Kamis, 21 Oktober 2021

Equity World | Banyak Kabar Baik, IHSG Mau Rekor Hari Ini?

Equity World | Setelah libur dalam rangka memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW pada Rabu (20/11/2021) kemarin, pagi ini pasar keuangan domestik siap kembali dibuka. Terdapat beberapa sentimen penting yang patut diperhatikan oleh investor, sembari menunggu IHSG yang kian hari makin dekat saja untuk memecahkan rekor harga tertinggi sepanjang masa.

Pada perdagangan Selasa (19/10/2021) Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) masih gagal menembus level tertingginya sepanjang masa, karena investor mulai melakukan aksi ambil untung (profit taking) setelah IHSG melesat selama sepekan lebih.

Wall Street naik, laporan pendapatan menenangkan kekhawatiran investor | Equity World

Meski demikian indeks bursa saham acuan Tanah Air tersebut ditutup hanya turun tipis 0,04% ke level 6.655,999 dan tercatat masih kurang sekitar setengah persen lagi menyentuh level tertingginya pada tahun 2018 silam, di level 6.693,46.

Data perdagangan mencatat nilai transaksi Selasa kemarin kembali menurun menjadi Rp 13,9 triliun. Investor asing tercatat masih melakukan pembelian bersih (net buy) sebesar Rp 654 miliar di pasar reguler. Sebanyak 247 saham terapresiasi, 262 saham terdepresiasi, dan 149 lainnya stagnan.

Asing tercatat masih mengoleksi saham bank PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) yang diborong oleh asing sebesar Rp 310 miliar. Selain itu, saham big cap lain yang ikut dikoleksi termasuk PT Astra International Tbk (ASII), PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI), dan PT Bank Mandiri Tbk (BMRI).

Sementara itu dari penjualan bersih, asing tercatat kembali melepas saham big cap terbesar di RI, yakni PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) sebesar Rp 230 miliar. Saham lain yang ikut dilego termasuk e-commerce PT Bukalapak.com Tbk (BUKA), saham emiten menara telekomunikasi Grup Djarum PT Sarana Menara Nusantara Tbk (TOWR), saham emiten konsumer PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF), dan saham emiten produsen semen bermerek Semen Gresik yakni PT Semen Indonesia Tbk (SMGR).

Derasnya aliran modal asing yang masuk ke pasar saham - pembelian bersih (net buy) sebesar Rp 654 miliar di pasar reguler - dan juga pasar obligasi memicu penguatan rupiah. Sepanjang pekan lalu, Mata Uang Garuda mencatat penguatan lebih dari 1% melawan dolar AS. Meski masih berfluktuasi, Selasa kemarin rupiah balik menguat 0,23% ke Rp 14.073/US$ atau berjarak 0,52% dari Rp 14.000/US$. Kali terakhir rupiah berada di bawah level psikologis tersebut yakni pada 16 Februari lalu.

Meskipun reli kenaikan IHSG selama hari beruntun putus pada Selasa kemarin, peluang IHSG untuk memecahkan rekor sejatinya masih terbuka lebar. Hal ini karena saat ini secara umum pasar keuangan global terlihat dalam kondisi bullish.

Pada perdagangan Rabu (20/10) kemarin, mayoritas bursa saham Asia menghijau, bahkan ada yang melesat lebih dari 1%. Indeks Hang Seng Hong Kong memimpin penguatan sebesar 1,35%, kemudian Nikkei Jepang naik 0,14%. Indeks Shanghai Composite China sementara Kospi Korea Selatan masing-masing melemah 0,17% dan 0,53%.

Sementara itu dari Wall Street, pada penutupan perdagangan Selasa waktu setempat tiga indeks acuan saham bursa New York berakhir finish di zona hijau. Indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) naik 0,6%. Indeks S&P 500 dan Nasdaq Composite masing-masing menguat 0,7% .

Penguatan bursa saham Wall Street dipicu oleh rilis kinerja keuangan emiten yang lebih baik dari perkiraan.

Sementara itu dari pasar keuangan benua biru, melansir data dari Refinitiv, indeks DAX 30 Jerman hingga pukul 18:40 WIB menguat 0,12%, kemudian FTSE 100 Inggris dan CAC 40 Prancis naik kurang dari 0,1%. Penguatan tersebut memang tipis, tetapi setidaknya menunjukkan sentimen pelaku pasar masih cukup bagus.

Dari dalam negeri sebenarnya ada sentimen positif yang datang dari Bank Indonesia (BI). Otoritas moneter dalam negeri memutuskan untuk melanjutkan kebijakan akomodatif berupa DP nol persen maksimal untuk penjualan properti dan kendaraan bermotor.

Kebijakan tersebut berpeluang besar akan membuat saham-saham di sektor properti dan automotif terkerek naik apabila hari ini buka. Sehingga dengan dorongan tenaga dari BI serta kondisi bursa Benua Kuning yang terpantau hijau, sejatinya IHSG berpeluang menguat hari ini apabila tidak libur.