Rabu, 04 Maret 2020

PT Equityworld | Waspada! Bunga Acuan The Fed Turun, Wall Street Tetap Merah

PT Equityworld | Waspada! Bunga Acuan The Fed Turun, Wall Street Tetap Merah

PT Equityworld | Bursa saham domestik pada perdagangan hari ini, Selasa (3/3/2020) akhirnya berbalik menguat hampir 3%, tepatnya 2,94% menjadi 5.518 setelah amblas hingga -1,68% sehari sebelumnya.

Efek wabah virus corona tampaknya mulai reda dan investor mulai berani membeli saham-saham yang relatif murah, apalagi didukung oleh keinginan beberapa bank sentral untuk menggelontorkan pemangkasan suku bunga acuan.

Saat perdagangan hari ini dibuka, IHSG langsung melesat 1,3% ke 5.431,296. Rebound terus berlanjut hingga 3,43% ke 5.455,774, sebelum mengakhiri perdagangan sesi I di 5.518,459 atau menguat 2,93%.

Memasuki perdagangan sesi II, IHSG mampu mempertahankan kinerja positif, meski belum mempertebal penguatan lagi. Di akhir perdagangan IHSG menguat 2,94% di 5.518,62. Dengan penguatan tersebut, IHSG resmi menghentikan koreksi dalam 7 hari beruntun. Selama periode 'merah' tersebut, total nilai penurunan IHSG mencapai 10,20%.

Berdasarkan data RTI, nilai transaksi sepanjang hari kemarin tercatat sebesar Rp 7,49 triliun dengan investor asing melakukan aksi jual bersih (nett foreign sell) di pasar reguler Rp 264,72 miliar. Penguatan yang sempat terjadi 3,43% tersebut akhirnya mereda hingga pasar ditutup dengan penguatan 2,94%.

Sembilan sektor di IHSG membukukan penguatan, di mana sektor konsumer yang memimpin penguatan di sesi I tersalip oleh sektor infrastruktur yang membukukan penguatan sebesar 4,23%, sementara sektor konsumer 3,9% dan sektor keuangan yang memiliki kapitalisasi pasar terbesar tercatat menguat 2,79%.


Saham-saham yang banyak diburu investor pada perdagangan hari ini antara lain, saham PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) naik 3,02% ke level harga Rp 4.100/unit dengan nilai transaksi Rp 814 miliar. Selama tahun berjalan, saham BRI masih minus 6,82%.

Kemudian ada saham PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) hari ini tercatat naik 3,95% ke level Rp 31.600/unit. Nilai transaksi saham BCA mencapai Rp 723,14 miliar, di mana secara year to date masih terkoreksi 5,46%.

Saham operator telekomunikasi terbesar di Indonesia yakni PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM) tercatat naik 5,23% ke level Rp 3.620/unit senilai Rp 412,37 miliar. Saham Telkom pada periode yang sama tercatat masih mengalami koreksi 5,24%.

Secara total, 306 saham naik, 93 turun, 129 saham tidak bergerak, dan 260 saham tidak ditransaksikan kemarin di pasar. Transaksi yang tercipta di pasar kemarin mencapai Rp 7,49 triliun, di atas rerata sejak awal tahun yang memang lesu Rp 6,56 triliun per hari.

Tidak hanya di pasar ekuitas karena kemeriahan yang sama juga dirasakan di pasar obligasi rupiah pemerintah. Kemarin, pasar surat utang negara (SUN) juga menguat seiring dengan hasil lelang yang masih menunjukkan minat peserta lelang dan pelaku pasar masih cukup besar dengan nilai penerbitan senilai Rp 17,5 triliun dalam lelang rutin. Hasil penerbitan itu masih di dalam rentang target indikatif Rp 15 triliun-Rp 22,5 triliun yang ditetapkan sebelumnya.

Jumlah penerbitan itu merupakan bagian yang dimenangkan dari total penawaran yang masuk dari peserta lelang Rp 78,41 triliun.

Hasil lelang tersebut masih cukup baik mengingat selama hampir setengah bulan terakhir pasar obligasi sedang mengalami tekanan akibat kekhawatiran penyebaran virus corona Covid-19, terutama ketika di awal pekan ini penyebarannya sudah mulai masuk ke Indonesia.

Harga obligasi rupiah pemerintah kemarin mulai berbalik menguat signifikan dan mematahkan tren penguatan yang terjadi sejak 5 hari terakhir, tepatnya pada 25 Februari. Penguatan harga tersebut sekaligus menekan tingkat imbal hasil (yield) yang tercermin pada seri FR0082 yang menjadi acuan 10 tahun, di mana yield-nya turun menjadi 6,85%.


PT Equityworld


Surprise! The Fed Pangkas Suku Bunga 50 Bps, Emas Melesat 3% | PT Equityworld



Pergerakan harga dan yield obligasi saling bertolak belakang di pasar sekunder, sehingga ketika harga naik maka akan menekan yield turun, begitupun sebaliknya. Yield yang menjadi acuan keuntungan yang didapat investor juga lebih umum dijadikan acuan transaksi obligasi dibanding harga karena mencerminkan kupon, tenor, dan risiko dalam satu angka.

SUN adalah surat berharga negara (SBN) konvensional rupiah yang perdagangannya paling ramai di pasar domestik, sehingga dapat mencerminkan kondisi pasar obligasi secara umum. Keempat seri yang menjadi acuan pasar adalah FR0081 bertenor 5 tahun, FR0082 bertenor 10 tahun, FR0080 bertenor 15 tahun, dan FR0083 bertenor 20 tahun.

Terang saja, penguatan terjadi karena pasar tersulut euforia dari niat penurunan suku bunga acuan beberapa bank sentral di dunia serta dari negara-negara anggota G-7.

Penguatan serupa juga terjadi di pasar saham Asia dan Eropa, meskipun tidak seperti IHSG yang penguatan hariannya seperti balas dendam dan menjadi rekor tertinggi sejak 5 September 2018.

Di Asia, penguatan terjadi di indeks Straits Times asal Singapura 0,39% dan Shanghai Composite di China 0,74%. Di pasar saham Eropa, penguatannya tercermin dari kenaikan indeks FTSE 100 di Inggris Raya yang naik 0,95%, DAX di Jerman 0,46%, dan CAC di Prancis 0,75%.

PT Equityworld | Waspada! Bunga Acuan The Fed Turun, Wall Street Tetap Merah

PT Equityworld | Waspada! Bunga Acuan The Fed Turun, Wall Street Tetap Merah

PT Equityworld | Bursa saham domestik pada perdagangan hari ini, Selasa (3/3/2020) akhirnya berbalik menguat hampir 3%, tepatnya 2,94% menjadi 5.518 setelah amblas hingga -1,68% sehari sebelumnya.

Efek wabah virus corona tampaknya mulai reda dan investor mulai berani membeli saham-saham yang relatif murah, apalagi didukung oleh keinginan beberapa bank sentral untuk menggelontorkan pemangkasan suku bunga acuan.

Saat perdagangan hari ini dibuka, IHSG langsung melesat 1,3% ke 5.431,296. Rebound terus berlanjut hingga 3,43% ke 5.455,774, sebelum mengakhiri perdagangan sesi I di 5.518,459 atau menguat 2,93%.

Memasuki perdagangan sesi II, IHSG mampu mempertahankan kinerja positif, meski belum mempertebal penguatan lagi. Di akhir perdagangan IHSG menguat 2,94% di 5.518,62. Dengan penguatan tersebut, IHSG resmi menghentikan koreksi dalam 7 hari beruntun. Selama periode 'merah' tersebut, total nilai penurunan IHSG mencapai 10,20%.

Berdasarkan data RTI, nilai transaksi sepanjang hari kemarin tercatat sebesar Rp 7,49 triliun dengan investor asing melakukan aksi jual bersih (nett foreign sell) di pasar reguler Rp 264,72 miliar. Penguatan yang sempat terjadi 3,43% tersebut akhirnya mereda hingga pasar ditutup dengan penguatan 2,94%.

Sembilan sektor di IHSG membukukan penguatan, di mana sektor konsumer yang memimpin penguatan di sesi I tersalip oleh sektor infrastruktur yang membukukan penguatan sebesar 4,23%, sementara sektor konsumer 3,9% dan sektor keuangan yang memiliki kapitalisasi pasar terbesar tercatat menguat 2,79%.


Saham-saham yang banyak diburu investor pada perdagangan hari ini antara lain, saham PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) naik 3,02% ke level harga Rp 4.100/unit dengan nilai transaksi Rp 814 miliar. Selama tahun berjalan, saham BRI masih minus 6,82%.

Kemudian ada saham PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) hari ini tercatat naik 3,95% ke level Rp 31.600/unit. Nilai transaksi saham BCA mencapai Rp 723,14 miliar, di mana secara year to date masih terkoreksi 5,46%.

Saham operator telekomunikasi terbesar di Indonesia yakni PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM) tercatat naik 5,23% ke level Rp 3.620/unit senilai Rp 412,37 miliar. Saham Telkom pada periode yang sama tercatat masih mengalami koreksi 5,24%.

Secara total, 306 saham naik, 93 turun, 129 saham tidak bergerak, dan 260 saham tidak ditransaksikan kemarin di pasar. Transaksi yang tercipta di pasar kemarin mencapai Rp 7,49 triliun, di atas rerata sejak awal tahun yang memang lesu Rp 6,56 triliun per hari.

Tidak hanya di pasar ekuitas karena kemeriahan yang sama juga dirasakan di pasar obligasi rupiah pemerintah. Kemarin, pasar surat utang negara (SUN) juga menguat seiring dengan hasil lelang yang masih menunjukkan minat peserta lelang dan pelaku pasar masih cukup besar dengan nilai penerbitan senilai Rp 17,5 triliun dalam lelang rutin. Hasil penerbitan itu masih di dalam rentang target indikatif Rp 15 triliun-Rp 22,5 triliun yang ditetapkan sebelumnya.

Jumlah penerbitan itu merupakan bagian yang dimenangkan dari total penawaran yang masuk dari peserta lelang Rp 78,41 triliun.

Hasil lelang tersebut masih cukup baik mengingat selama hampir setengah bulan terakhir pasar obligasi sedang mengalami tekanan akibat kekhawatiran penyebaran virus corona Covid-19, terutama ketika di awal pekan ini penyebarannya sudah mulai masuk ke Indonesia.

Harga obligasi rupiah pemerintah kemarin mulai berbalik menguat signifikan dan mematahkan tren penguatan yang terjadi sejak 5 hari terakhir, tepatnya pada 25 Februari. Penguatan harga tersebut sekaligus menekan tingkat imbal hasil (yield) yang tercermin pada seri FR0082 yang menjadi acuan 10 tahun, di mana yield-nya turun menjadi 6,85%.


PT Equityworld


Surprise! The Fed Pangkas Suku Bunga 50 Bps, Emas Melesat 3% | PT Equityworld



Pergerakan harga dan yield obligasi saling bertolak belakang di pasar sekunder, sehingga ketika harga naik maka akan menekan yield turun, begitupun sebaliknya. Yield yang menjadi acuan keuntungan yang didapat investor juga lebih umum dijadikan acuan transaksi obligasi dibanding harga karena mencerminkan kupon, tenor, dan risiko dalam satu angka.

SUN adalah surat berharga negara (SBN) konvensional rupiah yang perdagangannya paling ramai di pasar domestik, sehingga dapat mencerminkan kondisi pasar obligasi secara umum. Keempat seri yang menjadi acuan pasar adalah FR0081 bertenor 5 tahun, FR0082 bertenor 10 tahun, FR0080 bertenor 15 tahun, dan FR0083 bertenor 20 tahun.

Terang saja, penguatan terjadi karena pasar tersulut euforia dari niat penurunan suku bunga acuan beberapa bank sentral di dunia serta dari negara-negara anggota G-7.

Penguatan serupa juga terjadi di pasar saham Asia dan Eropa, meskipun tidak seperti IHSG yang penguatan hariannya seperti balas dendam dan menjadi rekor tertinggi sejak 5 September 2018.

Di Asia, penguatan terjadi di indeks Straits Times asal Singapura 0,39% dan Shanghai Composite di China 0,74%. Di pasar saham Eropa, penguatannya tercermin dari kenaikan indeks FTSE 100 di Inggris Raya yang naik 0,95%, DAX di Jerman 0,46%, dan CAC di Prancis 0,75%.

Selasa, 03 Maret 2020

Equityworld Futures | Investor Mulai Tarik Cuan, Begini Arah Harga Emas Dunia

Equityworld Futures | Investor Mulai Tarik Cuan, Begini Arah Harga Emas Dunia

Equityworld Futures | Harga emas dunia menguat pada perdagangan Senin kemarin (2/3/2020) setelah merosot tajam hingga 3,5% pada Jumat (27/2/2020) pekan lalu. Merosotnya harga emas pekan lalu karena investor melakukan aksi profit taking alias ambil untung.

Data Refinitiv mencatat, pada pukul 16:08 WIB Senin kemarin, harga emas diperdagangkan di level US$ 1.603,17/troy ons, menguat 1,16% di pasar spot.

Pekan lalu, harga emas merosot kala itu bursa saham juga mengalami aksi jual. Para analis melihat lonjakan kasus wabah virus corona memicu aksi jual di berbagai instrumen investasi, termasuk emas yang sudah menguat cukup tajam.

Para investor mencairkan keuntungan dari penguatan emas tersebut, sehingga harga emas merosot tajam.

"Para pelaku pasar menjual apapun yang mereka bisa, ini merupakan aksi jual di semua instrumen" kata Michael Matousek, Kepala Trader Global Investors AS, dilansir CNBC International.

Lonjakan kasus virus corona terjadi di Korea Selatan (Korsel), Italia, dan Iran. Berdasarkan data dari Johns Hopkins CSSE jumlah kasus virus corona di Korsel hingga Senin kemarin mencapai 4.212 kasus, dengan 17 orang meninggal dunia, di Italia ada 1.694 kasus dengan 34 orang meninggal dunia, dan Iran 978 kasus dengan 54 orang meninggal dunia.

Jumlah korban meninggal di Iran kini menjadi yang terbanyak kedua setelah China yang merupakan pusat wabah virus corona.

Secara global, virus corona sudah memakan korban jiwa lebih dari 3.000 orang, dan menjangkiti lebih dari 89.000 orang. Terbaru, 2 orang terinfeksi di Depok, Jawa Barat.

Lembaga riset global, Moody's Analytics, memprediksi virus corona Wuhan (Covid-19) dapat menekan pertumbuhan ekonomi China pada 2020 menjadi tinggal 5,4% dari angka pertumbuhan tahun lalu 6%.

"Di dalam skenario dasar kami, kemungkinan besar penyebaran wabah akan tetap tertahan di China dan masih akan terjadi pada musim semi. Ekonomi China akan berkontraksi pada kuartal pertama tahun ini, dan pertumbuhan ekonomi tahun ini akan terpangkas menjadi 5,4%," ujar Mark Zandi, Chief Economist Moody's Analytics dalam risetnya, Rabu (26/2/20).

Selain berdampak pada ekonomi China, ekonomi AS juga akan diprediksi akan melambat 0,6 ppt (persentase poin) dan hanya dapat tumbuh 1,3% pada kuartal I-2020.

Tahun ini, ekonomi AS diprediksi melambat 0,2 ppt dari prediksi awal 2% atau artinya hanya tumbuh 1,7%.

Dengan penurunan proyeksi pertumbuhan ekonomi di China dan AS itu, maka dampaknya diprediksi dapat membuat pertumbuhan ekonomi dunia melambat 0,4 ppt menjadi 2,4% tahun ini dari prediksi awal 2,8%.

Ekonomi di AS yang diprediksi akan melambat membuat Goldman Sachs memprediksi bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) akan memangkas suku bunga secara agresif di tahun ini.

CNBC International mewartakan, ekonom Goldman Sachs memprediksi The Fed akan memangkas suku bunga sebesar 50 basis poin (bps) di bulan Maret menjadi 1-1,25%, dan sepanjang tahun ini bank sentral pimpinan Jerome Powell tersebut diprediksi akan memangkas suku bunga sebanyak 100 bps.

Prediksi Goldman tersebut diperkuat dengan data dari piranti FedWatch milik CME Group, dimana pelaku pasar melihat probabilitas 100% The Fed akan memangkas suku bunga 50 bps di bulan ini.

Prediksi pemangkasan suku bunga tersebut membuat harga emas kembali menguat kemarin.

Analisis Teknikal
Melihat grafik harian, emas yang disimbolkan XAU/USD bergerak di bawah kisaran rerata pergerakan (Moving Average/MA) MA 8 hari (garis biru), di kisaran MA 21 hari (garis merah), dan di atas MA 125 hari (garis hijau).

Indikator rerata pergerakan konvergen dan divergen (MACD) mulai bergerak turun meski di wilayah positif. Sementara histogramnya sudah masuk ke wilayah negatif akibat penurunan tajam di hari Jumat. Indikator ini menunjukkan emas kembali memasuki fase konsolidasi.

Pada time frame 1 jam, emas bergerak di ksiaran MA 8 dan MA 21, tetapi di bawah MA 125. Indikator Stochastic bergerak naik dan memasuki wilayah jenuh beli (overbought).

Equityworld Futures



RI Terpapar Corona, Harga Emas Antam Hari Ini Sentuh Rekor! | Equityworld Futures


Emas masih kini bergerak di dekat US$ 1.604/troy ons yang kini menjadi resisten (tahanan atas) terdekat. Selama tertahan di bawah resisten, emas berisiko memangkas penguatan ke support (tahanan bawah) US$ 1.600 hingga US$ 1.595/troy ons.

Jika level tersebut ditembus, emas berisiko melemah ke US$ 1.588/troy ons, sebelum menuju US$ 1.580/troy ons. Sementara jika resisten ditembus, emas berpeluang menguat ke US$ 1.611 sampai US$ 1.616/troy ons.

Emas Antam
Di sisi lain, harga emas acuan yang diproduksi PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) naik Rp 4.000 (0,53%) menjadi Rp 761.000 per gram pada Senin kemarin, dari Rp 757.000/gram akhir pekan lalu.

Berdasarkan harga Logam Mulia di gerai Butik Emas LM - Pulo Gadung di situs logammulia milik Antam, harga tiap gram emas Antam ukuran 100 gram menguat menjadi Rp 76,1 juta dari harga akhir pekan lalu Rp 75,7 juta per batang.

Senin, 02 Maret 2020

Equityworld Futures | Tenang! Harga Emas Antam Masih Kokoh, Cuma Hari Ini Ambles

Equityworld Futures | Tenang! Harga Emas Antam Masih Kokoh, Cuma Hari Ini Ambles

Equityworld Futures | Harga logam mulia produksi PT Aneka Tambang Tbk (Antam) dalam sepekan terakhir (24-29 Februari) bergerak naik tipis kala harga emas global tergelincir dan keluar dari level tertingginya.

Hari ini, Sabtu (29/2/2020) harga emas Antam untuk kepingan 100 gram dibanderol Rp 757.000/gram atau turun Rp 10.000 dibanding posisi perdagangan Jumat kemarin. Sepanjang pekan ini harga emas Antam mengalami kenaikan sebesar 0,26%.

Walau mencatatkan penguatan tipis dalam sepekan, gerak harga emas Antam mengekor harga emas global. Apalagi harga emas Antam sempat tergelincir Rp 10.000 kemarin saat harga emas global juga dirundung aksi jual oleh investornya.

Dalam sepekan harga emas dunia di pasar spot anjlok 3,56%. Harga emas harus tersungkur dan keluar dari level tertingginya dalam 7 tahun pada perdagangan kemarin.

Investor lebih memilih untuk mencairkan cuan dari harga emas yang sudah sangat tinggi. "Ada aksi ambil untung pada emas" kata Xiao Fu, analis Bank of China seperti diwartakan Reuters. "Jadi tak heran jika ada koreksi dari waktu ke waktu apalagi (harga) sudah meningkat secara tajam" tambahnya.

"Mungkin yang dibayangkan adalah, permintaan emas akan tetap kuat dalam kondisi seperti sekarang ini, tetapi yang terjadi malah sebaliknya" tulis analis Commerzbank dalam sebuah catatan.

Lebih lanjut Commerzbank menilai aksi jual emas ini dilakukan para investor untuk mengimbangi kerugian di tempat lain. Maklum sejak lonjakan kasus baru infeksi virus corona di luar China dilaporkan, terjadi tekanan jual yang masif di bursa saham global.

"Ketika sentimen diliputi oleh rasa ketakutan, investor selalu memilih kas dan likuiditas dan memilih menjual investasi yang sudah untung karena margin calls atau untuk menutupi kerugian pada investasi lain" kata Samson Li, seorang analis logam mulia Refinitiv yang berbasis di Hong Kong, melansir Reuters.


Equityworld Futures


Investor Panik Virus Corona, Harga Emas Anjlok pada Akhir Pekan | Equityworld Futures


Aksi ambil untung terjadi di tengah merebaknya wabah virus corona di berbagai penjuru dunia. Berdasarkan data terbaru John Hopkins University CSSE, sudah ada 85.406 kasus infeksi virus corona di lebih dari 55 negara.

China sebagai episentrum penyebaran virus merupakan negara dengan jumlah kasus terbanyak mencapai 79.251 kasus disusul Korea Selatan di peringkat kedua dengan 3.150 kasus dan Italia 889 kasus.

Virus corona yang jadi risiko utama untuk perekonomian global membuat investor beralih ke aset-aset safe haven seperti surat utang pemerintah AS bertenor 10 tahun yang menunjukkan imbal hasil terendah sepanjang masa.

Walau emas dunia sedang kena tekanan jual, harga emas antam masih relatif kokoh di level tertingginya. Hal ini mengindikasikan minat beli emas sebagai salah satu aset investasi yang relatif aman di dalam negeri masih tinggi.