Kamis, 06 Januari 2022

PT Equityworld | Wall Street Tumbang Setelah Rilis Risalah Rapat The Fed yang Lebih Hawkish

PT Equityworld | Wall Street terjun bebas pada Rabu (5/1) setelah risalah rapat Federal Reserve Amerika Serikat (AS) mengisyaratkan bank sentral mungkin harus menaikkan suku bunga lebih cepat dari yang diharapkan.

Rabu (5/1), Menurut data awal, S&P 500 merosot 92,96 poin atau 1,94% menjadi 4.700,58 poin. Nasdaq Composite anjlok 522,54 poin atau 3,34%, menjadi 15.100,18. Dow Jones Industrial Average turun 392,54 poin atau 1,07% menjadi 36.407,11.

S&P 500 dan Nasdaq dengan cepat memperpanjang penurunan setelah risalah yang dipandang investor lebih hawkish daripada yang mereka khawatirkan. Dow Jones, yang mencapai rekor tertinggi pada hari sebelumnya, berbalik arah dan juga ditutup lebih rendah.

Risalah dari pertemuan kebijakan Fed 14-15 Desember menawarkan rincian lebih lanjut tentang pergeseran bank sentral bulan lalu menuju kebijakan moneter yang lebih ketat untuk mengekang inflasi. Pembuat kebijakan mengatakan bulan lalu bahwa pasar tenaga kerja AS sangat ketat.

"Ini lebih hawkish dari yang diharapkan. Pergeseran ke arah hawkish ini bisa menjadi masalah bagi pasar saham dan obligasi," kata David Carter, kepala investasi di Lenox Wealth Advisors di New York kepada Reuters.

Sektor teknologi S&P 500 adalah pemberat terbesar pada S&P 500. Sementara sektor real estat yang sensitif terhadap suku bunga memimpin penurunan di antara berbagai sektor.

Kenaikan suku bunga meningkatkan biaya pinjaman untuk bisnis dan konsumen. Bunga yang yang lebih tinggi dapat menekan berbagai saham, terutama untuk saham teknologi dan saham pertumbuhan lainnya.

Indeks keuangan S&P 500 juga berakhir lebih rendah, sehari setelah mencatat penutupan tertinggi sepanjang masa.

Para pejabat The Fed telah setuju untuk mempercepat akhir dari program pembelian obligasi era pandemi. The Fed juga mengeluarkan perkiraan yang mengantisipasi kenaikan suku bunga total 75 bps selama tahun 2022.

Rabu, 05 Januari 2022

PT Equityworld | Bursa Saham Asia Beragam, Investor Cermati Imbal Hasil Obligasi

PT Equityworld | Bursa saham Asia Pasifik bervariasi pada perdagangan Rabu pagi (5/1/2022). Hal ini seiring wall street yang juga beragam tetapi indeks Dow Jones catat rekor baru.

Di Jepang, indeks Nikkei 225 turun 0,1 persen pada awal sesi perdagangan. Indeks Topix menanjak 0,38 persen dan indeks Kospi melemah 0,25 persen. Indeks Australia ASX 200 susut 0,16 persen. Indeks MSCI Asia Pasifik di luar Jepang merosot 0,05 persen.

Investor juga akan mencermati perkembangan imbal hasil obligasi di pasar obligasi seiring imbal hasil obligasi AS menguat dengan laju tercepat dalam dua dekade. Imbal hasil obligasi AS bertenor 10 tahun naik 1,71 persen pada Selasa, 4 Januari 2022, dan berada di posisi 1,65. Demikian mengutip dari laman CNBC, Rabu pekan ini.

Di wall street, indeks Dow Jones melompat 214,59 poin ke posisi 36.799,65. Indeks acuan utama lainnya melemah seiring kenaikan imbal hasil obligasi. Indeks Nasdaq merosot 1,33 persen menjadi 15.622,72. Indeks S&P 500 susut ke posisi 4.793,54.

Indeks dolar AS berada di posisi 96,26 dari sebelumnya 96. Yen Jepang diperdagangkan di kisaran 116,13 per dolar AS.

Wall Street Beragam, Indeks Dow Jones Cetak Rekor

Bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street bervariasi pada perdagangan Selasa, 4 Januari 2022. Indeks Dow Jones menguat pada hari kedua seiring investor bertaruh pada saham yang akan mendapatkan manfaat dari pertumbuhan ekonomi yang kuat meski ada ancaman Omicron.

Akan tetapi, lonjakan imbal hasil obligasi terus menerus terjadi sehingga menyebabkan investor keluar dari saham teknologi. Sentimen itu mendorong indeks Nasdaq tertekan. Saham Nvidia dan Tesla bebani pasar saham.

Pada penutupan perdagangan wall street, indeks Dow Jones naik 214,59 poin atau 0,5 persen ke posisi 36.799,65. Indeks Dow Jones mencapai rekor intraday pada awal perdagangan. Indeks S&P 500 juga mencapai rekor intraday, tetapi tertahan kerugian saham teknologi. Indeks S&P 500 susut 0,06 persen menjadi 4.793,54. Indeks Nasdaq susut 1,3 persen menjadi 15.622,72 karena tekanan saham teknologi.

Pada pekan ini, investor bertaruh ekonomi dapat mengatasi lonjakan terbaru dalam kasus COVID-19 yang mencapai 1 juta di AS. Optimisme itu mendorong kenaikan tingkat bunga dan memecahkan pasar saham. Di sisi lain, saham bank mendapatkan sentimen positif dari kenaikan suku bunga. Saham JPMorgan Chase, American Express dan Goldman Sachs termasuk di antara yang mendapatkan keuntungan terbesar di indeks Dow Jones.

Saham Caterpillar dan lainnya yang terkait langsung dengan pemulihan ekonomi juga melonjak. Saham energi seperti Occidental Petroleum naik 7,4 persen dan Coterra Energy bertambah 6,9 persen. Saham Halliburton melonjak 6 persen seiring kenaikan harga minyak mentah dan Morgan Stanley dongkrak perusahaan jasa minyak.

Ford Motor pemenang terbesar di indeks S&P 500 dengan menanjak 11,6 persen. Saham Ford naik setelah perseroan membuka pesanan untuk truk pickup listrik F-150 pada pekan ini. Sebelumnya produk ini mendapat respons luar biasa. Ford juga umumkan rencana melipatgandakan rencana produksi  menjadi 150.000 per tahun.

Gerak Saham di Wall Street

Sementara itu, saham teknologi tertekan seiring investor khawatir kenaikan suku bunga sehingga melepas saham tersebut.

Saham Tesla turun 4,1 persen setelah melonjak 13 persen pada awal pekan ini, dan menguat 8,5 persen pada 2021. Saham Nvidia susut 2,7 persen. Saham perusahaan cloud CrowdStrike dan Okta masing-masing melemah 4,6 persen dan 3,4 persen.

Imbal hasil obligasi melonjak pada hari kedua seiring investor mencerna bukti yang berkembang karena varian omicron mungkun kurang menjadi hambatan material pada pertumbuhan global yang awalnya diantisipasi banyak orang.

“Kami percaya ada kenaikan lebih lanjut untuk saham meski sejauh ini berjalan kuat. Varian baru ini terbukti lebih ringan dari yang sebelumnya,” ujar JPMorgan Equity Strategist Mislav Matejka.

Ia menuturkan, pihaknya terus melihat keuntungan untuk pendapatan dan percaya proyeksi konsensus pada 2022 akan kembali rendah.

Di tempat lain, operator pelayaran melanjutkan kenaikan. Saham Carnival Corp, Royal Caribbean dan Norwegian Cruise masing-masing naik lebih dari 1 persen. Saham maskapai juga menguat sebagai bagian dari pembukaan kembali perdagangan.

Sebelumnya rata-rata indeks acuan pada awal pekan ini dengan indeks Dow Jones dan S&P 500 mencatat rekor penutupan tertinggi. Indeks Nasdaq naik lebih dari 1 persen, yang dipimpin oleh Tesla dan Apple. Apple pun menjadi perusahaan pertama yang mencapai kapitalisasi pasar USD 3 triliun.

Selasa, 04 Januari 2022

PT Equityworld | Harga Emas Pagi Ini Naik Tipis Setelah Anjlok 1,5%

PT Equityworld | Harga emas menguat tipis setelah kemarin turun tajam. Selasa (4/1) pukul 8.00 WIB, harga emas spot berada di US$ 1.805,49 per ons troi.

Harga emas menguat 0,22% setelah kemarin turun 1,52%. Sedangkan harga emas kontrak Februari 2022 di Commodity Exchange hari ini menguat 0,22% ke US$ 1.804,10 per ons troi setelah kemarin turun 1,56%.

Penurunan harga emas kemarin disebabkan oleh minat risiko investor yang lebih tinggi sehingga keluar dari aset safe haven. 

"Yield US Treasury yang meningkat, dolar yang lebih kuat, dan sentimen risiko yang meningkat mendorong ekuitas, memberi tekanan pada pasar emas," kata Bob Haberkorn, ahli strategi pasar senior di RJO Futures kepada Reuters. Benchmark imbal hasil Treasury AS 10-tahun naik ke puncak enam minggu, menumpulkan daya tarik emas yang tidak memberikan bunga.

Meskipun kasus virus corona melonjak, jumlah kematian dan rawat inap dari varian Omicron relatif rendah, membuat banyak pemerintah berhenti memberlakukan penguncian. Haberkorn mengatakan investor memperkirakan gelombang virus corona baru bersifat sementara.

Dolar naik terhadap sekeranjang mata uang utama, membuat emas lebih mahal bagi pembeli luar negeri, mengikuti imbal hasil obligasi pemerintah karena investor mengantisipasi Federal Reserve AS akan tetap berada di jalur kenaikan suku bunga pada tahun 2022.

Harga emas tahun lalu menandai penurunan tahunan terbesar sejak 2015. Harga emas melemah 3,6% pada tahun 2021.

Analis UBS Giovanni Staunovo mengatakan kenaikan suku bunga AS dan penurunan inflasi AS selama 2022 dapat membebani emas. Dia memperkirakan harga emas akan berada di US$ 1.650 pada akhir tahun.

Beberapa investor memandang emas sebagai lindung nilai terhadap inflasi yang lebih tinggi. Tetapi emas batangan sangat sensitif terhadap kenaikan suku bunga AS, yang meningkatkan biaya memegang komoditas.

Senin, 03 Januari 2022

PT Equityworld | Emiten di Wall Street yang Paling Melejit dan Paling Merana di Tahun Lalu

PT Equityworld | Banyak kejadian luar biasa yang terjadi di sepanjang 2021 lalu di Amerika Serikat (AS) yang mempengaruhi pergerakan bursa saham. Mulai dari kerusuhan di Gedung US Capitol hingga Facebook bersalin nama baru menjadi Meta. Di sisi lain, tahun lalu telah menjadi puncak rekor mengamuknya kasus Covid-19. 

Kendati demikian, nilai pasar saham global mencapai titik tertinggi baru. Sedangkan perusahaan modal ventura ikut memecahkan rekor pendanaan mereka. Namun terdapat pemenang dan pecundang di bursa global sepanjang 2021.

Bloomberg mencatat, AMC Entertainment menjadi emiten dengan kenaikan saham tertinggi sepanjang tahun lalu. Lalu, rekor terbesar SPAC terjadi ketika Grab melakukan penawaran umum perdana atau initial public offering (IPO) di bursa saham AS.

Sementara, Alibaba keluar menjadi emiten paling banyak kehilangan uang kas sepanjang 2021.

Mengutip Bloomberg, Minggu (2/1), awalnya bisnis AMC Entertainment mengalami pukulan telak akibat pembatasan sosial dan ketakutan masyarakat mendatangi bioskop. Namun musim panas 2021 terjadi sesuatu yang aneh terjadi, saham AMC melonjak hingga 1.128%. 

Kenaikan ini terjadi karena nostalgia para milenium dan subreddit  WallStreetBets dan sekelompok kecil trader Robinhood mengejutkan dunia keuangan. Pencapaian ini mengalahkan saham GameStop Corp, yang naik lebih dari 700% karena alasan yang sama.

Lain ceritanya dengan Grab Holding Ltd yang melantai di bursa AS menggunakan SPAC dengan nilai kesepakatan sekitar US$ 40 miliar. Ini menjadi SPAC paling besar dalam sejarah, namun saham Grab juga cepat merosot seiring hasil kinerja yang kurang memuaskan.

Tapi itu lebih baik dibandingkan nasib Peloton Interactive Inc. Pandemi telah membuat saham perusahaan ini turun 77% sepanjang 2021. Setelah penguncian akibat Covid-19 mereda musim gugur lalu, daya pikat peralatan olahraga yang mahal dan berteknologi tinggi meredup. Namun, kemunculan omicron pun belum mampu memikat investor kembali memiliki saham Peloton.

Namun, Alibaba yang paling menderita akibat kehilangan kas hingga US$ 320 miliar. Lantaran tindakan keras pemerintah China terhadap sejumlah perusahaan teknologinya. Selain itu sang pendiri Alibaba, Jack Ma juga dikabarkan sempat menghilang. 

Dari aset kripto, performa mata uang kripto paling berharga dinobatkan kepada Bitcoin. Maklum, di tahun 2021 menjadi tahun keemasan kripto. Koin seperti Shiba Inu menjadi berita utama. Tetapi Bitcoin, dengan nilai yang mendekati US$ 1 triliun, tetap dominan.