Rabu, 12 Januari 2022

Equity World | Satu Kata Buat Emas: Naik!

Equity World | Harga emas dunia terkoreksi pada perdagangan pagi hari ini. Maklum, harga sang logam mulia sudah naik tiga hari beruntun sehingga investor tergoda mencairkan keuntungan.

Pada Rabu (12/1/2022) pukul 06:18 WIB, harga emas dunia di pasar spot tercatat US$ 1.819,96/troy ons. Turun 0,11% dibandingkan hari sebelumnya.

Kemarin, emas menutup pasar spot di posisi US$ 1.822,01/troy ons. Melesat 1,14% dan membuat harga sah naik tiga hari berturut-turut. Selama tiga hari itu, harga naik 1,86%.

Oleh karena itu, wajar jika harga turun pagi ini. Investor tentu ingin mencairkan cuan yang hampir 2% itu.

Ke depan, bagaimanakah prospek harga emas? Apakah investor masih bisa memperoleh tambahan cuan?

Wang Tao, Analis Teknikal Reuters, memperkirakan peluang kenaikan harga emas masih terbuka. Setelah melalui titik resistance US$ 1.815/troy ons, harga emas akan melanjutkan kenaikan ke arah US$ 1.830/troy ons.

"Harga emas sudah melewati hadangan resistance bawah US$ 1.801/troy ons, dan resistance berikutnya adalah US$ 1.815/troy ons. Saat ini harga emas sedang digerakkan oleh gelombang C, yang bisa memuncak di US$ 1.876,9/troy ons," papar Wang dalam risetnya.

Titik US$ 1.801/troy ons, lanjut Wang, menjadi support baru. Penembusan ke bawahnya akan membuat harga emas turun ke arah US$ 1.782/troy ons.

Akan tetapi, sepertinya harga emas masih cenderung akan naik. Total akan ada lima gelombang uptrend, terakhir adalah e, yang bisa membawa harga emas ke rentang US$ 1.849-1.877/troy ons.

Selasa, 11 Januari 2022

Equity World | Wall Street Turun, Aksi Bargain Hunting Menahan Kejatuhan Lebih Dalam

Equity World | Bargain hunting setelah pasar saham terkoreksi menyebabkan tiga indeks utama Wall Street mempersempit penurunan di akhir perdagangan tadi malam. Bahkan, Nasdaq berhasil menguat tipis sementara S&P 500 dan Dow Jones Industrial Average berakhir jauh di atas posisi terendah pada perdagangan semalam.

Senin (10/1), Dow Jones Industrial Average turun 162,79 poin atau 0,45% menjadi 36.068,87. Indeks S&P 500 kehilangan 6,74 poin atau 0,14% menjadi 4.670,29. Nasdaq Composite bertambah 6,93 poin atau 0,05% menjadi 14.942,83.

Pasar saham masih penuh tekanan pada pagi hari dengan kenaikan imbal hasil obligasi dan arti data inflasi minggu ini bagi pengetatan kebijakan moneter Federal Reserve AS. Penurunan tajam pasar saham pekan lalu juga turut membuka peluang aksi beli saat harga murah.

"Pasar saham sampai pada titik di mana Anda bertanya-tanya apakah roller coaster telah mencapai puncaknya dan menuju lurus ke bawah. Tetapi pada dasarnya ada banyak pembeli di pasar ini yang membeli saat turun," kata Rick Meckler, partner di Cherry Lane Investments kepada Reuters.

Paul Nolte, manajer portofolio di Kingsview Investment Management di Chicago juga menyebutkan pasar saham mulai menanjak menjelang penutupan perdagangan, bersamaan dengan kenaikan harga obligasi dan penurunan yield US Treasury yang ditutup pada 1,76%.

"Beberapa saham teknologi turun 5% hingga 10% atau lebih, dan orang-orang melihat hal itu dan tampaknya cukup bagus, saatnya untuk mengambil," kata Nolte.

Dia menambahkan bahwa hal lain yang harus diwaspadai adalah suku bunga yang telah menyeret saham-saham teknologi. "Kami melihat sedikit pembalikan di akhir hari (imbal hasil Treasury). Mereka turun hanya dengan satu sentuhan dan itu sedikit lampu hijau bagi investor teknologi," kata Nolte.

Setelah memulai hari di antara penghambat terbesar, indeks teknologi S&P berhasil menguat tipis 0,1%. Sektor kesehatan naik 1% dan layanan komunikasi yang, naik 0,02% juga menguat. Sementara sektor perindustrian turun 1,2% dan material yang turun 0,99%.

Para trader meningkatkan ekspektasi kenaikan suku bunga sejak risalah pertemuan Federal Reserve Desember menandakan kenaikan suku bunga lebih awal dari perkiraan. Goldman Sachs memperkirakan The Fed akan menaikkan suku bunga empat kali pada 2022, dibandingkan dengan perkiraan sebelumnya tiga kali.

Senin, 10 Januari 2022

Equity World | Bursa Asia Mixed pada Perdagangan Senin (10/1) Pagi, Mayoritas Indeks Melemah

Equity World | Bursa Asia bergerak variasi pada perdagangan Senin (10/1) pagi, dengan mayoritas indeks melemah. Investor bersiap untuk volatilitas pasar obligasi dan menilai pukulan ekonomi dari varian Omicron yang menyebar dengan cepat.

Pukul 08.26 WIB, indeks Hang Seng naik 30,52 poin atau 0,13% ke 23.523,90, Taiex turun 110,91 poin atau 0,61% le 18.048,92, Kospi turun 39,92 poin atau 1,37% ke 2.914,41, ASX 200 turun 6,05 poin atau 0,08% ke 7.447,30, Straits Times naik 23,82 poin atau 0,73% ke 3.229,05 dan FTSE Malaysia turun 0,29 poin atau 0,02% ke 1.542,62. 

Mengutip Bloomberg, imbal hasil Treasury naik secara menyeluruh pekan lalu dalam aksi jual yang dipicu oleh risalah Federal Reserve yang mengisyaratkan untuk memulai kenaikan suku bunga lebih cepat yakni setelah Maret. Imbal hasil US Treasury AS bertenor 10 tahun menyentuh level tertinggi dalam hampir dua tahun.

Data inflasi AS pekan ini akan diawasi dengan ketat seiring meningkatnya kekhawatiran The Fed tentang tekanan harga yang tinggi.

Pasar menghadapi peningkatan volatilitas karena investor bergulat dengan cara mengevaluasi aset karena likuiditas pandemi yang membantu mendorong ekuitas ke rekor tertinggi mulia ditarik. 

Pada saat yang sama, penyebaran varian Omicron menjadi ujian baru untuk kegiatan ekonomi.

"The Fed AS perlu melangkah dengan hati-hati dalam menghapus akomodasi kebijakan. Hal itu tidak boleh terjadi terlalu cepat. Jika tidak, ini berisiko mengganggu rebound pertumbuhan ekonomi dan dapat menyebabkan taper tantrum lainnya," ujar Diana Mousina, ekonom senior AMP Capital dalam sebuah catatan yang dikutip Bloomberg.

Di sisi lain, ekuitas China akan menjadi sorotan. Komisi Pengaturan Sekuritas China dikabarkan akan mengadopsi berbagai langkah untuk menghindari volatilitas dan tegas mencegah fluktuasi besar setelah saham mengalami awal terburuk selama setahun sejak 2016.

Jumat, 07 Januari 2022

PT Equityworld | Pesona Emas Dunia Tergerus Usai Rilis Risalah The Fed

PT Equityworld | Emas berjangka merosot tajam menjadi berada di bawah level psikologis USD1.800 pada akhir perdagangan Kamis (Jumat pagi WIB). Pelemahan terjadi setelah risalah dari pertemuan kebijakan terakhir Federal Reserve mengisyaratkan kenaikan suku bunga yang lebih cepat dari perkiraan dan memicu reli imbal hasil obligasi Pemerintah AS.

Mengutip Antara, Jumat, 7 Januari 2022, kontrak emas paling aktif untuk pengiriman Februari di divisi Comex New York Exchange, anjlok USD35,9 atau 1,97 persen menjadi USD1.789,20 per ons. Di pasar spot, emas juga merosot 1,2 persen menjadi USD1.788,25 per ons.

Sehari sebelumnya, Rabu, 5 Januari, emas berjangka terangkat USD10,5 atau 0,58 persen menjadi USD1.825,10, setelah menguat USD14,5 atau 0,81 persen menjadi USD1.814,60 pada Selasa, 4 Januari. Serta jatuh sebanyak USD28,5 atau 1,56 persen menjadi USD1.800,10 pada Senin, 3 Januari.

Risalah pertemuan Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) yang dirilis setelah penutupan pasar menunjukkan para pejabat telah membahas penyusutan kepemilikan aset bank sentral secara keseluruhan serta menaikkan suku bunga lebih cepat dari yang diharapkan untuk melawan inflasi.

Prospek kenaikan suku bunga memberikan tekanan pada emas karena mengurangi selera investor terhadap logam safe haven yang tidak dikenakan bunga. "Titik fokus utama adalah jumlah kenaikan suku bunga dan seberapa agresif Fed akan melakukannya, yang telah menempatkan emas dalam posisi rentan," kata Analis Pasar Senior Oanda Ed Moya.

"Jika pergerakan imbal hasil obligasi pemerintah jauh lebih tinggi dalam jangka pendek, itu akan sangat mengganggu perdagangan emas," tambah Moya.

Data ekonomi dirilis beragam

Sementara itu, data ekonomi yang dirilis beragam. Institute for Supply Management (ISM) melaporkan Indeks Aktivitas Bisnis tercatat 67,6 persen pada Desember, turun tujuh poin persentase dibandingkan dengan angka 74,6 persen pada November.

Departemen Tenaga Kerja AS melaporkan bahwa klaim pengangguran awal AS mencapai 207 ribu dalam pekan yang berakhir 1 Januari, lebih tinggi dari perkiraan pasar 195 ribu dan 7.000 lebih tinggi dari minggu sebelumnya.

Sedangkan logam mulia lainnya, perak untuk pengiriman Maret turun sebanyak 98 sen atau 4,23 persen menjadi USD22,19 per ons. Kemudian platinum untuk pengiriman April turun USD41,2 atau 4,11 persen menjadi USD960,70 per ons.