Selasa, 17 Januari 2017

Meninggal Mendadak Setelah Olahraga, Apa Sebabnya?

Equityworld Futures | Meninggal Mendadak Setelah Olahraga, Apa Sebabnya?


Equityworld Futures | Beberapa kali kita pernah mendengar kasus seorang atlet yang meninggal mendadak setelah melakukan latihan olahraga. Padahal, anggapan umum terhadap atlet adalah orang yang sehat. Lantas kenapa mereka bisa meninggal secara mendadak?

Salah satu penyebab kematian mendadak pada atlet adalah berhentinya kerja jantung secara tiba-tiba. Kejadian tersebut dipicu oleh olahraga dengan intensitas tinggi yang dilakukan dalam waktu lama.

Dokter konsultan jantung dan elektrofisiologis Jeremy Chow menjelaskan, ada beberapa faktor risiko yang menyebabkan seseorang bisa mengalami kematian jantung mendadak atau sudden cardiac death (SCD). Berikut di antaranya.

1. Kelainan jantung kongenital
Kelainan jantung kongenital merupakan kondisi cacat pada jantung atau dikenal juga dengan kelainan bawaan. Kondisi ini sudah ada sejak seorang individu dilahirkan. Umumnya seseorang yang mengalami kelainan jantung kongenital tidak dapat hidup lama, kecuali mendapat tindakan operatif pada jantungnya.

2. Kelainan otot jantung
Kondisi ini bisa berupa hipertropi (pembesaran) otot jantung yang berakibat dari gagalnya jantung untuk berfungsi secara normal. Chow mengatakan, 80 persen SCD disebabkan oleh kondisi ini.

"Ini merupakan faktor genetik sehingga tidak ada yang bisa dilakukan untuk mencegahnya," ujar dokter dari Asian Heart & Vascular Centre, Gleneagles Medical Centre, Singapura, dalam sebuah wawancara Selasa (29/4/2014) di Jakarta.

3. Aritmia
Aritmia dikenal juga sebagai gangguan irama jantung. Kondisi ini disebabkan oleh permasalahan kelistrikan jantung. Saat terjadinya aritmia, detak jantung bisa terjadi sangat lambat bahkan berhenti. Inilah yang menyebabkan kematian.

4. Abnormalitas arteri jantung
Gangguan ini berupa adanya penyumbatan pada arteri ke jantung sehingga mengakibatkan fungsi jantung yang terganggu. Abnormalitas arteri juga bisa berarti kelainan pada letak maupun cabang dari arteri.

5. Infeksi atau inflamasi
Virus atau bakteri bisa menginfeksi organ-organ dalam tubuh manusia, termasuk jantung. Infeksi menyebabkan inflamasi atau peradangan di jantung yang memicunya tidak berfungsi dengan baik.

"Dengan memiliki salah satu faktor di atas, seseorang memiliki risiko yang lebih tinggi mengalami SCD. Bahkan, di usia muda, di bawah 40 tahun, mereka bisa mengalaminya, terutama saat melakukan olahraga dengan intensitas tinggi dalam waktu panjang," ujar Chow.

Tak bergejala

Chow menegaskan, SCD berbeda dengan serangan jantung meskipun sama-sama menyebabkan jantung gagal berfungsi dan berujung pada kematian. SCD, kata dia, umumnya tidak bergejala, tidak seperti serangan jantung.

"Biasanya, saat mengalami serangan jantung, ada rasa nyeri di dada yang menjalar dan orang bisa bertahan beberapa waktu. Namun, pada SCD, kematian bisa langsung terjadi saat itu juga dan sayangnya tidak ada gejala," ujarnya.

Tak kalah menarik kunjungi juga : Equityworld Futures

Serangan jantung kebanyakan disebabkan oleh penyakit jantung yang berlangsung kronik dalam waktu lama. Misalnya, penumpukan plak di pembuluh darah yang mempersempit pembuluh darah bisa menyebabkan serangan jantung jika sudah tersumbat. Ini berbeda dengan SCD, yang kebanyakan faktor pemicunya merupakan bawaan atau faktor genetik.

Senin, 16 Januari 2017

Ini bahaya yang perlu kamu tahu jika berdarah saat sikat gigi

Equity World | Ini bahaya yang perlu kamu tahu jika berdarah saat sikat gigi
 

 
Equity World | Hingga saat ini masih banyak yang menganggap bahwa gusi berdarah disebabkan oleh peradangan gusi. Namun ternyata gusi berdarah bisa menjadi pertanda akan adanya penyakit.

Dan berikut beberapa penyakit yang kemungkinan dialamimu jika mengalami kejadian berdarah saat menyikat gigi, disarikan dari sejumlah sumber.

1. Penyakit Idiopathic Thrombocytopenic Purpura (ITP).
Ini adalah penyakit kelainan autoimun spesifik yang memengaruhi jumlah trombosit atau platelet –yang berfungsi membantu bekuan darah. Oleh karena itu, penderita ITP akan mudah memar atau berdarah secara berlebihan pada gusi, hidung, air seni, usus dan lainnya.

Penderita ITP berat sebaiknya menghindari aktivitas fisik yang berisiko menyebabkan perdarahan atau memar, membatasi konsumsi alkohol, menghentikan pemakaian obat-obatan –seperti aspirin dan ibuprofen.

2. Leukimia.
Leukimia adalah penyakit kanker yang menyebabkan sel darah putih menjadi ganas, dan diproduksi secara berlebihan di dalam sumsum tulang. Sebanyak 25% kejadian leukimia pada anak memiliki gejala awal peradangan gusi atau gingivitis.

Masuknya sel-sel leukimia ke dalam gusi menyebabkan gusi meradang dan menurunkan kemampuannya untuk melawan infeksi, sehingga gusi menjadi mudah berdarah. Perdarahan akan berlanjut sampai beberapa menit, karena darah tidak membeku secara normal.

3. Hemofilia.
Darah pada penderita hemofilia tidak dapat membeku dengan sendirinya secara normal, dan berjalan lambat. Kondisi ini ditandai dengan perdarahan spontan yang berat serta nyeri sendi yang menahun. Hemofilia banyak terjadi pada laki-laki. Sedangkan wanita hanya menjadi pembawa sifat (carrier). Hemofilia ringan menyebabkan darah lama membeku setelah cabut gigi, operasi atau saat terkena trauma yang minimal.

4. Kelainan Faktor Pembeku Darah VII.
Kelainan ini menyebabkan fibrin bekuan darah tidak terbentuk dengan kuat, sehingga perdarahan sulit dan lama berhenti. Kelainannya bisa berupa kurangnya produksi faktor VII atau adanya penyebab yang mengganggu faktor VII. Faktor VII adalah protein yang diproduksi pada hati –memiliki peran penting dalam proses pembekuan darah.

Tak kalah menarik kunjungi juga : Equity World

5. Penyakit Von Willebrand.
Faktor Von Willebrand (VWF) adalah protein yang membantu platelet berkumpul dan membeku. Jika kadar VWF dalam darah rendah, platelet tidak akan berfungsi dengan normal sehingga memperpanjang masa perdarahan. Penyakit ini ditandai dengan mudah memar, perdarahan hidung, gusi dan menstruasi yang berlebihan.

Jumat, 13 Januari 2017

Kamu mau diet tapi malas olahraga? Coba cara tak terduga ini ya

PT Equityworld | Kamu mau diet tapi malas olahraga? Coba cara tak terduga ini ya
 
PT Equityworld | Kebanyakan orang sulit mengatasi berat badan berlebih. Namun, banyak faktor yang membuat seseorang malas melakukan diet untuk menurunkan berat badan. Entah alasannya terlalu sibuk dengan pekerjaan sampai nggak sempat olahraga atau nggak tahan lihat makanan enak.

Ternyata hal itu memang yang menjadi pemicu bagi mereka yang punya masalah berat badan untuk membakar kalori. Akhirnya mereka hanya pasrah menerima bentuk tubuh yang terus-terusan melebar. Dikutip dari brilio.net, siapa sangka, ternyata berat badan bisa diatasi hanya dengan berendam di air panas lho.

Baru-baru ini para ahli dari Loughborough University menemukan fakta berendam di air panas dengan suhu 40 derajat Celsius lebih efektif membakar kalori dan menurunkan gula darah daripada berjalan cepat. Boleh jadi suhu 40 derajat Celcius terbilang cukup panas, tapi jangan terlalu dipikirkan panasnya. Dengan metode yang tepat dan baik, berendam air panas akan memberikan energi positif pada tubuh.

Steve Faulkner dari Loughborough University di Inggris telah melakukan riset dengan mengikuti 2.300 peserta laki-laki setengah baya selama kurang lebih 20 tahun. Mereka diteliti dengan dilengkapi monitor. Hasilnya, berendam air panas meningkatkan aliran darah dan membakar energi lebih cepat.

Berdasarkan teori, ini ada efek hebat dari heat shock protein yang dilepaskan ketika suhu tubuh dinaikkan secara signifikan. Dalam tahapan ini pada akhirnya akan menurunkan kadar gula darah. Kamu cukup berendam air panas selama satu jam. Itu setara dengan berjalan kaki selama 20-30 menit dan bisa membakar sekitar 126 kalori.

Tak kalah menarik kunjungi juga : PT Equityworld

Tetapi meski begitu tetap harus ingat untuk mengontrol pola makan. Mendapatkan cara mudah bukan berarti hidup dengan pola makan seenaknya. Kamu juga sesekali gerakkan tubuh supaya persendian dan urat tidak kaku. Nah, sekarang tidak ada alasan untuk tidak menurunkan berat badan kan?

Kamis, 12 Januari 2017

Merawat Layar Ponsel Biar Tetap Kinclong

Equityworld Futures | Merawat Layar Ponsel Biar Tetap Kinclong
 
Equityworld Futures | Hampir semua jajaran ponsel saat ini dibekali dengan layar sentuh. Meski terlindung dengan kaca Gorilla Glass sekalipun, pengguna tetap harus menjaganya agar tetap terjaga performanya.

Mengutip dari detik.com, berikut tips cara menjaga layar sentuh ponsel. Meski diperuntukkan bagi ponsel besutan Xiaomi, tips ini dapat pula dipraktekkan untuk ponsel lain yang punya layar sentuh.

1. Selain jari, jangan gunakan benda lain untuk navigasi di atas layar ponsel. Para vendor merancang layar ponselnya agar optimal digunakan oleh jari dan bukan benda lain.

2. Rajin membersihkan. Gunakan kain microfiber yang memiliki bahan lembut karena ideal untuk membersihkan dan merawat permukaan layar.

Boleh menggunakan kain yang lembab, tapi harus berhati-hati jangan sampai air masuk ke dalam perangkat. Untuk membersihkanya sendiri, lakukan seperti membersihkan lensa kacamata.

3. Gunakan flipcover. Ini bisa menjadi salah satu cara mudah agar menghindari perangkat terkena goresan, tumpahan cairan, panas matahari, debu dan lain-lain.

4. Pakai screen protector. Meski ponsel telah diselimuti Gorilla Glass tidak ada salahnya menggunakan lapisan tambahan. Gunanya untuk melindungi layar saat tidak sengaja jatuh atau terkena goresan saat disimpan dalam tas.

5. Hindari paparan langsung sinar matahari. Memang sinar matahari tidak akan langsung merusak ponsel. Tapi bila terlalu sering terkena paparan sinar matahari, lama kelamaaan berpotensi merusak panel.

6. Aktifkan fitur screen time out. Dengan begitu, ketika ponsel tidak digunakan, layar akan mati. Maka perangkat dapat beristirahat sejenak yang akan memanjangkan umur ponsel.

7. Berhati-hatilah saat mengoneksikan ponsel dengan perangkat elektronik lainnya. Pasalahnya tegangan ataupun arus listrik yang tidak stabil dapat menyebakan kerusakan pada layar.

Tak kalah menarik kunjungi juga : Equityworld Futures

8. Meski disimpan dalam kantong atau tas, belum tentu membuat ponsel aman. Pastikan menyimpanannya di tempat yang aman. Misalnya saat berpergian, letakkan pada bagian tas yang mudah dijangkau dan terhindar dari benturan benda-benda keras di dalamnya.