Equity World | 'Hawa' di AS Lagi Gak Enak, Wall Street Lesu Tak Berdaya
Equity World | Bursa saham Amerika Serikat (AS) atau Wall Street dibuka melemah pada perdagangan Selasa (16/5/2023) waktu setempat. Melemahnya pembukaan perdagangan efek dari rilisnya data penjualan ritel.
Indeks Dow Jones melemah 0,22% di posisi 33.275,37, S&P 500 melemah 0,25% di posisi 4.125,80, Nasdaq ikut melemah 0,31% di posisi 12.327,05.
Bursa saham AS dibuka lebih rendah pada hari Selasa setelah perkiraan buruk dari Home Depot selaku salah satu emiten ritel AS dan data penjualan ritel bulan April 2023 yang menunjukkan konsumen merasakan tekanan dari inflasi tinggi dan kebijakan moneter yang ketat, menjelang pembicaraan pagu utang yang cukup penting.
Departemen Perdagangan melaporkan penjualan ritel naik 0,4% pada bulan April 2023, setengah dari laju kenaikan jika dibandingkan perkiraan kenaikan 0,8%. Tetapi tren yang mendasarinya masih solid, meskipun ada risiko resesi yang meningkat tahun ini.
"Data penjualan ritel positif dalam beberapa bulan, tetapi masih lemah," ucap Jamie Cox, Managing Partner Harris Financial Group.
Namun salah satu pendorong Dow Jones yakni Home Depot Inc (HD) turun 2,5% dalam perdagangan premarket setelah rantai renovasi rumah turun dari perkiraan penjualan tahunannya, dimana orang Amerika mengurangi pengeluaran untuk peralatan dan bahan bangunan karena inflasi yang tetap tinggi.
Data baru-baru ini menunjukkan ekonomi AS cukup melambat, mulai terasa tekanan dari kebijakan moneter yang ketat dari Federal Reserve, dan juga meningkatkan ekspektasi kapan bank sentral akan menghentikan siklus kenaikannya.
Indeks utama dimulai pekan ini dengan kenaikan moderat, karena perdagangan terbatas di tengah perselisihan di Washington antara Gedung Putih dan Partai Republik. Mereka akan bertemu dalam beberapa hari ke depan untuk membuat kesepakatan menaikkan plafon utang pemerintah AS sebesar $31,4 triliun dan mencegah gagal bayar (default) bencana ekonomi.
"Ada sedikit kemungkinan kita akan melihat penyelesaian masalah plafon utang AS," ucap Ipek Ozkardeskaya, analis senior di Swissquote Bank.
Negosiasi kemungkinan akan tetap ketat karena Partai Republik meminta pemangkasan pengeluaran yang layak untuk menerima keringanan pagu utang, sementara Biden tidak mau berkompromi untuk pengeluaran menjelang tahun pemilihan.
Rabu, 17 Mei 2023
Equity World | 'Hawa' di AS Lagi Gak Enak, Wall Street Lesu Tak Berdaya
Selasa, 16 Mei 2023
Equity World | Bursa Saham Asia Melejit Jelang Rilis Data Ekonomi China
Equity World | Bursa Saham Asia Melejit Jelang Rilis Data Ekonomi China
Equity World | Bursa saham Asia Pasifik bersiap menguat pada perdagangan Selasa (16/5/2023) jelang rilis ekonomi utama dari China.
Dikutip dari CNBC, investor menanti data ekonomi China antara lain produksi industri, penjualan ritel, dan tingkat pengangguran China. Dibandingkan dengan basis rendah yang terlihat pada April tahun lalu, pengamat pasar sangat berharap menguat.
Indeks Hang Seng berjangka menguat ke posisi 20.185 dari penutupan terakhir di 19.971,13. Sebelumnya indeks Hang Seng naik 2 persen pada perdagangan Senin sore.
Di bursa saham China, indeks Shanghai dan Shenzhen masing-masing mencatatkan performa terbaik sejak 8 Mei dan 20 Maret 2023.
Indeks Nikkei di Jepang menguat 0,71 persen, sedangkan indeks Topix menanjak 0,42 persen dan capai level tertinggi sejak Agustus 1990.
Indeks Kospi dan Kosdaq Korea Selatan mengalami kenaikan pada perdagangan Selasa pekan ini dengan masing-masing menguat 0,66 persen dan 0,75 persen. Sedangkan indeks ASX 200 di Australia melemah 0,15 persen.
Di Amerika Serikat (AS), tiga indeks acuan kompak menguat di wall street. Investor menanti negosiasi plafon utang AS pada Jumat pekan ini.
Indeks S&P 500 bertambah 0,3 persen, sedangkan indeks Dow Jones naik 0,14 persen ke posisi 33.348,60. Indeks Nasdaq menanjak 0,66 persen.
Senin, 15 Mei 2023
Equity World | Wall Street Ditutup Melemah, Investor Tunggu Hasil Kongres soal Nasib Utang AS
Equity World | Wall Street Ditutup Melemah, Investor Tunggu Hasil Kongres soal Nasib Utang AS
Equity World | Indeks bursa Amerika Serikat (AS), Wall Street, berakhir lebih rendah pada perdagangan, Jumat (12/5) didorong oleh penurunan saham mega-cap usai reli baru-baru ini. Penurunan ini dipengaruhi oleh data sentimen konsumen AS turun ke level terendah dalam enam bulan.
Mengutip Reuters, Senin (15/5), Dow Jones Industrial Average turun 8,89 poin atau 0,03 persen menjadi 33.300,62. S&P 500 kehilangan 6,54 poin atau 0,16 persen menjadi 4.124,08 dan Nasdaq turun 43,76 poin atau 0,35 persen menjadi 12.284,74.
Selama sepekan, Dow turun 1,1 persen, S&P 500 turun 0,3 persen dan Nasdaq naik 0,4 persen. Dow sedikit turun dalam lima hari berturut-turut, penurunan indeks blue-chip terpanjang selama dua bulan.
Wall Street pada akhir pekan lalu, mencermati pembacaan awal dari University of Michigan yang menunjukkan sentimen konsumen AS di Mei 2023 jatuh ke level terendah enam bulan, sejak November 2022.
Tak hanya itu, investor juga masih menunggu pertemuan Presiden Joe Biden dengan pemimpin kongres untuk membahas kenaikan plafon utang pemerintah AS, agar tidak mengalami default (gagal bayar) di Juni 2023 mendatang. Reuters melaporkan pertemuan keduanya tentang topik tersebut dijadwalkan ulang minggu ini.
Di awal pekan, investor menunggu data Mei untuk Empire State Index, yang akan menunjukkan bagaimana perasaan produsen New York State tentang ekonomi. Survei ekonom oleh Dow Jones mengharapkan pembacaan 1,0, yang akan lebih rendah dari level 10,8 pada data sebelumnya.
Investor juga mengantisipasi output industri China dan data penjualan ritel. Investor khawatir bahwa kenaikan suku bunga Fed yang agresif dapat mendorong ekonomi ke dalam resesi. Gubernur Fed, Michelle Bowman, mengatakan Fed mungkin perlu menaikkan suku lebih lanjut apabila inflasi tetap tinggi.
Jumat, 12 Mei 2023
Equity World | Harga emas masih kembali melemah setelah dolar Amerika Serikat (AS) perkasa lagi.
Equity World | Harga emas masih kembali melemah setelah dolar Amerika Serikat (AS) perkasa lagi.
Equity World | Pada perdagangan Kamis (11//5/2023) harga emas di pasar spot ditutup di posisi US$ 2.015,55 per troy ons. Harganya melandai 0,69%.
Pelemahan kemarin memperpanjang tren negatif sang logam mulia yang juga melandai pada hari sebelumnya. Dalam dua hari terakhir, emas sudah melemah 0,92%.
Emas nyaris tidak bergerak pada hari ini.
Pada perdagangan Jumat (12/5/2023) pukul 06:30 WIB, harga emas di pasar spot internasional ada di posisi US$ 2.015,66 per troy ons. Harganya menguat sangat tipis yakni 0,005%.
Emas melemah setelah dolar AS kembali perkasa. Indeks dolar ditutup pada posisi 102,06 kemarin. Posisi tersebut adalah yang tertinggi dalam delapan hari terakhir.
Dolar AS adalah "musuh terbesar dan abadi" bagi emas. Keduanya bergerak saling berlawanan. Penguatan dolar AS akan membuat emas semakin mahal dibeli dan tidak terjangkau sehingga tidak menarik. Begitu juga sebaliknya.
Dolar AS menguat karena pasar belum yakin dengan perubahan kebijakan bank sentral AS The Federal Reserve (The Fed) ke depan.
Pasalnya, inflasi dan indeks harga produsen menguat dibandingkan bulan sebelumnya (month to month/mtm).
Pasar tenaga kerja memang sudah mendingin seperti terlihat dalam kenaikan jumlah klaim pengangguran.
Klaim pengangguran meningkat menjadi 245,25 ribu pada pekan yang berakhir pada 6 Mei 2023, dari 239,25 ribu pada pekan sebelumnya.
Inflasi AS memang melandai (year on year/yoy) menjadi 4,9% (year on year/yoy) pada April. Inflasi lebih rendah dari ekspektasi ekonom sebesar 5% juga dari Maret 2023 yang tercatat 5%.
Namun, inflasi justru meningkat bila dilihat dari bulan sebelumnya atau secara month to month (mtm). Inflasi pada April tercatat 0,4% (mtm), jauh lebih tinggi dibandingkan Maret (0,1%).
Indeks Harga Produsen (IPP) pada April melandai menjadi 2,3% (yoy) dari 2,7% (Yoy) pada Maret 2023. Namun, IPP justru menguat mejadi 0,2% (mtm) pada April dibandingkan 0,2% pada Maret.
Dengan kondisi ini pasar pun ragu jika The Fed akan segera menahan apalagi memangkas suku bunga acuan pada Juni mendatang. Kondisi ini tentu saja menguntungkan dolar.
"Emas kesulitan menembus kisaran US$ 2.050 karena kondisinya justru mengarah ke bearish," tutur analis FX Daily, Zain Vawda.