Jumat, 14 Oktober 2022

Equity World | Inflasi AS Masih Panas, Harga Emas Ikut Lemas

Equity World | Inflasi AS Masih Panas, Harga Emas Ikut Lemas

Equity World | Masih panasnya inflasi Amerika Serikat (AS) langsung berimbas ke harga emas. Pada perdagangan Jumat (14/10/2022) pukul 07:10 WIB, harga emas dunia di pasar spot berada di US$ 1.664,19 per troy ons. Harga emas melemah 0,1%.

Pelemahan emas memperpanjang tren negatif yang sudah berlangsung sejak kemarin. Pada perdagangan kemarin, Kamis (13/10/2022), harga emas melemah 0,4% ke posisi US$ 1.665,79 per troy ons. Padahal, emas sempat menguat 0,43% pada perdagangan Rabu pekan ini.

Dalam sepekan, harga emas sudah ambles 1,8% secara point to point. Dalam sebulan, harga emas menyusut 1,9% sementara dalam setahun anjlok 7,3%.

David Meger, direktur perdagangan logam High Ridge Futures, menjelaskan emas melemah karena masih tingginya inflasi AS. Biro Statistik Tenaga Kerja AS melaporkan inflasi AS mencapai ke 8,2% (year on year/yoy) pada September.

Laju inflasi memang lebih rendah dibandingkan pada Agustus yang tercatat 8,3% (yoy) tetapi masih di atas ekspektasi pasar yakni 8,1% (yoy). Secara bulanan (month to month/mtm), inflasi tercatat 0,4% pada September atau meningkat dibandingkan pada Agustus yang tercatat 0,1%. Inflasi inti menyentuh 6,6 % (yoy) pada September, level tertingginya sejak 1982 atau 40 tahun terakhir.

Inflasi yang masih tinggi menghapus harapan pelaku pasar jika bank sentral AS The Federal Reserve (The Fed) akan segera melonggarkan kebijakan. Dengan inflasi tinggi, The Fed bahkan diperkirakan akan menaikkan suku bunga acuan secara signifikan pada November dan Desember mendatang.

"Sebelumnya ada optimis menjelang pengumuman inflasi. Namun, apa yang terjadi di luar harapan. Ini jelas tidak baik bagi emas," tutur Meger, kepada Reuters.

Kenaikan suku bunga acuan The Fed akan melambungkan dolar AS dan yield surat utang pemerintah AS. Dua faktor ini sama-sama berdampak negatif ke emas.
Penguatan dolar AS membuat emas semakin mahal sehingga tidak menarik. Emas juga tidak menawarkan imbal hasil sehingga kenaikan yield obligasi pemerintah AS membuat emas tidak menarik.

Indeks dolar menguat ke 112,55 pada pagi hari ini, dari posisi penutupan kemarin yang tercatat 112,36. Sementara itu, yield surat utang pemerintah AS nyaris menembus 4%, rekor tertingginya dalam 12 tahun.

Analis Kitco Metals Jim Wyckoff mengingatkan emas masih rawan pelemahan karena The Fed hampir pasti menaikkan suku bunga secara agresif pada 1-2 November mendatang.

"Data inflasi menegaskan jika The Fed memang benar mengenai keyakinan mereka jika inflasi masih belum terkendali," tutur Wyckoff, seperti dikutip dari Reuters.

Kamis, 13 Oktober 2022

Equity World | Harga Emas Menguat Tipis, Investor Menunggu Data Inflasi AS Nanti Malam

Equity World | Harga Emas Menguat Tipis, Investor Menunggu Data Inflasi AS Nanti Malam

Equity World | Harga emas menguat pada hari Kamis, melanjutkan kenaikan harga kemarin. Kenaikan harga emas didukung oleh penurunan dolar dan imbal hasil US Treasury setelah risalah dari pertemuan kebijakan terakhir Federal Reserve.

Kamis (13/10) pukul 6.56 WIB, harga emas spot naik tipis 0,09% ke US$ 1.674,72 per ons troi. Sedangkan harga emas kontrak Desember 2022 di Commodity Exchange menguat 0,21% ke US$ 1.681,10 per ons troi.

Para pejabat The Fed sepakat bahwa mereka perlu sikap kebijakan yang lebih ketat dan kemudian mempertahankannya untuk beberapa waktu. Langkah agresif ini untuk memenuhi tujuan bank sentral Amerika Serikat (AS) menurunkan inflasi. Hal ini tampak pada risalah rapat The Fed bulan September yang dirilis hari Rabu.

Meski demikian, beberapa peserta diskusi mengatakan penting untuk mengkalibrasi langkah pengetatan kebijakan lebih lanjut dengan tujuan mengurangi risiko dampak negatif yang signifikan terhadap prospek ekonomi.

"Pasar menangkap tanda-tanda dovish dan melihat kata kalibrasi, maka dolar AS turun dan emas melonjak," kata Tai Wong, pedagang senior di Heraeus Precious Metals di New York kepada Reuters. Dia menambahkan bahwa risalah rapat masih dinilai hawkish.

Nilai tukar dolar AS melemah menyebabkan emas lebih murah bagi pembeli dalam mata uang lain. Sementara imbal hasil Treasury AS acuan tenor 10-tahun juga menurun. Suku bunga yang lebih tinggi meningkatkan biaya peluang untuk memegang emas batangan yang tidak memberikan imbal hasil.

Kini, investor menunggu data indeks harga konsumen AS yang akan dirilis pada hari Kamis nanti malam. Pasar meramalkan bahwa inflasi konsumen akan tetap tinggi untuk bulan September.

"Emas dan perak tampaknya akan diuntungkan dari perputaran dolar dan imbal hasil akhirnya, oleh karena itu fokus lanjutan pada inflasi dan data ekonomi sebagai tanda pelemahan untuk mendukung pergeseran sikap hawkish yang ditandai oleh Federal Reserve," ujar Ole Hansen, kepala strategi komoditas di bank Saxo dalam sebuah catatan.

Senin, 10 Oktober 2022

Equity World | Menerawang Harga Emas Minggu Ini, Naik atau Turun Lagi?

Equity World | Menerawang Harga Emas Minggu Ini, Naik atau Turun Lagi?

Equity World | Analis logam mulia telah memperingatkan investor selama beberapa minggu ini bahwa tren harga emas turun tajam sepanjang musim panas mendorong emas dan perak ke wilayah oversold.

Dikutip dari Kitco.com, Senin (10/10/2022), sentimen bearish di pasar berada pada level tertinggi dalam beberapa tahun, dan kedua logam mulia itu siap untuk diperas.

Perkiraan tersebut terbukti benar, dengan perak melihat, pada puncaknya, kenaikan 12 persen minggu ini, karena harga didorong di atas USD 21 per ounce. Sementara itu, pasar emas mengalami reli 4 persen karena harga melaju di atas USD 1.730 per ounce.

Namun, menjelang akhir pekan, momentum mulai berkurang karena emas mengakhiri minggu menguji support di USD 1.700 per ounce dan perak mencoba bertahan di USD 20.

Sementara reli minggu lalu telah menjadi langkah yang disambut baik bagi sebagian orang, analis mencatat bahwa pasar masih kekurangan unsur penting: investor bullish.

Pada akhirnya, pasar emas dan perak tidak memiliki keyakinan bullish yang kuat untuk melihat reli berkelanjutan untuk saat ini. Banyak investor terus duduk di sela-sela karena Federal Reserve dan dolar AS mendominasi pasar keuangan.

Terlepas dari ancaman yang berkembang dari resesi global yang parah, Federal Reserve terus secara agresif menaikkan suku bunga, yang mendukung dolar AS pada level tertinggi dalam 20 tahun. Pada saat yang sama, imbal hasil obligasi mendekati level tertinggi 12 tahun. Ini bukan lingkungan yang positif untuk emas.

Hambatan untuk emas ini diperkirakan tidak akan mereda dalam waktu dekat. Bahkan beberapa kelas berat pasar mulai merangkul gagasan dolar AS yang kuat.

Ray Dalio menjadi berita utama minggu ini, mengumumkan di Twitter bahwa dia tidak lagi menganggap uang tunai adalah sampah, posisi yang telah dia pegang selama beberapa tahun.

"Fakta telah berubah dan saya berubah pikiran tentang uang tunai sebagai aset: Saya tidak lagi berpikir uang tunai adalah sampah," tulis Dalio. Hari berikutnya Dalio mengumumkan bahwa dia akan mengundurkan diri sebagai co-CIO Bridgewater

Bulan lalu, Dalio mengatakan bahwa dia mengharapkan Federal Reserve untuk mendorong suku bunga menjadi 4,5%, yang akan menyebabkan S&P 500 turun 20 persen lagi. Dalam lingkungan saat ini, dolar AS dipandang sebagai aset teraman saat ini.

Kenyataannya adalah emas terus menghadapi lingkungan yang sulit dan volatilitas yang kita lihat minggu ini dapat membuat banyak investor frustrasi; namun, satu pesan berulang yang terus kami dengar dari analis pasar adalah bahwa investor perlu melihat melewati volatilitas ini dan tetap memperhatikan gambaran yang lebih besar.

Federal Reserve mempertahankan tindakan kebijakan moneter agresifnya dalam ruang hampa. Mereka berfokus pada pasar tenaga kerja domestik dan mengabaikan dampak dolar AS terhadap ekonomi global.

Sementara ekonomi AS tetap relatif tangguh, pasar global berada pada titik puncaknya. Senin, Perserikatan Bangsa-Bangsa bahkan melangkah ke dalam perdebatan dan memperingatkan bahwa kenaikan suku bunga bank sentral akan mendorong ekonomi global, terutama negara-negara berkembang, ke dalam resesi.

Dalam proyeksi ekonomi terbarunya, Konferensi Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang Perdagangan dan Pembangunan menurunkan perkiraan pertumbuhan ekonominya dengan melihat PDB global meningkat 2,5 persen tahun ini, turun dari perkiraan sebelumnya sebesar 2,6 persen. Pada saat yang sama, pertumbuhan global diperkirakan melambat menjadi 2,2 persen pada 2023.

Saran yang saya dengar dari analis pasar adalah bahwa meskipun pemerasan pendek ini gagal, harga saat ini masih mewakili nilai jangka panjang.


Jumat, 07 Oktober 2022

Equity World | Banyak Orang Butuh Kepastian, Harga Emas Jadi Naik

Equity World | Banyak Orang Butuh Kepastian, Harga Emas Jadi Naik

Equity World | Kekhawatiran mengenai ketidakpastian perekonomian global membantu pergerakan emas. Investor membutuhkan emas di tengah situasi kekacauan dunia akibat memanasnya politik akibat perang Rusia-Ukraina serta ancaman resesi.

"Permintaan akan aset aman seperti emas meningkat di tengah semakin banyaknya pelaku pasar yang memilih untuk menghindari risiko (risk aversion)," tutur analis emas Jim Wyckoff, seperti dikutip dari Kitco.

Pada perdagangan Jumat (7/10/2022) pukul 06: 30 WIB, harga emas dunia di pasar spot berada di US$ 1.711,63 per troy ons. Harga emas menguat tipis 0,05%.

Penguatan hari ini memutus tren negatif emas yang sudah berlangsung pada Rabu dan Kamis. Pada perdagangan Kamis kemarin (5/10/2022), emas ditutup melemah 0,3% di harga US$ 1.710,85 per troy ons.

Dalam sepekan, harga emas masih menguat 3,1% secara point to point sementara dalam sebulan, harganya naik 0,62%. Namun, emas sudah melorot 2,5% dalam setahun.

Sentimen risk aversion setidaknya membantu pergerakan emas di tengah penguatan dolar Amerika Serikat (AS). Emas biasanya langsung ambruk begitu dolar AS menguat tetapi kali ini masih bisa bertahan.

Merujuk pada data Refinitiv, indeks dolar pada Jumat pagi pukul 06: 55 ada di posisi 112,28 atau tertinggi sejak 28 September.  

Namun, pergerakan emas tidak sekencang pada awal pekan. Masih terbatasnya penguatan emas disebabkan sebagian pelaku pasar yang memilih wait and see menjelang data tenaga kerja. AS akan mengumumkan angka pengangguran untuk September pada malam nanti.

"Pelaku pasar saat ini memilih wait and see sambal menunggu data tenaga kerja keluar. Data yang membaik akan menjadi kabar buruk bagi emas," tutur Carlo Alberto De Casa, analis dari Kinesis Money kepada Reuters.

De Casa menambahkan jika angka pengangguran berkurang maka bank sentral Amerika Serikat (AS) The Federal Reserve (The Fed) diperkirakan tidak akan mengendurkan kebijakan moneternya.

Pasar berekspektasi akan ada tambahan pekerjaan sebanyak 250.000 pada September sementara angka pengangguran tetap di 3,7%.