Kamis, 04 Agustus 2022

Equity World | Mulai Makan Korban, Bursa Saham China Rontok Gegara Pelosi!

Equity World | Mulai Makan Korban, Bursa Saham China Rontok Gegara Pelosi!

Equity World | Mayoritas bursa Asia-Pasifik ditutup menguat pada perdagangan Rabu (3/8/2022), di tengah tensi geopolitik antara Amerika Serikat (AS) dan China yang kembali memanas setelah kedatangan Ketua DPR AS, Nancy Pelosi ke Taiwan.

Hanya indeks Shanghai Composite China dan ASX 200 Australia yang ditutup di zona merah pada hari ini. Indeks Shanghai ditutup merosot 0,71% ke posisi 3.163,67, sedangkan ASX 200 melemah 0,32% menjadi 6.975,9.

Sedangkan sisanya ditutup di zona hijau. Indeks Nikkei Jepang ditutup menguat 0,53% ke posisi 27.741,9, Hang Seng Hong Kong bertambah 0,4% ke 19.767,09, Straits Times Singapura tumbuh 0,46% ke 3.254,07, KOSPI Korea Selatan melonjak 0,89% ke 2.461,45, dan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berakhir melesat 0,84% menjadi 7.046,635.

Ketua House of Representatives (DPR) AS, Nancy Pelosi mengunjungi Taiwan yang kian menekan sentimen pasar karena memperkeruh hubungan AS-China yang memang sudah tegang.

Pada beberapa pekan sebelumnya, China telah memperingatkan AS untuk tidak melakukan kunjungan tersebut. Bagi China, Taiwan adalah bagian dari negerinya dan kunjungan itu bisa berarti mendukung kemerdekaan.

Pelosi tiba di Taiwan pada Selasa malam waktu setempat. Juru bicara Kementerian Luar Negeri China, Hua Chunying mengatakan dalam Twitternya bahwa kunjungan Pelosi adalah "provokasi politik besar".

Kebijakan One China Policy alias hanya ada satu China membuat Negeri Tirai Bambu geram terhadap ulah AS, terutama Pelosi. Sebagai catatan, ini adalah kunjungan pertama Ketua House of Representatives Negeri Adidaya ke Taiwan dalam 25 tahun terakhir.

"Kunjungan ini berdampak parah terhadap fondasi hubungan AS-China. Ini juga merupakan pelanggaran serius terhadap kedaulatan dan integritas wilayah China," tegas Kementerian Luar Negeri China melalui keterangan tertulis.

Sementara menurut juru bicara Komando Teater Timur Tentara Pembebasan Rakyat mengatakan akan melakukan serangkaian operasi militer bersama di sekitar Pulau Taiwan mulai Selasa malam.

Negara yang dipimpin oleh Presiden Xi Jinping itu pun disebut-sebut siap untuk menguji misil di wilayah timur perairan Taiwan.

Selain itu, katalis negatif kembali menghantui setelah pejabat bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) memberikan sinyal bahwa akan ada kenaikan suku bunga acuan di pertemuan selanjutnya untuk meredam inflasi.

Meski pada hari ini sentimen pasar cenderung negatif, tetapi jika konflik di Taiwan tidak terus berlanjut hingga kondisi serius, maka bursa saham global akan kembali menghijau meski hal ini juga dipengaruhi oleh sikap salah satu pejabat The Fed.

Mengutip riset Bank of America, kinerja ciamik bursa saham AS, Wall Street selama Juli akan menjadi bekal untuk dua bulan berikutnya. Biasanya kalau terjadi kenaikan indeks saham 5% atau lebih dalam sebulan akan disusul oleh pertumbuhan positif selama dua bulan setelahnya.

Sejak awal bursa saham Negeri Paman Sam beroperasi, 59% terjadi kenaikan pada Agustus jika bulan sebelumnya naik setidaknya 5%. Rata-rata kenaikan indeks S&P 500 pada Agustus adalah 2,01%.

Ini kemungkinan masih berlanjut pada September. Sepanjang sejarah, 55% terjadi kenaikan pada September dengan rata-rata 0,73%.

So, walau Wall Street memberikan harapan, tetapi jika gaduh di Taiwan terus berlanjut maka akan menjadi risiko bagi pasar keuangan di Asia-Pasifik.

Rabu, 03 Agustus 2022

Equity World | Baru Bersinar Sebentar, Harga Emas Hari Ini Redup Lagi

Equity World | Baru Bersinar Sebentar, Harga Emas Hari Ini Redup Lagi

Equity World | Harga emas bergerak melemah. Pada perdagangan Rabu (3/8/2022) pukul 06:31 WIB, harga emas dunia di pasar spot berada di US$ 1.757,39 per troy ons. Turun 0,13%.

Emas sempat menguat signifikan sejak Rabu pekan lalu hingga Senin pekan ini. Namun, emas mulai melandai sejak kemarin. Pada perdagangan Selasa (2/8/2022), emas melemah 0,68% ke US$ 1.759,75 per troy ons.

Dalam sepekan, harga emas masih menguat 1,4% secara point to point. Dalam sebulan, harga emas masih amblas 2,9% sementara dalam setahun merosot 2,9%.

David Meger dari High Ridge Futures mengatakan kembali melemahnya emas disebabkan pernyataan dua pejabat bank sentral Amerika Serikat (AS) The Federal Reserve (The Fed) bahwa tugas memerangi inflasi masih jauh dari kata selesai. Presiden The Fed San Francisco Mary Daly mengatakan The Fed masih memiliki banyak pekerjaan rumah terkait inflasi.

"Orang-orang masih berjuang keras dengan kenaikan harga. Mereka harus membayar harga dengan lebih mahal akibat lonjakan-lonjakan barang," tutur Daly, kepada CNBC International.

Daly mengatakan dengan laju inflasi yang masih tinggi maka kenaikan suku bunga The Fed masih akan terjadi. Kenaikan suku bunga acuan The Fed akan membuat dolar AS menguat dan yield surat utang pemerintah AS meningkat. Kondisi tersebut membuat emas kurang menarik karena emas makin mahal.

David Meger dari High Ridge Futures mengatakan kembali melemahnya emas disebabkan pernyataan dua pejabat bank sentral Amerika Serikat (AS) The Federal Reserve (The Fed) bahwa tugas memerangi inflasi masih jauh dari kata selesai. Presiden The Fed San Francisco Mary Daly mengatakan The Fed masih memiliki banyak pekerjaan rumah terkait inflasi.

"Orang-orang masih berjuang keras dengan kenaikan harga. Mereka harus membayar harga dengan lebih mahal akibat lonjakan-lonjakan barang," tutur Daly, kepada CNBC International.

Daly mengatakan dengan laju inflasi yang masih tinggi maka kenaikan suku bunga The Fed masih akan terjadi. Kenaikan suku bunga acuan The Fed akan membuat dolar AS menguat dan yield surat utang pemerintah AS meningkat. Kondisi tersebut membuat emas kurang menarik karena emas makin mahal.

Meger menambahkan emas sempat menguat tajam karena turunnya ekspektasi kenaikan suku bunga dan pelemahan ekonomi AS. Ketegangan hubungan China dan AS juga menopang harga emas.

Ketegangan tersebut dipicu oleh kunjungan Ketua DPR Amerika Serikat (AS) Nancy Pelosi ke Taiwan. Emas merupakan aset aman yang dicari saat kondisi perekonomian memburuk atau gangguan stabilitas politik dan keamanan.

"Kunjungan Nancy Pelosi ke Taiwan meningkatkan ketegangan China-AS membuat harga emas semakin menguat," tutur David, kepada Reuters.

Analis dari UBS Giovanni Staunovo mengatakan rilis data ketenagakerjaan AS pada Jumat mendatang akan menjadi ujian emas berikutnya. Jika data tersebut memburuk maka emas akan semakin bersinar.

Selasa, 02 Agustus 2022

Equity World | Harga Emas Makin Kinclong, Hampir Sentuh Level Tertinggi dalam 1 Bulan

Equity World | Harga Emas Makin Kinclong, Hampir Sentuh Level Tertinggi dalam 1 Bulan

Equity World | Harga emas mendekati level tertinggi dalam satu bulan pada perdagangan hari Senin di tengah pelemahan nilai tukar dolar AS. Kenaikan harga emas hari ini terjadi di tengah penantian investor akan data-data ekonomi Amerika Serikat (AS) yang akan mempengaruhi jalur pengetatan kebijakan Bank Sentral AS atau The Federal Reserve (the Fed).

Mengutip CNBC, Selasa (2/8/2022), harga emas di pasar spot naik 0,37 persen ke level USD 1.771,71 per ounce, setelah sebelumnya mencapai level tertinggi sejak 5 Juli di USD 1.774,95 per ounce. Sedangkan harga emas berjangka AS menetap 0,4 persen lebih tinggi di level USD 1.789 per ounce.

Harga emas punya banyak ruang untuk naik mengingat adanya banyak masalah di beberapa belahan dunia. Contohnya di Rusia, Ukraina dan China. Selain itu, analis senior RJO Futures Daniel Pavilonis mengatakan bahwa penguatan dolar AS ini karena dolar AS mengalami beberapa resistensi.

Dia menambahkan, suku bunga masih menjadi faktor terbesar bagi emas dan bahkan jika The Fed tidak menaikkan suku bunga. "Itu tetap menjadi sinyal untuk beli," kata Pavilonis.

The Fed diperkirakan akan menaikkan suku bunga dengan kisaran 75 basis poin pada hari Rabu. Tetapi komentar dari Ketua The Fed Jerome Powell penurunkan harapan dengan kenaikan yang lebih kecil dari perkiraan. Hal ini menjadi tekanan untuk dolar AS.

Dolar AS yang lebih lemah membuat harga emas lebih murah bagi pembeli yang memegang mata uang lain.

"Harga emas menunggu apakah sinyal lebih jelas untuk kenaikan, memastikan ekspektasi untuk The Fed yang kurang agresif memang berakar dari kenyataan," kata kepala analis Exinity, Han Tan.

Prospek harga emas berubah begitu saja dipengaruhi oleh kenaikan suku bunga bank sentral Amerika Serikat (AS) atau Federal Reserve (The Fed). Di mana emas belum bisa keluar dari kesulitan, harga turun kembali ke USD 1.700 per once.

Dikutip dari laman Kitco News, Senin (1/8/2022), setelah menaikkan suku bunga sebesar 75 basis poin pada hari Rabu pekan lalu, Gubernur The Fed Jerome Powell mengatakan kenaikan super besar lainnya akan mungkin terjadi pada bulan September.

Namun, itu semua tergantung pada putaran baru data makro. Sebelum pertemuan September, akan ada dua putaran inflasi dan cetakan data ketenagakerjaan. Powell juga mengisyaratkan bahwa setelah menaikkan suku bunga sebesar 150 basis poin hanya dalam 40 hari, The Fed sekarang berada di posisi netral, yang berarti bahwa The Fed dapat segera mulai memperlambat laju kenaikan suku bunganya.

“Sekarang kami berada di netral, saat proses berlangsung, pada titik tertentu, akan tepat untuk memperlambat. Dan kami belum membuat keputusan kapan titik itu, tetapi secara intuitif itu masuk akal. Kami sudah pemuatan front-end peningkatan tarif yang sangat besar ini. Sekarang kita semakin dekat ke tempat yang kita butuhkan,” kata Powell.

Dari segi data, tanda-tanda menunjukkan angka inflasi yang masih bermasalah dan perlambatan ekonomi. Pengukur inflasi pilihan The Fed indeks harga pengeluaran konsumsi pribadi - naik 6,8 persen, kenaikan tahunan paling signifikan sejak 6,9 persen, yang terjadi pada Januari 1982.

PDB kuartal kedua AS juga menyusut 0,9 persen, menandai kontraksi kuartalan kedua berturut-turut dan memenuhi definisi teknis dari resesi.

"Antara sekarang dan pertemuan FOMC 21 September, ada dua laporan pekerjaan AS, dua cetakan inflasi dan simposium tahunan Jackson Hole. Akibatnya, tidak mengherankan bahwa Fed memilih untuk tidak jelas dalam panduan ke depan setelah menaikkan suku bunga sebesar 75bp pada hari Rabu," kata kepala ekonom internasional ING James Knightley.

Menurut Knightley, Federal Reserve telah memperjelas bahwa pihaknya siap untuk mengorbankan pertumbuhan karena tampaknya akan mengalahkan inflasi ke arah target, tetapi sekarang AS berada dalam resesi teknis dan tampaknya menuju apa yang mungkin disebut resesi 'nyata' dengan kenaikan pengangguran dan penurunan belanja konsumen.

“Kami memperkirakan The Fed akan berporos ke kenaikan 50bp pada bulan September dan November,” ujar Knightley.

Semua mata akan tertuju pada data ketenagakerjaan AS dari Juli pada pekan ini, yang diperkirakan akan mengkonfirmasi perlambatan.

Seruan konsensus ekonom mencari ekonomi untuk menambahkan 250.000 pekerjaan baru pada Juli setelah menambahkan 372.000 pada Juni.

"Masih ada dua lowongan untuk setiap satu orang Amerika yang menganggur, dan usaha kecil membutuhkan staf, jadi kami menduga bahwa kekurangan pasokan akan menahan angka tersebut," ungkap Knightley.

"Dengan pengangguran yang tersisa hanya 3,6 persen, upah masih tumbuh pada sekitar 5 persen tahun-ke-tahun, dan inflasi hanya sekitar 10 persen, The Fed akan terus mendaki untuk saat ini," kata dia.

Senin, 01 Agustus 2022

Equity World | Harga Emas Kuat Lagi, Didorong Lonjakan Inflasi Di AS

Equity World | Harga Emas Kuat Lagi, Didorong Lonjakan Inflasi Di AS

Equity World | Harga emas dunia bergerak naik pada perdagangan akhir pekan lalu. Daya pikat safe haven emas mendapat dorongan karena USD (greenback) bergerak lesu menyusul inflasi USA melonjak lagi.

Kisaran harga saat ini tampaknya juga menarik tawaran beli terhadap emas batangan.

Mengutip CNBC, Senin (1/8/2022) harga emas di pasar spot naik 0,4 persen ke harga USD1.761,59 per ounce. Sedangkam harga emas berjangka AS naik 0,7 persen menjadi USD1.762,9.

Pengeluaran konsumen AS meningkat lebih dari yang diharapkan pada bulan Juni, dengan inflasi bulanan melonjak paling tinggi sejak 2005. Dolar AS dengan cepat menyerah setelah rilis data tersebut, dan terakhir turun 0,3 persen, memungkinkan emas untuk memperluas kenaikannya.

"Pembalikan dolar, karena pasar menggali lebih dalam data, mendorong logam lebih tinggi lagi," kata Daniel Pavilonis, ahli strategi pasar di RJO Futures.

"Beberapa di antaranya bisa menjadi pembelian safe-haven, tetapi secara keseluruhan, itu hanya dorongan ke logam, yang cukup murah saat ini," tambah Pavilonis.

Emas masih terikat untuk penurunan bulanan keempat berturut-turut. Ini telah merosot lebih dari USD300 sejak naik melewati level USD2.000 per ons pada bulan Maret.

Hal ini terjadi karena The Fed memulai jalur kenaikan suku bunga yang cepat sementara dolar juga muncul sebagai perlindungan pilihan di tengah meningkatnya risiko resesi.

"Jika kita mendapatkan angka inflasi harga yang lebih bermasalah, The Fed harus lebih agresif," kata Jim Wyckoff, analis senior, Kitco Metals.

Suku bunga yang lebih tinggi meningkatkan biaya peluang memegang emas yang tidak menghasilkan. Tetapi emas mendapat kelonggaran, memantul lebih dari 1 persen, dari persepsi sikap yang relatif kurang agresif dari Ketua Fed Jerome Powell pada hari Rabu menyusul perkiraan kenaikan 75 basis poin.

Sementara itu harga logam berharga lainnya, Perak naik 1,4 persen menjadi USD20,26 per ounce, platinum naik 0,8 persen pada USD894,88 dan paladium melonjak 2,2 persen menjadi USD2,122,58.