Google telah memamerkan versi terbaru sistem operasi Android, yang
dinamakan Android L. Salah satu fiturnya adalah Android For Work yang
diklaim membuatnya aman digunakan kalangan enterprise. Tapi bos
BlackBerry mengkritiknya.
Dengan Android For Work yang berbasis Samsung Knox, pebisnis dapat memisah data kantor dan data personal dengan metode containerization. Data pekerjaan bisa dikendalikan oleh admin IT dan bisa dikunci, dihapus atau di-restore tanpa mengganggu info personal pengguna.
Android For Work juga memungkinkan perusahaan tak perlu memodifikasi aplikasi mereka untuk berfungsi di enviroment-nya. Fitur ini dianggap sebagai langkah bagus, meski CEO BlackBerry John Chen menilainya tak sepadan dengan sekuriti BlackBerry.
"Di Google I/O, dikatakan mereka akan melakukan beberapa hal untuk meningkatkan sekuriti Android. Khususnya memisah aplikasi dan data kantor dan personal di Android terbaru, dengan teknologi Samsung Knox. Saya senang dengan langkah pertama ini," kata Chen.
Tapi Chen menggarisbawahi bahwa Samsung Knox sendiri belum terlalu sukses dan kurang dari 2 juta perangkat Samsung menggunakannya. Padahal tiap kuartal, Samsung menjual sampai 90 juta smartphone. Beda dengan sekuriti BlackBerry yang menurut Chen diadopsi banyak perusahaan dan jauh lebih banyak dipercaya.
"Jutaan perangkat BlackBerry dipercaya setiap hari oleh perusahaan besar di seluruh dunia. Software BES kami mendominasi enterprise mobility management, dengan pelanggan pebisnis lebih banyak dibanding kompetitor," klaim Chen.
"Dan ketika Knox mencoba membangun benteng di pondasi yang tidak aman (Android-red), seluruh infrastruktur BlackBerry dibangun berlandaskan pondasi manajemen mobile dan keahlian sekuriti selama beberapa dekade," tambah Chen yang detikINET kutip dari InformationWeek, Senin (30/6/2014).
Chen memang berulangkali mempromosikan keunggulan sekuriti BlackBerry. Pria keturunan China ini memang sedang berupaya keras membangkitkan BlackBerry yang jauh tertinggal penjualannya dari perangkat Android dan iOS.
Dengan Android For Work yang berbasis Samsung Knox, pebisnis dapat memisah data kantor dan data personal dengan metode containerization. Data pekerjaan bisa dikendalikan oleh admin IT dan bisa dikunci, dihapus atau di-restore tanpa mengganggu info personal pengguna.
Android For Work juga memungkinkan perusahaan tak perlu memodifikasi aplikasi mereka untuk berfungsi di enviroment-nya. Fitur ini dianggap sebagai langkah bagus, meski CEO BlackBerry John Chen menilainya tak sepadan dengan sekuriti BlackBerry.
"Di Google I/O, dikatakan mereka akan melakukan beberapa hal untuk meningkatkan sekuriti Android. Khususnya memisah aplikasi dan data kantor dan personal di Android terbaru, dengan teknologi Samsung Knox. Saya senang dengan langkah pertama ini," kata Chen.
Tapi Chen menggarisbawahi bahwa Samsung Knox sendiri belum terlalu sukses dan kurang dari 2 juta perangkat Samsung menggunakannya. Padahal tiap kuartal, Samsung menjual sampai 90 juta smartphone. Beda dengan sekuriti BlackBerry yang menurut Chen diadopsi banyak perusahaan dan jauh lebih banyak dipercaya.
"Jutaan perangkat BlackBerry dipercaya setiap hari oleh perusahaan besar di seluruh dunia. Software BES kami mendominasi enterprise mobility management, dengan pelanggan pebisnis lebih banyak dibanding kompetitor," klaim Chen.
"Dan ketika Knox mencoba membangun benteng di pondasi yang tidak aman (Android-red), seluruh infrastruktur BlackBerry dibangun berlandaskan pondasi manajemen mobile dan keahlian sekuriti selama beberapa dekade," tambah Chen yang detikINET kutip dari InformationWeek, Senin (30/6/2014).
Chen memang berulangkali mempromosikan keunggulan sekuriti BlackBerry. Pria keturunan China ini memang sedang berupaya keras membangkitkan BlackBerry yang jauh tertinggal penjualannya dari perangkat Android dan iOS.