Equity World | Turun 3 Hari, Harga Emas Terancam ke Bawah US$ 1.900 Lagi!
Equity World | Harga emas terus melandai. Pada penutupan perdagangan Rabu (18/1/2023), emas ditutup melemah 0,24% di posisi US$ 1.903,78 per troy ons.
Pelemahan harga kemarin memperpanjang tren negatif emas. Sang logam mulia sudah melandai tiga hari dengan total pelemahan mencapai 0,86%.
Pelemahan tiga hari beruntun ini membuat emas terancam terdepak dari level psikologis US$ 1.900 per troy ons setelah berada di level tersebut sejak Jumat pekan lalu.
Namun, pada perdagangan pagi hari ini emas menguat. Pada perdagangan Kamis (19/1/2023) pukul 05: 40 WIB, harga emas dunia di pasar spot menguat 0,006% ke posisi US$ 1.903,89 per troy ons.
Analis dari RJO Futures, Daniel Pavilonis, mengatakan harga emas melandai karena harganya yang sudah terlalu tinggi.
"Kita melihat koreksi besar di sini. Arahnya emas berbalik arah dari rally dan akan ada aksi jual dalam jumlah besar," tutur Pavilonis, dikutip dari Reuters.
Emas juga melemah setelah Presiden The Fed St. Louis James Bullard yang mengatakan The Fed sebaiknya menaikkan suku bunga menjadi 5% secepat mungkin.
Suku bunga acuan The Fed saat ini berada di level 4,25-4,50%.
"Ancaman resesi dan keputusan The Fed akan menjadi katalis utama bagi emas dalam waktu dekat," tutur analis Geojit Financial Services. Hareesh V, dikutip dari Reuters.
Namun, emas menguat pada pagi hari ini. Salah satu penopangnya adalah melandainya indeks harga produsen (IHP).
IHP terkontraksi 0,5% (month to month/mtm) pada Desember 2022. Kontraksi ini lebih dalam dari ekspektasi para ekonom yang disurvei Dow Jones memperkirakan kontraksi 0,1%.
Data ini menguatkan ekspektasi pelaku pasar jika bank sentral Amerika Serikat (AS) The Federal Reserve (The Fed) bakal memperlambat atau menghentikan kenaikan suku bunga.
"Sementara Fed tetap hawkish sepanjang tahun 2022 dalam menaikkan suku bunga secara agresif untuk mengendalikan inflasi, angka IHP Desember menjadi pertanda baik bagi pelonggaran kebijakan moneter ketat Fed baru-baru ini," kata Greg Bassuk, CEO di AXS Investments yang dikutip CNBC International.