Jumat, 24 Maret 2023

Equity World | Bursa Saham Asia Jatuh Jumat (24/3) Pagi, Investor Mencerna Komentar Yellen

Equity World | Bursa Saham Asia Jatuh Jumat (24/3) Pagi, Investor Mencerna Komentar Yellen

Equity World | JAKARTA. Bursa saham Asia-Pasifik sebagian besar jatuh pada hari Jumat (24/3). Investor mempertimbangkan pernyataan dari Menteri Keuangan AS Janet Yellen yang mengatakan tindakan darurat federal untuk mendukung bank-bank regional yang gagal dapat digunakan lagi jika diperlukan.

Pesan ini berbeda dibandingkan dengan komentar Yellen sehari sebelumnya, ketika dia memberi tahu para senator bahwa Departemen Keuangan tidak mempertimbangkan rencana apa pun untuk mengasuransikan semua simpanan bank AS tanpa persetujuan kongres.

Melansi Reuters, di Jepang, Nikkei 225 turun 0,38%, dan Topix melihat penurunan yang lebih besar 0,46% karena negara melihat inflasi intinya mencapai 3,1% untuk Februari, menandai pertama kalinya laju inflasi melambat dalam 14 bulan.

Indeks Kospi Korea Selatan turun 0,23% dan Kosdaq diperdagangkan lebih tinggi pada 0,87%. Indeks S&P/ASX 200 Australia adalah 0,59% lebih rendah.

Jepang dan Australia akan merilis perkiraan PMI bulan Maret, untuk sektor manufaktur dan jasa.

Semalam di AS, saham berakhir lebih tinggi pada hari Kamis setelah sesi perdagangan yang bergejolak. Nasdaq Composite yang padat teknologi memimpin kenaikan dan naik 1%, S&P 500 ditutup 0,29% lebih tinggi, dan Dow Jones Industrial Average naik 73,66 poin.

Selasa, 21 Maret 2023

Equity World | Emas Pesta Pora, Saham Malah Merana

Equity World | Emas Pesta Pora, Saham Malah Merana

Equity World | Pasar keuangan Indonesia cenderung kurang menggembirakan pada perdagangan Senin (20/3/2023) kemarin, di mana investor masih cenderung mengamati perkembangan dari krisis perbankan di Amerika Serikat (AS).

Kembali hijaunya Wall Street diharapkan menular ke pasar saham Indonesia dan memberi suntikan positif ke rupiah dan pasar obligasi. Selengkapnya mengenai sentimen dan seperti apa proyeksi pergerakan IHSG hari ini bisa dibaca pada halaman 4 artikel ini.

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dan rupiah ditutup terkoreksi, sedangkan untuk harga obligasi pemerintah RI terpantau bervariasi.

Menurut data dari Bursa Efek Indonesia (BEI), IHSG ditutup merosot 0,98% ke posisi 6.612,49. IHSG masih diperdagangkan di level psikologis 6.600 kemarin.

Nilai transaksi indeks pada perdagangan kemarin mencapai sekitar Rp 7,8 triliun dengan melibatkan 19 miliaran saham yang berpindah tangan sebanyak 1,2 juta kali. Sebanyak 175 saham menguat, 346 saham melemah, dan 189 saham lainnya stagnan.

Investor asing pun mencatatkan aksi jual bersih (net sell) sebesar Rp 583,36 miliar di seluruh pasar pada perdagangan kemarin.

Sementara itu di kawasan Asia-Pasifik, pada perdagangan kemarin kompak berakhir di zona merah, tidak ada satupun yang menguat. Indeks Hang Seng Hong Kong menjadi yang paling parah koreksinya, disusul Nikkei 225 Jepang dan ASX 200 Australia.

Sedangkan untuk mata uang rupiah, pada perdagangan kemarin juga ditutup melemah di hadapan dolar AS, atau The Greenback. Berdasarkan data Refinitiv, rupiah mengakhiri perdagangan di Rp 15.355/US$, melemah 0,1% di pasar spot kemarin.

Namun sayangnya, di kawasan Asia sendiri secara mayoritas menguat di hadapan The Greenback. Rupiah mengikuti rupee India, won Korea Selatan, dan dolar Singapura.

Sedangkan untuk yuan China, dolar Hong Kong, yen Jepang, peso Filipina, baht Thailand, dan dolar Taiwan terpantau ditutup di zona hijau.

Sementara di pasar surat berharga negara (SBN), pada perdagangan kemarin harganya cenderung beragam, menandakan bahwa imbal hasil (yield) juga bervariasi dan sikap investor juga beragam.

Melansir data dari Refinitiv,SBN tenor 5 dan 10 tahun mengalami penurunan yield yakni masing-masing sebesar 4,4 basis poin (bp) dan 6,2 bp.

Sedangkan untuk SBN tenor 15 dan 20 tahun mengalami kenaikan yield masing-masing 4,4 bp dan 1,1 bp.

Yield berlawanan arah dari harga, sehingga turunnya yield menunjukkan harga obligasi yang sedang menguat, demikian juga sebaliknya. Satuan penghitungan basis poin setara dengan 1/100 dari 1%.

Pelaku pasar masih memantau perkembangan dari krisis perbankan di AS. Mereka akan terus memantau apakah kasus First Republic Bank akan menjadi kasus terakhir atau masih akan ada "korban" baru, meskipun sebelumnya ada kabar baik bahwa 11 bank di AS berniat membantu First Republic Bank agar dampak krisis tidak semakin meluas.

Selain itu, perhatian pasar global tertuju pada pertemuan Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) pada Selasa hingga Rabu pekan ini waktu setempat.

Kolapsnya Silicon Valley Bank (SVB) dan beberapa bank di AS lainnya, The Fed diprediksi tidak akan agresif lagi menaikkan suku bunga acuannya yang juga bisa menguntungkan bagi rupiah.

Berdasarkan perangkat FedWatch miliki CME Group pelaku pasar melihat ada probabilitas sebesar 62%, The Fed akan menaikkan suku bunganya lagi sebesar 25 basis poin (bp). Sementara 20% probabilitas sisanya melihat The Fed tidak akan menaikkan suku bunganya.

Ekspektasi tersebut berbalik dengan cepat pasca kolapsnya SVB, sebelumnya pasar yakin The Fed akan menaikkan suku bunga sebesar 50 bp.

Meskipun optimisme pasar melihat dari inflasi AS yang kembali melandai menjadi 6% pada Februari lalu, The Fed juga mempertimbangkan kondisi pasar tenaga kerja AS yang masih cukup kuat, sembari juga perlu melihat kondisi perbankan di AS.

Senin, 20 Maret 2023

Equity World | Saham Asia-Pasifik Memerah, IHSG Ikutan Dibuka Melemah

Equity World | Saham Asia-Pasifik Memerah, IHSG Ikutan Dibuka Melemah

Equity World
| Ditutup menguat sebesar 112 poin (1,71%) ke level 6.678, IHSG dibuka melemah 10,33 poin (0,15%) ke level 6.667,9 pada sesi I, Senin (20/3/2023). IHSG hari ini bergerak  memerah pada rentang 6.651- 6.678. IHSG ikutan melemah seperti saham-saham di Asia- Pasifik yang sebagian besar diperdagangkan memerah pada pagi ini.

Tercatat sebanyak 137,16 juta saham telah diperdagangkan di menit-menit awal, dengan nilai perdagangan sebesar Rp 187,59 miliar dan frekuensi perdagangan baru mencapai 5.721 kali transaksi. Sebanyak 90 saham diperdagangkan mencatatkan kenaikan, 43 saham terkoreksi, dan 96 saham stagnan.     
Volatilitas tinggi indeks-indeks di Wall Street berlanjut di Jumat (17/3/2023). Sektor keuangan kembali menjadi pemberat Wall Street setelah kabar konsorsium bank di AS berencana membantu likuiditas First Republic Bank di Kamis (16/3/2023).

Nampaknya kekhawatiran pelaku pasar terhadap kondisi sektor keuangan di AS masih cukup besar meski regulator di AS juga telah melakukan sejumlah langkah untuk menjaga stabilitas sektor keuangan di AS.

Pasar Asia-Pasifik sebagian besar jatuh pada Senin (20/3/2023). Setelah UBS setuju untuk membeli saingan perbankannya Credit Suisse dalam pengambilalihan US$ 3,2 miliar selama akhir pekan. Pasar Asia juga akan mewaspadai rilis suku bunga pinjaman satu tahun dan lima tahun di Tiongkok, yang saat ini masing-masing berada di 3,65% dan 4,3%.

Di Australia, S&P/ASX 200 turun 0,45%, sedangkan Nikkei 225 Jepang dibuka 0,25% turun dan Topix 0,4% lebih rendah. Kospi dan Kosdaq Korea Selatan memulai hari sedikit naik.

Prediksi Analis

Yugen Bertumbuh Sekuritas memprediksi, IHSG hari ini bakal menguat. IHSG diperkirakan akan bergerak pada rentang 6.598 – 6.732. Pekan keempat di bulan ketiga 2023 yang juga merupakan pekan pendek, pekan dimana jelang bulan suci ramadhan, peluang pergerakan IHSG memiliki kecenderungan mengalami penguatan.

Yugen menilai, hal itu ditunjang oleh sentimen dari pergerakan pasar global yang cenderung menguat ditambah dengan capital inflow yang masih terus terjadi dalam IHSG. “Serta, prospek kinerja emiten yang diharapkan mengalami perbaikan dalam kuartal I-2023, IHSG hari ini berpotensi menguat,” tulis Yugen dalam risetnya, Senin (20/3/2023).

Yugen merekomendasikan menu saham pilihan bakal melejit di awal pekan ini. Menu saham pilihan tersebut terdiri dari UNVR, MYOR, KLBF, INDF, ICBP, TLKM, EXCL, ISAT, dan TBIG.

Jumat, 17 Maret 2023

Equity World | BEI Buka Kembali Perdagangan Saham CHIP, Masihkah Bisa Naik?

Equity World | BEI Buka Kembali Perdagangan Saham CHIP, Masihkah Bisa Naik?

Equity World
| Bursa Efek Indonesia (BEI) membuka kembali perdagangan saham PT Pelita Teknologi Global Tbk (CHIP) di seluruh pasar mulai perdagangan sesi I, Jumat (17/3/2023).

Kemarin, saham CHIP disuspensi akibat lonjakan harga 540,62% terhitung sejak listing perdana hingga penutupan perdagangan Rabu (15/3/2023). Harga saham CHIP melesat dari harga IPO senilai Rp 160 per saham menjadi Rp 1.025. Lonjakan harga tersebut menjadikan kapitalisasi pasar saham yang dicatatkan di papan akselerasi ini melesat Rp 128,96 miliar menjadi Rp 806 miliar.

“Suspensi atas perdagangan Saham di pasar reguler dan tunai dibuka kembali mulai perdagangan sesi
I, 17 Maret 2023,” demikian penguman BEI, kemarin.

CHIP sebelumnya telah menuntaskan penawaran umum (initial public offering/IPO) dengan melepas sebanyak 200 juta saham atau 24,81% dari modal ditempatkan dan disetor penuh setelah IPO dengan harga pelaksanaan Rp 160 per saham sehingga, meraup dana segar Rp 32 miliar.

Perusahaan ini didirikan pada tahun 2017, tapi baru mulai beroperasi secara komersial pada tahun 2021. Perusahaan ini memproduksi smart card dan scratch card untuk ponsel, termasuk kartu SIM sistem operasi dan voucher fisik.

CHIP tercatat sebagai pemasok utama untuk Indosat Ooredoo Hutchison. Mulai dari chip hingga pengemasannya. Perseroan juga telah merambah pasar Afrika dengan menyediakan chip bagi Zambia Telecom.

Perseroan juga melayani PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) untuk memberikan jasa Enterprise Software Solution. Betindak sebagai pemegang saham pengendali CHIP adalah PT Karya Permata dengan kepemilikan 59,61%. Sisanya dengan kepemilikan masing-masing sebnayak 3,76% adalah PT Baran Suryamas, PT Surya Pelangi, PT Aneka Taruna, dan PT Wilmar Sejahtera Asia. Sedangkan investor publik menguasai sebanyak 24,81% saham.

Direktur Keuangan Pelita Teknologi Global (CHIP) Hasri Zulkarnain sebelumnya mengatakan, perseroan tengah menyiapkan sejumlah aksi korporasi setelah menuntaskan IPO saham dengan raihan dana segar Rp 32 miliar.

Menurut dia, perseroan sudah mendapat customer di Afrika, sehingga bisa menambah prospek yang menarik untuk tahun 2023. Adapun rencananya di Afrika melalui Zambia Telecom, secara distribusi akan tetap dari Indonesia.