Selasa, 17 Januari 2023

Equity World | Pasar Asia Pasifik Dibuka Mixed Jelang Data Ekonomi Tiongkok

Equity World | Pasar Asia Pasifik Dibuka Mixed Jelang Data Ekonomi Tiongkok

Equity World | Jakarta, Pasar Asia Pasifik dibuka bervariasi (mixed) pada perdagangan Selasa (17/1), saat investor menunggu data ekonomi Tiongkok. Ekonom memperkirkan kontraksi triwulanan sebesar 0,8% dalam produk domestik bruto (PDB) negara dan pertumbuhan tahunan 1,8%, menurut jajak pendapat oleh Reuters.

Penjualan ritel Tiongkok diperkirakan berkontraksi sebesar 8,6% dan hasil industri diperkirakan akan meningkat 0,2% secara tahunan, menurut ekonom yang disurvei oleh Reuters.

Nikkei 225 naik 1,05%, memimpin kenaikan di wilayah tersebut, dan Topix naik 0,73%. Saat bank sentral Jepang (BoJ) memulai pertemuan kebijakan moneter dua hari, imbal hasil (yield) obligasi pemerintah Jepang tenor 10 tahun akan menjadi fokus karena terus menguji batas atas kisaran toleransi bank sentral.

Yen Jepang menguat hampir 0,3% terhadap dolar AS menjadi 128,25, terkuat sejak Mei 2022.

Di Australia, S&P/ ASX 200 naik tipis 0,06% karena kepercayaan konsumen Westpac nasional naik 5% pada Desember dari 3% pada November 2022, ditunjukkan oleh data Refinitiv. Kospi Korea Selatan 0,26% dan Kosdaq turun 0,2%.

Dua Pekan Pertama Perdagangan 2023

Dengan selesainya perdagangan dua pekan pertama 2023, tiga indeks utama naik sejauh ini untuk tahun ini.

Komposit Nasdaq memimpin, menambahkan 5,9% karena investor membeli saham teknologi yang terpukul di tengah meningkatnya harapan lanskap yang membaik untuk pertumbuhan kepemilikan. S&P 500 dan Dow diikuti, masing-masing naik 4,2% dan 3,5%.

Saham Berjangka Dibuka Lebih Rendah

Saham berjangka lebih rendah, meskipun pasar keluar dari minggu kemenangan.

Kontrak berjangka yang terkait dengan Dow turun 0,1%. S&P 500 dan Nasdaq-100 berjangka masing-masing turun 0,2% dan 0,4%.

Senin, 16 Januari 2023

Equity World | Meski Tertekan, IHSG Sepertinya Kuat Bertahan di Atas 6.600

Equity World | Meski Tertekan, IHSG Sepertinya Kuat Bertahan di Atas 6.600

Equity World | Jakarta, Kinerja Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) masih tertekan sepanjang pekan lalu. IHSG membukukan kinerja mingguan minus 0,64%.

Dari 5 hari perdagangan, IHSG terpantau menguat 3 kali dan melemah 2 kali. Sudah dua pekan beruntun kinerja IHSG mengecewakan.

Bahkan di sepanjang tahun ini, return IHSG merupakan yang terburuk di kawasan Asia Pasifik dan menjadi runner up terburuk secara global.

Asing terus menerus kabur dari bursa saham RI. Pada minggu lalu, asing tercatat net sell Rp 1,84 triliundi pasar reguler dan Rp 578 miliar di pasar negosiasi dan tunai sehingga secara total asing net sell Rp 2,41 triliun.

Inflasi di AS yang terus melandai belum mampu menjadi katalis positif untuk pergerakan IHSG. Bahkan ketika nilai tukar rupiah menguat dan yield SBN turun IHSG masih tertekan.

Sentimen yang berpotensi menggerakkan saham hari ini datang dari rilis kinerja perdagangan internasional bulan Desember 2022.

Konsensus memperkirakan neraca dagang masih berpotensi surplus US$ 4,01 miliar karena ekspor masih bisa tumbuh 6,65% year on year tetapi impor terkontraksi 7,58% year on year.

Analisis Teknikal

Pergerakan IHSG dianalisis berdasarkan periode waktu harian (daily) dan menggunakan indikator Boillinger Band (BB) untuk menentukan area batas atas (resistance) dan batas bawah (support).

Jika melihat level penutupan IHSG akhir pekan lalu, indeks ditutup di atas level psikologis 6.600 dan di atas batas bawah BB terdekat di 6.570.

Pergerakan IHSG juga dilihat dengan indikator teknikal lain yaitu Relative Strength Index (RSI) yang mengukur momentum.

Perlu diketahui, RSI merupakan indikator momentum yang membandingkan antara besaran kenaikan dan penurunan harga terkini dalam suatu periode waktu.

Indikator RSI berfungsi untuk mendeteksi kondisi jenuh beli (overbought) di atas level 70-80 dan jenuh jual (oversold) di bawah level 30-20.

Posisi RSI cenderung berada di bawah area 40 sepanjang pekan ini dan didekat area jenuh jualnya di 30.

Dilihat dari indikator lain yaitu Moving Average Convergence Divergence (MACD), garis MA 12 masih berada di bawah MA 26 dan bar histogram bergerak di area negatif.

Melihat berbagai indikator teknikal yang ada menunjukkan IHSG berpotensi terkonsolidasi di area 6.600-6.700 terlebih dahulu.

Jumat, 13 Januari 2023

Equity World | Melambung! Harga Emas Sentuh Level Tertinggi 9 Bulan

Equity World | Melambung! Harga Emas Sentuh Level Tertinggi 9 Bulan

Equity World | Jakarta, Harga emas terbang setelah data inflasi Amerika Serikat (AS) bergerak sesuai ekspektasi pasar.  Pada perdagangan Jumat (13/1/2023) pukul 06:12 WIB, harga emas dunia di pasar spot berada di US$ 1.896,45 per troy ons. Harganya melemah tipis 0,02%.

Meski melemah pada Jumat pagi hari ini, emas masih berada di level tertingginya sejak April 2022 karena emas terbang pada hari sebelumnya.

Pada perdagangan Kamis (12/1/2023), emas ditutup melambung 1,1% di posisi US$ 1.896,86 per troy ons. Harga tersebut adalah yang tertinggi sejak 26 April 2022 atau hampir sembilan bulan terakhir.

Harga emas masih menguat 1,6% secara point to point dalam sepekan. Harga emas juga melonjak 4,8% sementara dalam setahun menanjak 4,1%.

Harga emas terbang setelah AS mengumumkan data inflasi mereka untuk Desember 2022. Departemen Tenaga Kerja AS melaporkan inflasi AS melandai ke 6,5% (year on year/yoy) pada Desember 2022 dari 7,1% (yoy) pada November 2022. Inflasi tersebut adalah yang terendah sejak Oktober 2021.

Secara bulanan (month to month/mtm), AS bahkan mencatatkan deflasi 0,1% pada Desember. Deflasi ini adalah yang pertama kalinya terjadi sejak Mei 2020.

Pergerakan inflasi pada Desember 2022 sesuai ekspektasi pasar yang memperkirakan inflasi akan berada di kisaran 6,4-6,5%.

Melandainya inflasi ini tentu saja menjadi kabar positif bagi pelaku pasar emas. Dengan inflasi yang terus melandai, bank sentral AS The Federal Reserve (The Fed) bisa semakin melonggarkan kebijakan moneter mereka.

Melandainya inflasi ini menyeret ke bawah indeks dolar AS. Indeks jatuh ke posisi 102, 25 kemarin atau terendah sejak empat bulan lalu. Yield surat utang pemerintah tenor 10 tahun juga melandai ke 3,56%, lebih rendah dibandingkan penutupan hari sebelumnya yang berada di 3,62%.

Dua faktor ini sangat menopang harga emas. Melemahnya dolar AS membuat harga emas semakin murah sehingga terjangkau untuk investasi.  Emas juga tidak menawarkan imbal hasil sehingga melandainya yield akan menguntungkan emas.

"Melemahnya dolar AS dan yield surat utang pemerintah AS melambungkan harga emas karena dua faktor tersebut sangat menentukan harga emas," tutur analis Standard Chartered, Suki Cooper, dikutip dari Reuters.

Ekonom ING James Knightley mengatakan inflasi sudah jauh melandai sehingga ada ruang bagi The Fed untuk menaikkan suku bunga hanya sebesar 25 bps pada Februari 2023.
Jika kenaikan suku bunga semakin moderat maka harga emas bisa semakin terbang.

Sebagai catatan, harga emas sudah menguat US$ 267 per troy ons atau 16,4% sejak awal November 2022 atau sejak terakhir kali The Fed melakukan kenaikan suku bunga secara agresif sebesar 75 bps.

Kamis, 12 Januari 2023

Equity World | IHSG Ambruk, Rupiah Makin Terpuruk dan Terburuk di Asia!

Equity World | IHSG Ambruk, Rupiah Makin Terpuruk dan Terburuk di Asia!

Equity World | Jakarta, Pelemahan nilai tukar rupiah semakin besar melawan dolar Amerika Serikat (AS) pada pertengahan perdagangan Selasa (10/1/2023). Padahal berdasarkan data Refinitiv, rupiah sebelumnya sempat menguat 0,29%.

Pada pukul 11:26 WIB, rupiah berbalik melemah 0,19% ke Rp 15.595/US$. Dengan pelemahan tersebut, rupiah menjadi yang terburuk di Asia siang ini. Berapa mata uang bahkan mampu menguat melawan dolar AS.

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang ambruk hingga 1,35% menunjukkan sentimen pelaku pasar kurang bagus, dan turut menyeret rupiah saat dolar AS juga sedang jeblok.

Senin kemarin indeks dolar AS jeblok 0,85% ke 103,001, terendah sejak 10 Juni 2022.

Pelaku pasar kini sudah menimbang-nimbang apakah bank sentral AS (The Fed) akan mengendurkan laju kenaikan suku bunganya, atau bisa memangkas suku bunganya lebih cepat.

Namun, untuk hari ini pasar masih menanti pidato ketua The Fed, Jerome Powell, untuk mencari petunjuk apakah laju kenaikan suku bunga akan dikendurkan setelah beberapa data ekonomi menunjukkan pelambatan. Hal ini membuat rupiah masih sulit menguat meski indeks dolar AS jeblok.

Seperti diketahui sepanjang 2022, The Fed menaikkan suku bunga sebesar 425 basis poin menjadi 4,25% - 4,5%, menjadi yang tertinggi dalam 15 tahun terakhir. Kenaikan tersebut juga menjadi yang paling agresif sejak tahun 1980an.

Pada 2023, The Fed Sebelumnya mengindikasikan akan menaikkan suku bunga dua kali lagi, 50 basis poin pada Februari dan 25 basis poin sebelulan berselang hingga menjadi 5% - 5,25%. Itu kan menjadi level puncak suku bunga di Amerika Serikat, tersirat dariFed dot plotyang dirilis Desember lalu.

Namun, berdasarkan perangkat FedWatch milik CME Group, pasar kini melihat The Fed akan menakikkan suku bunga masing-masing 25 basis poin pada Februari dan Maret, sehingga puncaknya menjadi 4,75% - 5%.

Probabilitas kenaikan 25 basis poin pada Februari sebesar 80,2% dan pada Maret 69,7%.

The Fed sebelumnya juga menyatakan suku bunga tidak akan diturunkan hingga 2024. Tetapi, dengan data ekonomi AS yang sudah mulai menunjukkan tanda-tanda pelambatan, pelaku pasar melihat peluang The Fed bisa menurunkan suku bunga lebih cepat.

Perangkat FedWatch menunjukkan suku bunga bisa dipangkas di akhir 2023.

"Banyak orang melihat Fed funds futures dan sepertinya akan ada satu kenaikan di Februari dan kemungkinan pemangkasan pada akhir tahun. Itu menurut saya akan menguatkan jalan bagi pelaku pasar untuk menjual dolar AS." kata Edward Moya, analis pasar senior di Oanda.