Equity World | China Melesat, Bursa Saham Asia Lainnya Malah Rontok!
Equity World | Mayoritas bursa Asia-Pasifik dibuka melemah pada perdagangan Senin (30/1/2023), di mana pasar saham China pada hari ini kembali dibuka setelah libur panjang dalam rangka Imlek 2023.
Pada pukul 08:30 WIB, indeks Nikkei 225 Jepang naik 0,11% dan Shanghai Composite China melonjak 1,35%.
Sedangkan untuk indeks Hang Seng Hong Kong melemah 0,48%, Straits Times Singapura turun 0,19%, ASX 200 Australia terpangkas 0,16%, dan KOSPI Korea Selatan terkoreksi 0,88%.
Investor akan memantau pergerakan pasar saham China, setelah sebelumnya ditutup karena adanya libur panjang dalam rangka Imlek 2023.
Di lain sisi, pergerakan bursa Asia-Pasifik pada hari ini cenderung berlawanan dari bursa saham Amerika Serikat (AS), Wall Street pada perdagangan akhir pekan lalu, yang ditutup cukup cerah.
Indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) ditutup naik tipis 0,08%, S&P 500 menguat 0,25%, dan Nasdaq melesat 0,95%.
Pergerakan saham Wall Street pada pekan lalu dipengaruhi oleh kinerja keuangan perusahaan-perusahaan raksasa AS.
Sejauh ini, lebih dari 25% perusahaan di indeks S&P sudah melaporkan keuangan terbaru mereka. Dari jumlah tersebut, 69% mampu mencatatkan kinerja yang lebih baik dari ekspektasi.
Analis kini memperkirakan agregat earnings dari laporan keuangan kuartal IV-2022 akan turun 2,7%, lebih rendah dibandingkan koreksi 1,6% yang diproyeksikan pada 1 Januari lalu.
Di lain sisi, pada Jumat malam waktu Indonesia, data revisi indeks konsumsi masyarakat atau personal consumption expenditure (PCE) telah dirilis, di mana angkanya meningkat 5% (year-on-year/yoy) pada Desember 2022, terendah sejak September 2021.
Melandainya indeks PCE memberi harapan pasar jika The Fed akan melonggarkan kebijakan moneter mereka. Pasar memprediksi The Fed akan menaikkan suku bunga 25 basis poin, lebih rendah dari ekspektasi sebelumnya 50 basis poin.
Pada pekan lalu, data pertumbuhan ekonomi atau produk domestik bruto (PDB) AS pada kuartal IV-2022 juga telah dirilis, di mana hasilnya cukup positif dan membuat pasar kembali optimis.
PDB AS pada kuartal IV-2022 dilaporkan tumbuh positif yakni 2,9% dan lebih tinggi dari ekspektasi 2,6%. Hal ini pun membuat pasar kembali optimis setelah mereka dikhawatirkan dengan adanya potensi resesi di AS.
Selain itu, Departemen Tenaga Kerja AS melaporkan data klaim tunjangan pengangguran pada pekan yang berakhir 21 Januari. Klaim yang diajukan sebanyak 186.000, menjadi yang terendah sejak April 2022.
Dengan pertumbuhan ekonomi yang masih kuat, begitu juga dengan pasar tenaga kerja ada kemungkinan The Fed masih tetap agresif menaikkan suku bunga 50 basis poin pada pekan ini.
Sebagai catatan, The Fed sudah menaikkan suku bunga acuan sebesar 425 bps sejak Maret 2022 menjadi 4,25-4,50%.
The Fed menaikkan suku bunga secara agresif sebesar 75 bp pada periode Juni, Juli, September, dan Oktober 2022. Kenaikan suku bunga diturunkan sebesar 50 bp pada Desember 2022.
Namun menurut kepala ekonom Spartan Capital Securities, Peter Cardillo, mengingatkan kendati ekonomi AS masih tumbuh cukup kuat, sinyal resesi masih terlihat. Kondisi ini tercermin dari banyaknya PHK serta aktivitas manufaktur yang masih lemah.
"Data bulanan jelas menunjukkan jika ekonomi AS kehilangan momentum pertumbuhan pada kuartal IV dan sepertinya akan berlanjut ke depan. Mungkin ini menjadi pertumbuhan positif terakhir sebelum ekonomi melemah. Kami masih memperkirakan jika ekonomi AS akan resesi di semester I," tutur Cardillo, dikutip dari Reuters.
Pada pekan ini, investor menanti rilis sejumlah data dan agenda penting seperti kebijakan suku bunga terbaru The Fed dan bank sentral Eropa (Europe Central Bank/ECB) dan data aktivitas manufaktur di China dan AS.