Kamis, 22 Desember 2022

Equity World | Harga Emas Dunia Stagnan di Level USD1.800

Equity World | Harga Emas Dunia Stagnan di Level USD1.800

Equity World | Harga emas tak berubah pada akhir perdagangan Rabu (Kamis pagi WIB), tetap bertengger di atas level psikologis USD1.800 setelah mengalami koreksi menyusul kenaikan yang kuat pada hari perdagangan sebelumnya di tengah melemahnya greenback.
 
Dikutip dari Antara, Kamis, 22 Desember 2022, kontrak emas paling aktif untuk pengiriman Februari di divisi Comex New York Exchange tidak berubah dari hari perdagangan sebelumnya menjadi ditutup pada USD1.825,40 per ons, setelah diperdagangkan menyentuh level tertinggi sesi di USD1.829,60 dan terendah di USD1.821,30.
 
Emas berjangka melonjak USD27,70 atau 1,54 persen menjadi USD1.825,40 pada Selasa, 20 Desember 2022, setelah tergelincir USD2,50 atau 0,14 persen menjadi USD1.797,70 pada Senin, 19 Desember 2022, dan terangkat USD12,4 atau 0,69 persen menjadi USD1.800,20 pada Jumat, 16 Desember 2022.

Harga emas membukukan kenaikan kuat sehari sebelumnya, karena dolar turun tajam terhadap sejumlah mata uang, meskipun prospek logam kuning tetap tidak pasti di tengah kenaikan suku bunga dan kekhawatiran resesi.
 
Dolar AS mundur dari level terkuatnya dalam beberapa dekade mulai awal November. Para analis pasar berpendapat bahwa tren penurunan dolar ini dapat berlanjut, dan emas dapat naik lebih jauh di tahun depan.

Data ekonomi yang dirilis pada Rabu, 21 Desember 2022 beragam. National Association of Realtors melaporkan penjualan rumah yang ada atau existing-home di AS anjlok 7,7 persen ke tingkat tahunan yang disesuaikan secara musiman sebesar 4,09 juta unit pada November, level terendah sejak Mei 2020.
 
The Conference Board melaporkan indeks kepercayaan konsumen naik menjadi 108,3 pada Desember, naik dari 101,4 pada November. Rebound tajam mendorong indeks ke level tertinggi sejak April.
 
Investor juga sedang menunggu rilis data inflasi utama AS yang akan keluar pada Jumat, 23 Desember 2022 untuk petunjuk langkah kebijakan Federal Reserve selanjutnya.
 
Logam mulia lainnya, perak untuk pengiriman Maret turun 7,7 sen atau 0,32 persen menjadi ditutup pada USD24,194 per ons. Platinum untuk pengiriman Januari turun USD11 atau 1,09 persen menjadi menetap di USD1.002 per ons.

Rabu, 21 Desember 2022

Equity World | Bursa Wall Street Mulai Rebound Efek Kebijakan Bank Sentral Jepang

Equity World | Bursa Wall Street Mulai Rebound Efek Kebijakan Bank Sentral Jepang

Equity World | Bursa saham Wall Street, Amerika Serikat mulai berbalik menguat (rebound) setelah terkapar selama empat hari perdagangan berturut-turut.

Data perdagangan menunjukkan, indeks Dow Jones Industrial Average (.DJI) naik 92,2 poin, atau 0,28%, menjadi 32.849,74. Indeks S&P 500 juga naik 3,96 poin, atau 0,10%, menjadi 3.821,62 dan indeks Nasdaq Composite bertambah 1,08 poin, atau 0,01%, menjadi 10.547,11.  

Bursa Wall Street melaju di zona hijau di tengah kekhawatiran pelaku pasar mengenai rencana The Federal Reserve untuk terus menaikkan suku bunga. Selain itu, imbal hasil obligasi pemerintah AS meningkat tenor sepuluh tahun berada di level tertingginya dalam tiga pekan di 3,71% setelah setelah perubahan kebijakan moneter Bank of Japan (BoJ) yang mengejutkan.

Saat negara-negara lain mengerek suku bunga acuan mengikuti The Fed, bank sentral Jepang justru tetap mempertahankan suku bunga rendah di minus 0,1%. Akan tetapi, BoJ mengerek yield curve control, dari sebelumnya 25 basis poin menjadi 50 basis poin.  

"Berita Bank of Japan menggerakkan pasar obligasi dan terus berdampak," kata Chris Zaccarelli, Chief Investment Officer, Independent Advisor Alliance, Charlotte, NC, seperti dikutip dari Reuters.

Investor juga mengkhawatirkan tentang musim pendapatan kuartal saat ini dan belanja liburan musim dingin. "Kami melakukannya dengan harapan yang cukup masuk akal, tetapi pengecer harus melakukan penjualan besar-besaran," kata Carol Schleif, Wakil Kepala Investasi, kantor keluarga BMO di Minneapolis, Minnesota.

Hal ini terefleksi dari kinerja saham General Mills Inc yang merosot 4,6% setelah penjualan triwulanan pada bisnis hewan peliharaan bermargin tinggi terpukul karena pengecer utama mengurangi inventaris, membayangi peningkatan pendapatan setahun penuh dan perkiraan penjualan.

Sedangkan, saham Tesla Inc anjlok 8% setelah setidaknya tiga broker memangkas harga target pembuat kendaraan listrik di tengah meningkatnya kekhawatiran akan kelemahan permintaan dan risiko dari perjuangan Kepala Eksekutif Elon Musk di Twitter.

Schleif mencatat, investor waspada setelah tahun yang bergejolak di pasar saham dengan S&P berada di jalur penurunan tahunan terbesar sejak krisis keuangan 2008. "Orang-orang telah menyerahkan kepala mereka kepada mereka sepanjang tahun dan mereka tidak cukup percaya diri untuk mau turun tangan," katanya.

"Itulah yang menyebabkan ini mendorong saya menarik Anda semacam pasar di mana itu naik sedikit turun sedikit dan sangat sulit bagi segmen publik investasi mana pun untuk ingin membuat narasi bahwa mereka akan menaruh banyak uang di belakang."  

Sementara itu, data menunjukkan pembangunan rumah di AS jatuh ke level terendah 2,5 tahun pada bulan November dan izin untuk konstruksi di masa depan anjlok karena tingkat hipotek yang lebih tinggi terus menekan aktivitas pasar perumahan.

Selasa, 20 Desember 2022

Equity World | IHSG Ambruk Lagi, Ini Penyebabnya

Equity World | IHSG Ambruk Lagi, Ini Penyebabnya

Equity World | Performa Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup melemah pada hari ini, Senin, 19 Desember 2022. Beberapa sentimen menjadi faktor pemberat IHSG.

IHSG ditutup turun sebanyak 32 poin atau 0,48% ke posisi 6.779,69. Sepanjang perdagangan, IHSG tak mampu bergerak ke teritorial positif. Adapun titik tertinggi capaian IHSG hari ini berada di level 6.827,81 sementara menyentuh titik terendah pada level 6.754,08 di periode akhir perdagangan sesi II.

Berdasarkan data statistik RTI business, tercatat sebanyak 29 miliar saham diperdagangkan dengan frekuensi perpindahan tangan sekitar 1 juta kali serta nilai perdagangan mencapai 16 triliun rupiah serta kapitalisasi pasar mencapai 9280 triliun rupiah.

Berdasarkan data yang dikeluarkan oleh Bursa Efek Indonesia, sebanyak 309 saham mengalami koreksi, terdapat 203 saham yang menguat, sementara itu sebanyak 194 saham lainnya mendatar.

Sebagian besar saham emiten unggulan mengalami penurunan, termasuk tiga saham bank buku IV. BBNI anjlok 3,83% sementara BMRI dan BBRI turun masing-masing 0,99% dan 0,20%.

Selain bank-bank tersebut, mayoritas saham sektor perbankan finansial mengalami kemunduran. Tiga diantara top losersnya antara lain BRIS yang ambruk 6,67%, ARTO jebol 5,42% serta BBKP melandai 2,91%.

Dari sektor energi, terpantau saham BOSS dan BUMI mengalami pelemahan yang cukup signifikan yaitu secara berurut turun 6,02% dan 2,91%.

Mayoritas Saham Acuan Asia Ambruk

Laju IHSG pada perdagangan kali ini melandai selaras dengan mayoritas bursa saham Asia yang terkunci di zona merah kecuali saham bursa Singapura yang menguat 0,49%.

Indeks Nikkei 225 anjlok 1,05% menjadi ditutup pada 27.237 pada hari ini. Pasar saham di Hong Kong turun 97 poin atau 0,50% menjadi 19.352.

Shanghai Composite ditutup pada 3107,12 atau turun turun 1,92% dalam perdagangan campuran pada hari ini, mencapai level terendah setidaknya dalam tiga minggu.

Investor resah tentang meningkatnya risiko resesi karena bank sentral utama akan memperketat kebijakan lebih lanjut, sementara China terus bergulat dengan lonjakan kasus virus setelah negara itu mencabut pembatasan ketat nol-Covid. Sementara itu, Presiden Xi Jinping mengatakan pada pertemuan kebijakan ekonomi yang baru saja selesai bahwa mendorong konsumsi harus "diutamakan" dalam langkah-langkah baru, sementara Bank Rakyat China berjanji untuk lebih memenuhi kebutuhan ekonomi riil dan menjaga likuiditas yang cukup di pasar keuangan.

Penurunan ekspor dan impor turut pengaruhi pergerakan IHSG

Ekspor dan impor merupakan salah satu indikator yang dapat mempengaruhi pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI).

Badan Pusat Statistik melaporkan kinerja ekspor Indonesia alami penurunan 2,46% (mtm) menjadi USD 24,12 miliar. Ekonom Senior INDEF, Didin S. Damanhuri menyebutkan neraca dagang meski mengalami surplus namun nilainya turun dari OKtober sebesar USD 5,67 Miliar lebih disebabkan kondisi tekanan ekonomi global.

Impor ke Indonesia secara tak terduga turun 1,89 persen tahun-ke-tahun ke level terendah dalam enam bulan sebesar USD 18,96 miliar pada November 2022, berbalik kuat dari lonjakan 17,44 persen pada bulan sebelumnya, dan meleset dari perkiraan pasar tentang pertumbuhan 7 persen.

Ini merupakan penurunan impor pertama sejak Januari 2021, di tengah melemahnya permintaan domestik akibat depresiasi rupiah. Pembelian nonmigas turun 0,89 persen menjadi USD 16,16 miliar; dan impor migas turun 7,30 persen menjadi USD 2,80 miliar, terseret oleh produk minyak (-19,68%) dan gas (-28,18%).

Apabila ekspor dan impor turun, hal ini dapat mempengaruhi pertumbuhan ekonomi Indonesia, karena ekspor dan impor merupakan salah satu penyumbang terbesar terhadap perekonomian Indonesia.

Ketika ekspor dan impor turun, maka permintaan terhadap produk-produk Indonesia di pasar global juga mungkin akan menurun. Ini dapat menyebabkan perusahaan-perusahaan yang mengandalkan ekspor sebagai sumber penghasilan utamanya mengalami penurunan laba. Penurunan laba perusahaan tersebut dapat mempengaruhi harga saham perusahaan tersebut di pasar saham, dan secara langsung mempengaruhi pergerakan IHSG.

Senin, 19 Desember 2022

Equity World | Wall Street Kembali Melemah Tertekan Kekhawatiran Resesi

Equity World | Wall Street Kembali Melemah Tertekan Kekhawatiran Resesi

Equity World | Bursa saham utama di Amerika Serikat, Wall Street berakhir melemah pada penutupan perdagangan Jumat pekan lalu (17/12). Pelemahan ini disebabkan karena meningkatnya kekhawatiran resesi ekonomi global.

Indeks Dow Jones Industrial Average terkoreksi 281,76 poin atau 0,85% menjadi menetap di 32.920,46 poin. Indeks S&P 500 turun 43,39 poin atau 1,11%, menjadi berakhir di 3.852,36 poin. Indeks Komposit Nasdaq ditutup merosot 105,12 poin atau 0,97% menjadi 10.705,41 poin.

Pekan lalu, indeks Dow kehilangan 1,66% S&P 500 turun 2,09% dan Nasdaq jatuh 2,72%. Semua 11 sektor utama S&P 500 berakhir di zona merah, dengan sektor real estat dan konsumen masing-masing terpangkas 2,96% dan 1,74% memimpin penurunan.

Bursa saham AS bergerak melemah sejak keputusan bank sentral AS menaikkan suku bunga sebesar 50 basis poin (bps) yang sebelumnya telah diperkirakan pelaku pasar.

Tetapi, komentar dari Ketua The Fed Jerome Powell mengisyaratkan lebih banyak pengetatan kebijakan, dan bank sentral memproyeksikan bahwa suku bunga akan melampaui angka 5,0% pada 2023, level yang tidak terlihat sejak 2007.

Komentar lebih lanjut dari pejabat The Fed lainnya memicu kekhawatiran. Presiden The Fed New York John Williams mengatakan pada Jumat (16/12/2022) bahwa masih ada kemungkinan bank sentral AS akan menaikkan suku bunga lebih dari yang diperkirakan tahun depan. Pembuat kebijakan menambahkan bahwa dia tidak mengantisipasi resesi karena pengetatan agresif The Fed.

Selain itu Presiden Bank Federal Reserve San Francisco Mary Daly mengatakan "masuk akal" untuk percaya bahwa begitu suku bunga kebijakan Fed mencapai puncaknya, suku bunga tersebut dapat bertahan di sana hingga 2024.

"Rasanya seolah-olah akhirnya pasar mulai memahami bahwa berita buruk adalah berita buruk, dan itulah yang mulai terjadi. Sejak titik terendah Oktober, pasar terus memperhitungkan apa yang saya anggap sebagai optimisme substansial pada fakta bahwa Fed dapat menavigasi dan melakukan soft landing yang sukses," kata Analis Ekuitas dan Manajer Portofolio Aptus Capital Advisors, Dave Wagner, di Cincinnati.

"Akhirnya, pasar mempertimbangkan bahwa berita buruk seharusnya berarti hal buruk bagi pasar."
Taruhan pasar uang menunjukkan setidaknya dua kenaikan suku bunga 25 basis poin tahun depan dan suku bunga terminal sekitar 4,8% pada pertengahan tahun, sebelum turun menjadi sekitar 4,4% pada akhir 2023.

Di sisi ekonomi, sebuah laporan menunjukkan aktivitas bisnis AS berkontraksi lebih lanjut pada Desember karena pesanan baru merosot ke level terendah hanya dalam waktu 2,5 tahun, meskipun pelonggaran permintaan membantu mendinginkan inflasi.

Prospek "reli Sinterklas", atau kenaikan akhir tahun, di pasar tahun ini telah meredup, karena mayoritas bank sentral global telah mengadopsi kebijakan pengetatan. Bank Sentral Inggris dan Bank Sentral Eropa adalah yang terbaru menunjukkan siklus kenaikan suku bunga yang diperpanjang pada Kamis (15/12/2022).