilangan 8%.

Baik Dow dan S&P sekarang masing-masing duduk 1,2% dan 1,6%, di atas posisi terendah sejak pertengahan Juni 2022. Nasdaq berada 2,9% di atas level terendahnya.

Investor secara mental bersiap untuk melihat S&P 500 menguji level terendah tahun ini. Itu bisa berarti level terendah jangka pendek, menurut kepala strategi pasar Truist, Keith Lerner.

“Peningkatan kemungkinan menembus harga terendah S&P 500 Juni mungkin diperlukan untuk menimbulkan ketakutan yang lebih dalam,” kata Lerner dalam sebuah catatan.

“Ketakutan sering kali mengarah ke (posisi) dasar jangka pendek. Yang penting, seperti yang kita lihat di Juni, bahkan jika pasar melampaui batas, snapback bisa menjadi tajam dan sulit diatur waktunya,” jelasnya.

Dia menambahkan bahwa dengan aksi jual ekstrim yang telah terjadi dan saham yang oversold, bukan saatnya untuk menekan pandangan negatif.

“Pada Agustus, kami telah mengadvokasi untuk mengurangi ekuitas di kisaran 4.200-4.300 untuk S&P 500 dan fokus berkelanjutan pada peningkatan kualitas dalam portofolio,” katanya.

“Dalam pandangan kami, lingkungan makro yang menantang akan tetap ada. ... Namun, tidak masuk akal untuk menumpuk hal-hal negatif dalam jangka pendek dan menjadi lebih defensif setelah aksi jual besar-besaran telah terjadi,” ujar Lerner.

Bursa Berjangka Dibuka Lebih Rendah

Saham berjangka dibuka sedikit berubah pada Minggu (25/9) malam setelah rata-rata utama mengalami kerugian tajam pada minggu sebelumnya karena kebijakan Fed, lonjakan suku bunga, dan gejolak mata uang asing menakuti investor.

Kontrak berjangka yang terkait dengan Dow Jones Industrial Average turun hanya 40 poin, sementara S&P 500 berjangka dan Nasdaq 100 berjangka turun 0,1%. Bursa berjangka yang terkait dengan ketiga rata-rata utama dengan cepat turun jauh lebih rendah segera setelah perdagangan pra pasar dimulai.

Jumat, 23 September 2022

Equity World | Wall Street Melemah, Diwarnai Aksi Jual Saham Pertumbuhan dan Teknologi

Equity World | Wall Street Melemah, Diwarnai Aksi Jual Saham Pertumbuhan dan Teknologi

Equity World | Indeks utama Wall Street ditutup melemah pada akhir perdagangan Kamis (22/9) setelah investor bereaksi terhadap langkah agresif terbaru The Fed dalam mengendalikan inflasi. Imbasnya terjadi aksi jual saham-saham pertumbuhan dan saham teknologi

Indeks Dow Jones Industrial Average turun 107,10 poin atau 0,35% ke 30.076,68, S&P 500 turun 31,94 poin atau 0,84% ke 3.757,99 dan Nasdaq Composite turun 153,39 poin atau 1,37% ke 11.066,80.

Sembilan dari 11 sektor utama S&P turun, dipimpin oleh penurunan saham konsumen dan keuangan masing-masing 2,2% dan 1,7%.

Saham perusahaan teknologi dan pertumbuhan megacap seperti Amazon.com Inc, Tesla Inc dan Nvidia Corp turun antara 1% dan 5,3% karena benchmark imbal hasil Treasury AS mencapai level tertinggi 11 tahun.

Sektor teknologi S&P 500 telah merosot 28% sepanjang tahun ini, dibandingkan dengan penurunan indeks benchmark sebesar 21,2%.

Volume perdagagan saham di bursa AS mencapai 11,39 miliar saham, dengan rata-rata 10,91 miliar dalam 20 sesi perdagangan terakhir.

Mengutip Reuters, The Fed menaikkan suku bunga sebesar 75 basis poin pada Rabu (21/9) dan mengisyaratkan kenaikan suku bunga kebijakan lebih lanjut. Hal ini memicu kekhawatiran volatilitas lebih lanjut dalam perdagangan saham dan obligasi.

Proyeksi pertumbuha ekonomi dari bank sentral juga menarik. Bank sentral AS memperkirakan tahun ini ekonomi hanya tumbuh 0,2% dan naik menjadi 1,2% pada tahun 2023.

Baca Juga: Wall Street Dibuka Bervariasi pada Kamis (22/9), Setelah Aksi Jual Dipicu The Fed

"Jika kita terus mengalami inflasi yang ketat, dan jika (Gubernur Fed Jerome) Powell berpegang teguh pada apa yang dia tunjukkan, saya pikir kita memasuki resesi dan kita melihat penurunan signifikan pada ekspektasi pendapatan," kata Mike Mullaney, direktur pasar global di Boston Partners.

"Jika ini terjadi, saya memiliki keyakinan tinggi dalam kondisi itu bahwa kita menembus 3.636," tambahnya, mengacu pada titik terlemah S&P 500 pada  pertengahan Juni tahun ini.


Kamis, 22 September 2022

Equity World | Wall Street Anjlok, Investor Mencerna Pesan Suku Bunga The Fed yang Hawkish

Equity World | Wall Street Anjlok, Investor Mencerna Pesan Suku Bunga The Fed yang Hawkish

Equity World | Indeks utama Wall Street anjlok lebih dari 1,7% pada akhir perdagangan Rabu (21/9), karena investor mencerna kenaikan suku bunga The Fed yang sangat besar, dan komitmennya untuk mempertahankan kenaikan suku bunga hingga tahun 2023 untuk memerangi inflasi.

Indeks Dow Jones Industrial Average turun 522,45 poin atau 1,70% ke 30.183,78, S&P 500 turun 66,00 poin atau 1,71% ke 3.789,93 dan Nasdaq Composite turun 204,86 poin atau 1,79% ke 11.220,19.

Dow Jones membukukan penutupan terendah sejak 17 Juni, sedangkan Nasdaq dan S&P 500 masing-masing berada pada level terendah sejak 1 Juli dan 30 Juni. Sementara itu, seluruh sektor di S&P 500 ditutup lebih rendah, dipimpin oleh penurunan sektor konsumer dan sektor komunikasi.

Volume perdagangan saham di bursa AS mencapai 11,03 miliar saham dengan rata-rata 10,79 miliar saham dalam 20 hari perdagangan terakhir.

Mengutip Reuters, pada akhir pertemuan 2 hari, The Fed menaikkan suku bunga kebijakan sebesar 75 basis poin untuk ketiga kalinya ke kisaran 3,00%-3,25%. Kenaikan ini sesuai dengan ekspektasi sebagian besar pelaku pasar.

Namun, pembuat kebijakan juga mengisyaratkan kenaikan yang lebih besar dalam proyeksi baru yang menunjukkan tingkat kebijakannya naik menjadi 4,40% pada akhir tahun ini sebelum mencapai 4,60% pada tahun 2023. Ini naik dari proyeksi pada bulan Juni masing-masing sebesar 3,4% dan 3,8%.

Bank sentral menambahkan, pemangkasan suku bunga tidak diperkirakan sampai 2024, menghancurkan harapan investor yang luar biasa bahwa Fed memperkirakan inflasi terkendali dalam waktu dekat. Ukuran inflasi yang disukai The Fed sekarang terlihat perlahan kembali ke target 2% pada tahun 2025.

Dalam konferensi persnya, Gubernur The Fed Jerome Powell mengatakan pejabat bank sentral AS "sangat bertekad" untuk menurunkan inflasi dari level tertinggi dalam empat dekade dan "akan terus melakukannya sampai pekerjaan selesai," sebuah proses yang dia ulangi tidak akan terjadi tanpa rasa sakit.

"Gubernur Powell menyampaikan pesan yang serius. Dia menyatakan bahwa tidak ada yang tahu apakah akan ada resesi atau seberapa parah, dan bahwa mencapai soft landing selalu sulit," kata Yung-Yu Ma, kepala strategi investasi di BMO Wealth Management.

Suku bunga yang lebih tinggi dan pertempuran melawan inflasi juga masuk ke ekonomi AS, dengan proyeksi The Fed menunjukkan pertumbuhan akhir tahun hanya 0,2% tahun ini, naik menjadi 1,2% pada tahun 2023.

"Pasar sudah bersiap untuk beberapa hawkishness, berdasarkan laporan inflasi dan komentar gubernur baru-baru ini," kata Ma dari BMO.

"Tapi selalu menarik untuk melihat bagaimana pasar bereaksi terhadap pesan tersebut. Hawkish sudah diharapkan, tetapi sementara beberapa di pasar merasa nyaman dengan itu, yang lain mengambil posisi untuk menjual."

Rabu, 21 September 2022

Equity World | Harga Emas Lagi Naik, Tapi Hati-Hati Tertipu!

Equity World | Harga Emas Lagi Naik, Tapi Hati-Hati Tertipu!

Equity World | Harga emas mulai menggeliat, pada perdagangan Rabu (21/9/2022) pukul 06:22 WIB, harga emas dunia di pasar spot berada di US$ 1.665,06 per troy ons. Harga emas menguat 0,12%.

Penguatan hari ini berbanding terbalik dengan penutupan kemarin. Pada perdagangan Selasa (20/9/2022), harga emas melemah 0,8% ke posisi US$ 1.663,11 per troy ons.

Dalam sepekan, harga emas masih anjlok 1,8% secara point to point. Dalam sebulan, harga emas menyusut 4,1% sementara dalam setahun anjlok 6,2%.

Analis dari OANDA Edward Moya menjelaskan penguatan emas pada pagi hari belum meyakinkan, dan ada risiko turun semakin dalam. Pergerakan emas akan sangat ditentukan oleh hasil rapat bank sentral Amerika Serikat (AS) The Federal Reserve (The Fed) pada malam nanti atau Kamis dini hari waktu Indonesia.

"Kenaikan sebesar 100 bps akan semakin membuat emas jatuh. Namun, jika The Fed menaikkan suku bunga sebesar 75 bps sesuai ekspektasi pasar maka kemungkinan akan ada short-covering di tengah kelegaan pasar. Ini akan membantu emas," tutur Moya, seperti dikutip dari Reuters.

Selain The Fed, sejumlah bank sentral akan menggelar rapat moneter pada pekan ini. Di antaranya adalah bank sentral Swiss, Jepang, Inggris, dan Swedia.

Bank sentral Swedia Riksbank menaikkan suku bunga acuan sebesar 100 bps menjadi 1,75% kemarin. Kenaikan agresif juga dikhawatirkan akan dilakukan The Fed.

"Emas tidak mampu menepis kekhawatiran pasar terkait kebijakan The Fed yang ketat. Buktinya, yield terus meroket dan ini tentu saja membuat emas terus melemah," imbuh Moya.

Yield surat utang pemerintah AS tenor 10 tahun kemarin ditutup pada posisi 3,57% atau berada di kisaran tertingginya dalam 11 tahun terakhir.

Selasa, 20 September 2022

Equity World | Wall Street Ditutup Cerah, IHSG Tancap Gas Hari Ini?

Equity World | Wall Street Ditutup Cerah, IHSG Tancap Gas Hari Ini?

Equity World | Pada perdagangan Senin (19/9/2022) kemarin pasar keuangan Indonesia ditutup bervariatif, dengan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berakhir di zona hijau dan rupiah melemah di hadapan dolar AS.

Equity World | Harap Sabar, Harga Emas Naga-naganya Masih Sulit Bangkit

Indeks acuan utama bursa domestik, kemarin ditutup menguat 0,37% ke posisi 7.195,49. Meski demikian, perdagangan tidak serta merta mulus, dengan IHSG sempat beberapa kali bergerak di zona merah.

Pada awal perdagangan sesi I, IHSG dibuka menguat 0,42%, namun selang lima menit setelah dibuka, IHSG sempat terkoreksi 0,12% ke posisi 7.160,87. Setelah terkoreksi, IHSG kembali bangkit, lalu kembali sempat tersungkur di zona merah pada awal pembukaan sesi kedua.

IHSG kemudian bergerak ke atas dan melompat ke harga tertinggi harian jelang akhir perdagangan di 7.231,42, sebelum akhirnya kenaikan terpangkas pada bel penutupan perdagangan kembali ke level psikologis 7.100.

Nilai transaksi indeks pada hari kemarin masih tergolong ramai atau mencapai sekitar Rp 15 triliun, namun turun signifikan dari rata-rata harian pekan lalu yang mencapai lebih dari Rp 20 triliun. Sebanyak 32 miliaran saham yang berpindah tangan 1,3 juta kali, dengan 208 saham terapresiasi, 354 saham terdepresiasi, dan 142 saham lainnya stagnan.

Saham PT Bumi Resources Tbk (BUMI) menjadi saham yang paling besar nilai transaksinya pada hari ini, yakni hingga mencapai Rp 1,2 triliun. Kemudian disusul oleh saham PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) dan PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) dengan nilai transaksi secara berurutan sebesar Rp 883,6 miliar dan Rp 634,8 miliar.

Meski hanya mampu menguat tipis, kinerja bursa domestik kemarin lebih baik dari mayoritas saham regional atau Asia-Pasifik yang masih lesu. Indeks Hang Seng Hong Kong merosot 1,04%, Shanghai Composite China melemah 0,35%, Straits Times Singapura terkoreksi 0,37%, ASX 200 Australia terpangkas 0,28%, dan KOSPI Korea Selatan ambles 1,14%.

Pada perdagangan hari ini, sentimen pasar masih cenderung mengarah negatif, di mana bursa saham Amerika Serikat (AS), Wall Street terkoreksi tajam pada pekan lalu. Tiga indeks saham acuan Wall Street kompak melemah dengan koreksi lebih dari 4% pekan lalu.

Selain itu pelaku pasar tampaknya masih mengukur langkah dan dengan seksama menantikan keputusan Bank Indonesia dan sejumlah bank sentral utama terkait kebijakan moneter terbaru untuk menaikkan atau menahan suku bunga acuan dalam upaya menjinakkan inflasi yang semakin liar.

Kondisi yang lebih suram datang dari pasar keuangan lain, di mana kemarin kembali rupiah melemah melawan dolar Amerika Serikat (AS) dan selangkah lagi berisiko menembus kembali level psikologis Rp 15.000/US$.

Melansir data Refinitiv, rupiah membuka perdagangan dengan stagnan. Tetapi tidak lama langsung melemah, bahkan sempat menyentuh Rp 14.988/US$ atau melemah 0,25% di pasar spot.

Untungnya saat penutupan perdagangan, kerugian tersebut dapat dipangkas dengan rupiah berakhir di Rp 14.975/US$ atau melemah 0,17%.

Sama dengan yang terjadi di pasar ekuitas, pedagang juga masih menunggu keputusan bank sentral utama dunia.

The Fed hampir pasti akan menaikkan suku bunga secara agresif. Bahkan ada kemungkinan menaikkan suku bunga 100 basis poin dan menjadi alasan uta,a rupiah sulit menguat.

Sementara itu, bank sentral China (People's Bank of China/PBoC) malah mengambil langkah berbeda dan memutuskan untuk memangkas suku bunganya.

PBoC pagi kemarin menurunkan suku bunga reverse repo 14 hari guna menambah likuiditas di perekonomian. Suku bunga tersebut diturunkan sebanyak 10 basis poin menjadi 2,15% dari sebelumnya 2,25%. Langkah penurunan suku bunga reverse repo 14 hari menjadi yang pertama sejak akhir Januari lalu.

Keputusan PBoC menjadi sedikit angin segar ke pasar yang pada akhirnya membuat rupiah mampu bertahan di bawah Rp 15.000/US$.

Senin, 19 September 2022

Equity World | Harga Emas Hari Ini Kembali Kinclong! Tapi Awas, Masih Rapuh

Equity World | Harga Emas Hari Ini Kembali Kinclong! Tapi Awas, Masih Rapuh

Equity World | Harga emas mulai menggeliat. Pada perdagangan Senin (19/9/2022) pukul 06:02 WIB, harga emas dunia di pasar spot berada di US$ 1.678,09 per troy ons. Harga emas menguat 0,19%.

Penguatan hari ini memperpanjang tren positif emas yang sudah berlangsung sejak Jumat pekan lalu. Pada perdagangan Jumat (16/9/2022), harga emas juga menguat 0,67% ke posisi US$ 1.674,5 per troy ons.

Namun dalam sepekan, harga emas masih anjlok 2,7% secara point to point. Dalam sebulan, harga emas ambles 4% sementara dalam setahun anjlok 4,9%.

Harga emas mulai menggeliat. Pada perdagangan Senin (19/9/2022) pukul 06:02 WIB, harga emas dunia di pasar spot berada di US$ 1.678,09 per troy ons. Harga emas menguat 0,19%.

Penguatan hari ini memperpanjang tren positif emas yang sudah berlangsung sejak Jumat pekan lalu. Pada perdagangan Jumat (16/9/2022), harga emas juga menguat 0,67% ke posisi US$ 1.674,5 per troy ons.

Namun dalam sepekan, harga emas masih anjlok 2,7% secara point to point. Dalam sebulan, harga emas ambles 4% sementara dalam setahun anjlok 4,9%.

Analis Heraeus Precious Metals Tai Wong menjelaskan emas sempat ambruk pada pertengahan pekan lalu karena panic buying investor setelah data inflasi keluar.

Data inflasi yang di atas ekspektasi membuat pasar mulai berspekulasi jika bank sentral AS (The Federal Reserve/The Fed) akan menaikkan suku bunga acuan sebesar 100 bps pada Rabu pekan ini.

Emas kembali menguat setelah investor kembali tenang. Namun, Wong mengingatkan emas masih rawan melemah ke depan karena ada pertemuan The Fed dan long weekend di Inggris.

"Sepertinya ada kepanikan mendadak yang terjadi pada pelaku pasar setelah adanya ekspektasi kenaikan suku bunga acuan sebesar 100 bps," tutur Wong, kepada Reuters.

Jumat, 16 September 2022

Equity World | Jelang Akhir Pekan, Harga Emas Merosot ke Level Terendah Sejak April 2020

Equity World | Jelang Akhir Pekan, Harga Emas Merosot ke Level Terendah Sejak April 2020

Equity World | Harga emas turun di hari keempat berturut-turut hingga Jumat pagi. Bahkan, harga emas spot mencapai level terendah sejak April 2020 atau hampir 2,5 tahun terakhir.

Jumat (16/9) pukul 7.24 WIB, harga emas spot berada di US$ 1.664,88 per ons troi. Harga emas melemah tipis 0,02% dari posisi kemarin dan merosot 3,02% dalam sepekan terakhir.

Sedangkan harga emas kontrak Desember 2022 di Commodity Exchange turun 0,27% ke US$ 1.672,80 per ons troi. Dalam sepekan, harga emas berjangka ini melorot 3,23%.

Harga emas tertekan oleh kenaikan imbal hasil US Treasury dan penguatan nilai tukar dolar AS. Taruhan kenaikan suku bunga besar-besaran oleh Federal Reserve AS mengikis daya tarik emas.

"Faktor terbesar adalah yield US Treasury tampak cukup kuat setelah sebelumnya melemah," kata Daniel Pavilonis, ahli strategi pasar senior di RJO Futures kepada Reuters.

Harga sempat memangkas penurunan karena investor mencerna data penjualan ritel AS secara tak terduga naik pada Agustus. Sementara data terpisah menunjukkan klaim pengangguran mingguan AS turun 5.000 menjadi 213.000 yang disesuaikan secara musiman pekan lalu.  

Pasar telah sepenuhnya memperkirakan kenaikan suku bunga setidaknya 75 basis points (bps) pada akhir pertemuan kebijakan Fed minggu depan, bahkan mungkin hingga 100 bps. Meskipun emas dianggap sebagai aset yang aman selama ketidakpastian ekonomi, kenaikan suku bunga meningkatkan biaya peluang memegang emas batangan yang tidak memberikan imbal hasil.

"Penguatan indeks dolar AS minggu ini, bersama dengan kenaikan imbal hasil Treasury AS dan data inflasi AS yang lebih panas, menyebabkan pembeli emas mundur teratur," kata Jim Wyckoff, analis senior di Kitco Metals dalam sebuah catatan.

Kamis, 15 September 2022

Equity World | Harga Emas Dunia Hari Ini Tergelincir di Bawah USD 1.700 per Ons

Equity World | Harga Emas Dunia Hari Ini Tergelincir di Bawah USD 1.700 per Ons

Equity World | Harga emas tergelincir di bawah level USD 1.700 per ons pada perdagangan Rabu (Kamis waktu Jakarta). Anjloknya harga emas dunia hari ini arena ekspektasi untuk kenaikan suku bunga yang tajam dari Federal Reserve AS membuat logam mulia yang tidak memberikan imbal hasil sedikit berkilau.

Dikutip dari CNBC, Kamis (15/9/2022), harga emas di pasar spot turun 0,36 persen menjadi USD 1.695,47 per ounce, setelah menandai penurunan persentase satu hari terbesar sejak 14 Juli pada perdagangan Selasa, didorong oleh reli dolar AS menyusul kenaikan mengejutkan pada inflasi AS.

Sedangkan, harga emas berjangka AS turun 0,48 persen menjadi USD 1.709,10.

“Kami melihat hari ini beberapa tindak lanjut melalui tekanan jual teknis setelah penurunan kuat kemarin,” kata Analis Senior Kitco Metals, Jim Wyckoff.

Pasar sekarang memperkirakan kenaikan suku bunga setidaknya 75 basis poin oleh The Fed pada pertemuan kebijakan 20-21 September, menyusul kenaikan tak terduga sebesar 0,1 persen dalam indeks harga konsumen AS untuk Agustus.

“Kebijakan moneter yang lebih ketat akan memperlambat pertumbuhan ekonomi global, yang pada gilirannya akan mengurangi permintaan produsen dan konsumen untuk logam (berharga),” tambah Wyckoff.

Sementara itu, nilai tukar dolar AS turun 0,2 persen membuat emas batangan yang dihargakan dalam greenback lebih murah bagi pembeli luar negeri.

“Harga emas bisa rentan terhadap penurunan menuju USD 1.650 dan mungkin jauh lebih rendah jika Fed memberi sinyal kenaikan suku bunga yang lebih agresif tetap di atas meja,” Analis Senior OANDA, Edward Moya.

Di tempat lain, harga perak naik 1,2 persen menjadi USD 19,56 per ounce, platinum naik 3 persen menjadi USD 904,45 dan paladium bertambah 2,7 persen menjadi USD 2,160,62.

“PGM (logam kelompok platinum) kemungkinan akan bangkit kembali dalam beberapa bulan mendatang karena produksi mobil pulih tetapi kami tetap berhati-hati mengingat risiko resesi yang kemungkinan akan membatasi sisi atas,” kata Standard Chartered dalam sebuah catatan tertanggal Selasa.

Kemarin, harga emas dunia hari ini mencatatkan penurunan terbesar dalam hampir sebulan. Harga emas dunia turun setelah data inflasi AS datang lebih panas dari yang diharapkan, mempertahankan tekanan pada Federal Reserve untuk tetap agresif menaikkan suku.

Melansir laman mining.com, Rabu (14/9/2022), harga emas hari ini susut 1,1 persen menjadi USD 1.706,18 per ounce, setelah merosot sebanyak 1,6 persen sebelumnya.

 Sedangkan Indeks Spot Dolar Bloomberg naik 0,7 persen setelah jatuh 0,4 persen. Demikian pula harga perak, platinum, dan paladium juga turun.

Dilaporkan jika indeks harga konsumen naik 0,1 persen pada Agustus dari bulan sebelumnya, mengejutkan pasar setelah perkiraan median ekonom menunjukkan adanya penurunan kecil.

Dolar dan imbal hasil Treasury melonjak setelah laporan tersebut, menyebabkan emas turun sebanyak 1,6 persen, terbesar sejak 15 Agustus.

Laporan CPI akan menjaga The Fed di jalur hawkish menjelang pertemuannya minggu depan. Pejabat mengisyaratkan bahwa pengetatan 75 basis poin lainnya kemungkinan terjadi meskipun inflasi moderat di awal musim panas, dan pasar swap sekarang sepenuhnya memperhitungkan kenaikan super besar.

“Laporan inflasi yang sangat panas menarik permadani untuk emas karena investor sekarang mulai mempertimbangkan lebih banyak pengetatan Fed. Kenaikan suku bunga 75 basis poin adalah kesepakatan yang dilakukan untuk bulan September dan mulai terlihat seperti kita mungkin tidak melihat penurunan pada bulan November,” kata Ed Moya, Analis Pasar Senior di Oanda.

Rabu, 14 September 2022

Equity World | Pasar Asia Pasifik Dibuka Turun 2% Mengikuti Wall Street

Equity World | Pasar Asia Pasifik Dibuka Turun 2% Mengikuti Wall Street

Equity World | Saham di Asia Pasifik turun tajam pada pembukaan pada Rabu (14/9) setelah indeks di Wall Street turun tajam, menyusul laporan indeks harga konsumen atau CPI Amerika Serikat (AS) yang lebih tinggi dari perkiraan untuk Agustus 2022.

Nikkei 225 Jepang turun 2,8% di awal perdagangan, dan indeks Topix turun 2,19%. Kospi di Korea Selatan kehilangan 2,58% dan Kosdaq turun 2,66%.

Di Australia, S&P/ ASX 200 turun 2,47%. Indeks MSCI dari saham Asia Pasifik di luar Jepang turun 1,16%.

Imbal hasil (yield) obligasi Treasury AS tenor dua tahun juga mencapai 3,79%, level tertinggi sejak 2007. Dow Jones Industrial Average kehilangan 1.276,37 poin, atau 3,94%, menjadi ditutup pada 31.104,97. S&P 500 turun 4,32% menjadi 3.932,69, dan Nasdaq Composite kehilangan 5,16% untuk mengakhiri sesi di 11.633,57.

“Apa yang mungkin paling membingungkan dalam semua ini adalah bahwa kekuatan dalam inflasi inti sangat banyak didorong oleh kategori sektor jasa,” tulis Ray Attrill, kepala strategi FX National Australia Bank, pada Rabu (14/9) dalam sebuah catatan. Ia menambahkan sektor ini terutama didorong inflasi upah.

Trader sekarang terbagi antara kenaikan Federal Reserve (Fed) 75 basis poin (bps) atau 100 (bps).

Beberapa trader sekarang mengharapkan kenaikan suku bunga poin penuh dari Fed AS pada pertemuan September 2022, menurut pelacak CME FedWatch dari taruhan berjangka dana Fed.

Probabilitas 100 bps naik menjadi 33% dari 0%, dan peluang kenaikan tiga perempat poin turun menjadi 67% dari 91% sehari sebelumnya.

Ekonom di Nomura sekarang juga mengharapkan untuk melihat kenaikan persentase penuh.

Selasa, 13 September 2022

Equity World | Harga Emas Melonjak 1 Persen karena Dolar AS Tergelincir

Equity World | Harga Emas Melonjak 1 Persen karena Dolar AS Tergelincir

Equity World | Harga emas melonjak 1 persen dan perak reli lebih dari 6 persen pada perdagangan hari Senin. Harga emas hari ini melonjak didukung oleh pelemahan dolar AS yang sangat dalam.

Sementara, investor masih menunggu data inflasi AS yang menjadi isyarat untuk memperhitungkan laju kenaikan suku bunga oleh Bank Sentral AS.

Mengutip CNBC, Selasa (13/9/2022), harga emas di pasar Spot naik 0,49 persen menjadi USD 1.724,386 per ounce. Sedangkan harga emas berjangka AS juga naik 0,42 persen menjadi USD 1.735,80 per ounce.

Pejabat Bank Sentral Eropa telah mengisyaratkan kenaikan suku bunga lebih lanjut untuk mengendalikan inflasi. Hal ini tentu saja memberikan tenaga bagi mata yang euro dan sebaliknya menjadi tekanan bagi dolar AS.

Direktur Perdagangan Logam Mulia High Ridge Futures David Meger mengatakan, pelemahan dolar AS ini menjadi tenaga baru di pasar emas.

The dollar index melemah, membuat harga emas lebih menarik bagi pembeli dari luar negeri.

Investor tengah menanti keluarnya angka inflasi AS di Selasa yang kemungkinan akan menunjukkan kenaikan di kecepatan 8,1 persen sepanjang tahun, turun jika dibandingkan angka 8,5 persen pada Juli 2022.

"Kita mungkin melihat posisi pelaku pasar ebih memilih untuk menunggu laporan inflasi AS besok yang dapat memberikan dorongan yang lebih besar lagi jika kita melihat pelemahan lebih lanjut," jelas analis pasar senior di OANDA, Craig Erlam.

Emas secara tradisional dianggap sebagai lindung nilai terhadap inflasi. Tetapi kenaikan suku bunga diterjemahkan menjadi biaya yang lebih mahal untuk memegang emas batangan karena tidak memberikan bunga.

Pergerakan emas tampaknya dibayangi oleh perak, yang biasanya mengikuti emas tetapi juga dapat dipengaruhi oleh isyarat ekonomi mengingat kegunaan industrinya.

Harga perak di pasar spot melonjak lebih dari 5 persen ke level tertinggi sejak 17 Agustus di sekitar USD 20 per ounce.

Meger dari High Ridge menyebutnya sebagai reli penutup pendek yang dramatis. Logam ini mungkin juga mengambil isyarat dari reli risk-on secara keseluruhan, analis di City Index Fawad Razaqzada mengatakan dalam sebuah catatannya.

Penguatan nilai tukar dolar Amerika Serikat (AS) dan imbal hasil yang meningkat memaksa harga emas berada di bawah USD 1.700 per ounce pada pekan lalu.

“Emas menjadi 'karung tinju' karena lonjakan imbal hasil Treasury telah meremajakan perdagangan dolar raja. Ini baru saja menjadi berita buruk di mana-mana untuk emas. Tidak ada penangguhan hukuman yang terlihat untuk emas sampai pergerakan lebih tinggi dengan imbal hasil obligasi global berakhir," kata pasar senior OANDA analis Edward Moya, dikutip dari Kitco News, Senin (12/9/2022).

Emas Comex Desember akan ditutup pada hari Jumat di sekitar USD 1.727,20 per ounce, turun 2,5 persen pada minggu ini, menyusul reli di belakang laporan pekerjaan Agustus.

Tetapi para analis melihat pada Jumat pekan lalu hanya sebagai reli short-covering untuk harga emas.

"Pasar telah mengalami tren lebih rendah. Kami gagal mempertahankan level di atas USD 1.800. Level USD 1.700 adalah yang terendah. Saya memperkirakan pasar akan terikat pada kisaran berombak," kata ahli strategi pasar senior RJO Futures Frank Cholly kepada Kitco News.

"Dan sampai kita bisa mencapai di atas USD 1.745 pada basis penutupan, saya akan tetap bertahan, netral. Di atas itu, saya mulai positif," lanjut dia.

Menurutnya, turunnya nilai tukar dolar AS akan memberikan ruang bagi emas untuk reli. Namun, analis tetap sangat berhati-hati, terutama memasuki akhir pekan yang panjang.

"Harga emas bisa jatuh jika USD 1.680 gagal bertahan,” ujar Pearce.

Jika dolar AS tetap tinggi dan harga emas menembus level di bawah USD 1.680 per ons, maka diprediksi akan membuat harga emas jatuh ke USD 1.550 per ons.

"Saya akan sangat berhati-hati di sini mengingat prospek jangka panjang untuk pasar saham. Saya tidak melihat bagaimana emas dapat mempertahankan reli dengan ekuitas semakin ditumbuk dan dolar dibeli saat turun," katanya.

"Jika posisi terendah jangka pendek dalam emas tidak dapat bertahan dan kita turun ke USD 1.678, emas bisa mundur ke posisi terendah pandemi di USD 1.625 dan bahkan USD 1.484. Emas perlu bertahan di USD 1.670 - USD 1.680. Jika tidak, emas akan turun. ke tingkat yang lebih rendah,” ujarnya.

Level Harga Emas

Harga emas diperkirakan akan berada pada kisaran USD 1.695 - USD 1.700 untuk jangka panjang.

"Pasar bisa bergerak lebih rendah jika Fed terus menjadi sangat agresif dengan kenaikan suku bunga. Dolar mengumpulkan banyak dukungan dari gagasan bahwa Fed akan terus menaikkan suku secara agresif,” Kata ahli strategi pasar senior RJO Futures Frank Cholly.

Cholly memperingatkan, ada kemungkinan harga emas bisa turun lebih banyak. Grafik jangka panjang menunjukkan bahwa USD 1.700 adalah level support yang baik.

Jumat, 09 September 2022

Equity World | Harga Emas Menguat di Tengah Pelemahan Dolar AS

 Equity World  | Harga Emas Menguat di Tengah Pelemahan Dolar AS

Equity World | Harga emas naik pada hari Jumat didukung oleh pelemahan dolar AS. Meski demikian, kekhawatiran atas The Fed yang diramal akan melanjutkan kebijakan kenaikan suku bunga yang agresif telah menjadi sentimen yang membebani pasar.


Harga emas di pasar spot naik 0,7% menjadi US$ 1.719,19 per ons tori pada 05:50 GMT. Sementara harga emas berjangka AS naik 0,6% menjadi US$ 1.729,70 per ons troi.  

Di sisi lain, indeks dolar turun 0,7%, setelah menyentuh level terendah dalam satu minggu.

"Pada level saat ini, emas tampaknya dalam jangka pendek telah mencapai titik terendah," kata Michael Langford, direktur perusahaan penasihat perusahaan AirGuide.  


"Klaim pengangguran yang sedang berlangsung dan jumlah lapangan pekerjaan akan secara material mempengaruhi pandangan bank sentral tentang kekuatan ekonomi yang mendasarinya," lanjut dia.

Data pada hari Kamis menunjukkan klaim tunjangan pengangguran di AS turun pada pekan lalu. Hal ini menyoroti kekuatan pasar tenaga kerja dan mendukung ekspektasi kenaikan suku bunga the Fed yang agresif.

"The Fed berkomitmen kuat untuk memerangi inflasi dan tetap berharap hal itu dapat dilakukan tanpa biaya sosial yang sangat tinggi untuk mengendalikan lonjakan harga," kata Ketua The Fed Jerome Powell beberapa waktu lalu.

Bank sentral AS diperkirakan akan menaikkan suku bunga sebesar 75 basis poin lagi pada 21 September mendatang. 

Equity World | Harga Emas Hari Ini di Pasar Dunia Tergelincir Perkataan Bos The Fed

Equity World | Harga Emas Hari Ini di Pasar Dunia Tergelincir Perkataan Bos The Fed

Equity World | Harga logam mulia dunia tergelincir. Harga emas hari ini merosot setelah komentar dari Ketua Federal Reserve Jerome Powell memperkuat ekspektasi adanya kenaikan suku bunga 75 basis poin yang diputuskan pada pertemuan lembaga tersebut yang akan digelar.

Melansir laman CNBC, Jumat (9/9/2022), harga emas di pasar spot turun 0,64 persen menjadi USD 1.706,67 per ounce setelah mencapai level tertinggi lebih dari satu minggu di awal sesi. Sedangkan harga emas berjangka AS juga turun 0,4 persen ke posisi USD 1.720,20.

"The Fed "berkomitmen kuat" untuk mengendalikan inflasi tetapi masih ada harapan itu dapat dilakukan tanpa "biaya sosial yang sangat tinggi" yang terlibat dalam pertarungan inflasi sebelumnya," kata Powell.

Ahli strategi komoditas di TD Securities, Daniel Ghali, mengatakan jika komentar Powell sepenuhnya konsisten dengan Jackson Hole Conference.

"Dia tidak melawan keinginan pasar untuk kenaikan 75 basis poin yang akan datang pada pertemuan September," jelas dia.

Menurut dia, ada banyak dukungan pembelian karena kisaran teknis harga emas dunia sekitar USD 1.700. "Tapi, kami memperkirakan level ini akan tembus dalam waktu dekat."

The Fed sekarang memperkirakan peluang 85 persen akan dikeluarkan kebijakan kenaikan suku bunga 75 basis poin pada pertemuan kebijakan 20-21 September.

Emas sangat sensitif terhadap kenaikan suku bunga AS, karena hal ini meningkatkan biaya peluang untuk memegang emas batangan yang tidak memberikan imbal hasil.

Data menunjukkan jumlah orang Amerika yang mengajukan klaim baru untuk tunjangan pengangguran turun pekan lalu ke level terendah tiga bulan, menggarisbawahi kekuatan pasar tenaga kerja.

Setelah komentar Powell, dolar sebelumnya naik mendekati puncaknya baru-baru ini, yang membuat emas lebih mahal bagi pemegang mata uang lainnya.

Sebelumnya pada hari itu, Bank Sentral Eropa menaikkan suku bunga utamanya sebesar 75 basis poin yang belum pernah terjadi sebelumnya dan mengisyaratkan kenaikan lebih lanjut, memprioritaskan perang melawan inflasi.

Sementara harga perak di pasar spot turun 0,16 persen ke posisi USD 18,48 per ounce. Harga platinum naik 1,5 persen menjadi USD 879,50 dan paladium naik 4,7 persen ke posisi USD 2,139,41.

Kamis, 08 September 2022

Equity World | Harga Emas Hari Ini di Pasar Dunia Melompat, Perak Mengekor

Equity World | Harga Emas Hari Ini di Pasar Dunia Melompat, Perak Mengekor

Equity World | Harga emas hari ini lebih tinggi dan mendekati harian tertinggi, karena short-covering di pasar berjangka dan persepsi bargain hunting di pasar tunai, menyusul kerugian baru-baru ini.

Melansir laman kitco, Kamis (8/9/2022), indeks dolar AS dan imbal hasil Treasury AS mundur dari level yang lebih tinggi hari ini, yang juga mendorong beberapa minat beli di pasar logam.

Namun, penurunan besar dalam harga minyak mentah ke level terendah delapan bulan hari ini membatasi kenaikan harga emas. Emas Oktober terakhir naik USD 11,50 menjadi USD 1.714,90 dan perak naik USD 0,352 pada posisi USD 18,26 di Desember.

Indeks saham A.S. lebih tinggi tetapi masih dalam tren turun pada grafik harian. Penghindaran risiko tetap agak meningkat di pasar umum.

China melaporkan hari ini impor dan ekspornya turun lebih dari perkiraan perdagangan pada Agustus karena ekonomi terbesar kedua di dunia itu terus terhenti di tengah penguncian Covid, pasar properti yang goyah, dan yuan yang lebih lemah.

"Hambatan yang dihadapi ekonomi China menjadi semakin sengit dan upaya baru-baru ini untuk menopangnya tampaknya tidak memadai," kata pengiriman email dari analis Craig Erlam dengan OANDA.

Pertemuan kebijakan moneter Bank of Canada hari ini melihat bank sentral menaikkan suku bunga sebesar 75 basis poin.

Bank Sentral Eropa bertemu Kamis dan banyak yang mengharapkan ECB menaikkan suku bunga utamanya sebesar 75 basis poin.

Pasar luar utama hari ini melihat harga minyak mentah Nymex turun tajam dan diperdagangkan di sekitar USD 82,65 per barel.

Indeks dolar AS sedikit lebih lemah setelah mencapai level tertinggi 20 tahun di awal perdagangan AS. Hasil pada catatan Treasury AS 10-tahun diambil sekitar 3,2 persen.


Selasa, 06 September 2022

Equity World | Kok Harga Emas Perlahan Menanjak? Coba Cari Tahu Disini

Equity World | Kok Harga Emas Perlahan Menanjak? Coba Cari Tahu Disini

Equity World | Harga emas mulai menguat. Pada perdagangan Senin (5/9/2022) pukul 16: 02 WIB, harga emas dunia di pasar spot berada di US$ 1.711,7 per troy ons. Harga emas menguat tipis 0,015%. Penguatan tersebut membalikkan arah pergerakan emas yang melemah pada pagi hari ini.

Dalam sepekan, harga emas masih melandai 1,5% secara point to point. Dalam sebulan, harga emas sudah amblas 3,5% sementara dalam setahun anjlok 6,1%.

Harga emas anjlok dalam dua pekan terakhir setelah the Fed mengeluarkan pernyataan hawkishnya terkait suku bunga. Harga sang logam mulia bahkan sempat terlempar dari level US$ 1.700 pada Kamis pekan lalu.

Matt Simpson, analis dari City Index, mengatakan harga emas cenderung diam di tempat atau naik tipis karena investor tengah mencari sinyal lanjutan kebijakan moneter Amerika Serikat (AS).

Bank sentral AS The Federal Reserve (the Fed) akan menggelar pertemuan pada 20-21 September mendatang. Artinya, pekan depan adalah "blackout period" atau periode di mana tidak ada pernyataan apapun yang akan keluar dari pejabat the Fed.

"Pertemuan the Fed bakal digelar dua pekan ke depan dan ada masa "blackout period". Pernyataan apapun dari the Fed pada minggu ini akan diteliti oleh pasar karena mereka harus menjahit informasi apapun untuk mengetahui kebijakan the Fed," tutur Matt Simpson, kepada Reuters.

Simpson menjelaskan pernyataan the Fed mengenai suku bunga akan menjadi penggerak utama harga emas pekan ini.

"Pernyataan apapun yang menyinggung kenaikan 75 bps akan membuat emas tertekan," ujarnya.

Sementara itu, ANZ dalam keterangannya mengatakan emas sempat menguat pada Jumat lalu atau setelah keluarnya data tenaga kerja AS. Data tersebut sedikit di bawah ekspektasi pasar sehingga menopang pergerakan emas.

AS mengumumkan jumlah lapangan kerja yang tercipta pada Agustus mencapai 315.000. Sedikit di atas perkiraan pasar yakni 300.000.

Tingkat pengangguran di AS naik tipis menjadi 3,7% pada Agustus, dari 3,5% pada Juli.

"Emas menguat pada Jumat karena pelaku pasar melihat data tenaga kerja dan dampaknya. Data tenaga kerja yang memburuk akan membuat the Fed melunak," tulis ANZ, seperti dikutip dari Reuters.

Senin, 05 September 2022

Equity World | Sempat Ngegas, Harga Emas Kembali Lemas

Equity World | Sempat Ngegas, Harga Emas Kembali Lemas

Equity World | Menguatnya nilai tukar dolar Amerika Serikat (AS) dan imbal hasil yang meningkat memaksa harga emas berada di bawah USD 1.700 per ounce awal pekan lalu.

"Emas menjadi karung tinju karena lonjakan imbal hasil Treasury telah meremajakan perdagangan dolar raja. Ini baru saja menjadi berita buruk di mana-mana untuk emas. Tidak ada penangguhan hukuman yang terlihat untuk emas sampai pergerakan lebih tinggi dengan imbal hasil obligasi global berakhir," kata pasar senior OANDA analis Edward Moya, dikutip dari Kitco News, dikutip Senin (5/9/2022).

Moya menyebut, emas Comex Desember ditutup pada hari Jumat pekan lalu di sekitar USD 1.727,20 per ounce, turun 2,5 persen, menyusul reli di belakang laporan pekerjaan Agustus. Tetapi para analis melihat langkah Jumat hanya sebagai reli short-covering.

 "Pasar telah mengalami tren lebih rendah. Kami gagal mempertahankan level di atas USD 1.800. Level USD 1.700 adalah yang terendah. Saya memperkirakan pasar akan terikat pada kisaran berombak. Dan sampai kita bisa mencapai di atas USD 1.745 pada basis penutupan, saya akan tetap bertahan. netral. Di atas itu, saya mulai positif," kata ahli strategi pasar senior RJO Futures Frank Cholly kepada Kitco News.

Disisi lain, ekonom senior Capital Economics AS Michael Pearce, berpendapat keningkatan 315.000 dalam nonfarm payrolls AS dan kenaikan tingkat pengangguran menjadi 3,7 persen menunjuk ke kenaikan suku bunga 50 basis poin yang lebih kecil dibandingkan kenaikan 75 basis poin yang diharapkan oleh pasar, kata

“Data menunjukkan kondisi pasar tenaga kerja mulai melambat lebih nyata, yang kami perkirakan akan berkontribusi pada pertumbuhan ekonomi yang lebih lemah selama beberapa tahun mendatang. Dengan kondisi pasar tenaga kerja yang mereda juga berkontribusi pada tekanan upah yang lebih lemah, itu akan membantu mendorong kembali kebijakan Fed baru-baru ini. hawkishness," kata Pearce.

Dolar yang melemah memberikan ruang bagi pergerakan harga emas untuk reli. Namun, analis tetap sangat berhati-hati, terutama memasuki akhir pekan yang panjang.

"Akhir pekan yang panjang ini membawa banyak kejutan. Semua orang akan datar ke akhir pekan. Shorts baru-baru ini menutupi. Tapi masih ada terlalu banyak ketidakpastian, dan emas bisa jatuh jika USD 1.680 gagal bertahan,” kata co-director Walsh Trading Sean Lusk.

Kisaran USD 1.695-USD 1.700 menandai nilai jangka panjang pasar. Pasar bisa bergerak lebih rendah jika Fed terus menjadi sangat agresif dengan kenaikan suku bunga.

Artinya, dolar mengumpulkan banyak dukungan dari gagasan bahwa Fed akan terus menaikkan suku secara agresif.

The Fed berada di belakang kurva inflasi dan dapat melampaui siklus kenaikannya, Cholly memperingatkan.

"Ada kemungkinan emas bisa memiliki lebih banyak penurunan. Grafik jangka panjang menunjukkan bahwa USD 1.700 adalah level support yang baik. Jika kita mengeluarkannya, kita harus mulai melihat pada USD 1.600. Jika kita menutup di bawah USD 1.695, ada kekhawatiran penurunan USD 100 lainnya,” jelas Lusk.

Lusk menambahkan bahwa beberapa dukungan untuk emas bisa datang dari ketegangan geopolitik, terutama di Eropa Timur.

Jumat, 02 September 2022

Equity World | Naik sih... Tapi Kalau ke Level Ini, Emas Kian Tak Berharga!

Equity World | Naik sih... Tapi Kalau ke Level Ini, Emas Kian Tak Berharga!

Equity World | Emas berusaha bangkit dari keterpurukan. Pada perdagangan Jumat (2/9/2022) pukul 06:34 WIB, harga emas dunia di pasar spot berada di US$ 1.697,49 per troy ons, menguat 0,08%.

Penguatan hari ini terjadi setelah emas babak belur dan terlempar dari level psikologis US$ 1.700. Pada perdagangan kemarin, harga emas melandai 0,85% ke posisi US$ 1.696,09. Artinya, emas kembali terjerembab ke level US$ 1.600 setelah terakhir berada di posisi tersebut pada 20 Juli lalu.

Dalam sepekan, harga emas sudah jatuh 2,3% secara point to point. Dalam sebulan, harga emas sudah amblas 3,5% sementara dalam setahun anjlok 6,2%.

Daniel Ghali, analis TD Securities, mengatakan sulit bagi emas untuk terus menguat setelah pernyataan hawkish dari pejabat bank sentral Amerika Serikat (AS) The Federal Reserve/the Fed. Pada pekan lalu, the Fed menegaskan sikapnya untuk tetap berperang melawan inflasi meskipun itu akan berdampak buruk ke perekonomian AS.

"Jika the Fed tetap berpegang teguh pada mandat untuk memerangi inflasi maka suku bunga acuan akan tetap naik. Mandat itu juga membuat the Fed tidak mungkin memangkas suku bunga meskipun ada resesi. Ini jelas alamat buruk bagi emas," tutur Ghali, seperti dikutip dari Reuters.

Ghali menambahkan titik krusial emas ada di posisi US$ 1.675 per troy ons, Jika emas terus turun dan jatuh melewati titik tersebut maka harga emas akan semakin jatuh. "Jika emas jatuh ke US$ 1.675 maka tekanan untuk menjual emas semakin besar," imbuhnya.

Analis independen Ross Norman mengatakan pergerakan harga emas diperkirakan belum akan menggembirakan ke depan karena perkasanya dolar AS. Dollar Index melambung ke 109,59 kemarin. Level tersebut adalah yang tertinggi dalam 20 tahun lebih.

"Arah gerak emas diperkirakan akan terus bergerak melemah dari posisi sekarang. Emas mungkin bisa diperdagangkan di kisaran US$ 1.680," ujar Norman.

Kamis, 01 September 2022

Equity World | Kilau Emas Pudar, Harga Emas Spot Cetak Penurunan Bulanan Terpanjang dalam 4 Tahun

Equity World | Kilau Emas Pudar, Harga Emas Spot Cetak Penurunan Bulanan Terpanjang dalam 4 Tahun

Equity World | Emas kembali tergelincir dan berada di jalur untuk penurunan bulanan terpanjang sejak tahun 2018. Harga emas tertekan oleh kenaikan suku bunga agresif oleh bank sentral utama di seluruh dunia.

Rabu (31/8), harga emas spot ditutup turun 0,8% ke level US$ 1.711,04 per ons troi. Ini membuat emas jatuh 3,1% sepanjang bulan Agustus, dan ditetapkan untuk penurunan bulan kelima berturut-turut.

Di sisi lain, harga emas berjangka untuk kontrak pengiriman Desember 2022 ditutup melemah 0,6% ke US$ 1.726,2 per ons troi.

Semakin jelas bahwa bank sentral akan agresif dengan pengetatan karena tekanan inflasi yang belum pernah terjadi sebelumnya, yang tidak baik untuk emas, kata Edward Moya, Analis Senior OANDA.

Loretta Mester dari Federal Reserve AS mengatakan bank sentral perlu menaikkan suku bunga sedikit di atas 4% pada awal tahun depan.

Sementara itu, inflasi zona Euro melonjak ke rekor tertinggi lainnya dan akan segera memasuki wilayah dua digit, menandai serangkaian kenaikan suku bunga yang besar.

Emas dikenal sebagai investasi yang aman selama krisis ekonomi dan geo-politik, tetapi lingkungan suku bunga tinggi membuat aset yang tidak memberikan imbal hasil kurang menarik bagi investor.

Reaksi emas saat mendekati level kunci US$ 1.700 akan menunjukkan jumlah dukungan yang tersisa untuk logam mulia tersebut di tengah kekhawatiran resesi global dan perang Ukraina, kata analis Kinesis Money Rupert Rowling dalam sebuah catatan.

Investor juga mengambil stok data yang menunjukkan gaji swasta AS yang meningkat 132.000 pekerjaan pada Agustus setelah naik 270.000 pada Juli.