Kamis, 20 Januari 2022

PT Equity World | Dolar AS Melemah, Emas Berjangka Naik USD30,8

PT Equity World | Harga emas berjangka melonjak lebih dari satu persen pada akhir perdagangan Rabu (Kamis pagi WIB). Penguatan ini karena dolar AS yang lebih lemah dan ketegangan geopolitik di sekitar Ukraina meningkatkan daya tarik aset-aset safe-haven dan memicu reli logam mulia.

Kontrak emas paling aktif untuk pengiriman Februari di divisi Comex New York Exchange, melambung USD30,8 atau 1,7 persen, menjadi USD1.843,20 per ounce, setelah turun USD4,1 atau 0,23 persen sehari sebelumnya.

Penurunan dolar membuat emas lebih murah bagi pembeli yang memegang mata uang lainnya, sementara penurunan dalam imbal hasil acuan obligasi pemerintah AS 10-tahun dari tertinggi dua tahun juga mendorong permintaan terhadap logam tersebut.

"Penurunan imbal hasil telah mendorong penembusan teknikal dalam emas, tetapi mungkin masih diperdagangkan dalam kisaran USD1.800 hingga USD1.840 sampai pertemuan Federal Reserve AS minggu depan," kata Analis Pasar Senior di Broker Oanda Ed Moya, dikutip dari Antara, Kamis, 20 Januari 2022.  

Ekspektasi Fed akan memperketat kebijakan moneter segera setelah Maret telah membebani emas tahun ini karena suku bunga yang lebih tinggi meningkatkan peluang kerugian memegang emas yang tidak memberikan imbal hasil.

"Emas mungkin juga mendapat dukungan dari ketegangan geopolitik di sekitar Ukraina dan Timur Tengah," kata Moya.

Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken mengatakan pada Rabu pagi Rusia dapat meluncurkan serangan baru ke Ukraina dalam waktu yang sangat singkat, tetapi Washington akan melakukan diplomasi selama mungkin.

Logam kuning juga diuntungkan dari daya tariknya sebagai lindung nilai terhadap inflasi karena harga minyak naik ke level tertinggi sejak 2014, memicu kekhawatiran tekanan harga dapat meningkat.

Logam mulia lainnya, perak untuk pengiriman Maret naik 73,9 sen atau 3,15 persen menjadi USD24,231 per ounce. Platinum untuk pengiriman April naik USD48,9 atau 4,99 persen menjadi USD1.028,40 per ounce.

Rabu, 19 Januari 2022

PT Equity World | Wall Street Ambles: Dow Jones, S&P 500 dan Nasdaq Ditutup Melemah Lebih Dari 1,5%

PT Equity World | Wall Street ambles usai imbal hasil US Treasury naik ke level tertinggi dalam dua tahun. Kinerja Goldman Sachs yang lebih rendah turut membebani saham sektor keuangan dan saham teknologi pun melanjutkan aksi jual yang akhirnya mendorong pelemahan pada tiga indeks utama.

Selasa (18/1), indeks Dow Jones Industrial Average ditutup turun 543,34 poin atau 1,51% menjadi 35.368,47, indeks S&P 500 melemah 85,74 poin atau 1,84% ke 4.577,11 dan indeks Nasdaq Composite ambles 386,86 poin atau 2,6% ke 14.506,90.

Dari 11 sektor pada indeks S&P 500, 10 sektor ditutup melemah dengan sektor teknologi jatuh paling dalam. Sektor Energi, dengan persentase kenaikan tertinggi sejauh ini pada tahun 2022, adalah satu-satunya sektor yang menguat setelah ditutup naik naik 0,4%.

Penurunan saham megacap, termasuk Microsoft, Apple dan Meta Platform, sangat membebani indeks S&P 500 di antara pergerakan saham individu.

Sementara itu, indeks Nasdaq turun paling banyak di antara indeks utama pada perdagangan sesi ini. Bahkan, Nasdaq telah ambles sekitar 9,7% dari rekor penutupan tertinggi yang dicetak pada 19 November 2021 silam, dan hampir mengkonfirmasi koreksi 10% untuk pertama kalinya sejak awal 2021.

Indeks yang diisi oleh saham sektor teknologi-berat juga ditutup di bawah 200. Yang merupakan rata-rata pergerakan harian, level dukungan teknis utama, untuk pertama kalinya sejak April 2020.

Pada sesi kali ini, saham Goldman Sachs turut menjadi salah pendorong koreksi setelah anjlok 7%. Hal tersebut terjadi setelah kinerja bank investasi itu meleset dari ekspektasi laba kuartalan di tengah aktivitas perdagangan yang lemah.

Sektor keuangan, yang telah menjadi salah satu kelompok yang berkinerja lebih baik pada tahun 2022, pun ditutup melemah 2,3%.

"Sektor keuangan yang sedikit runtuh di bawah beban pendapatan kuartal yang kurang mengesankan mungkin merupakan faktor terbesar hari ini," kata Chuck Carlson, Chief Executive Officer Horizon Investment Services di Hammond, Indiana.

“Ketika Anda telah mengeluarkan salah satu area yang berpotensi bekerja baik di sini, hal itu akan membuat pasar menjadi buruk,” lanjut Carlson.

Di sisi lain, imbal hasil Treasury AS tenor acuan pun melonjak ke tertinggi dalam dua tahun. Di mana, imbal hasil US Treasury tenor 2 tahun menembus 1%, karena para pedagang bersiap menyambut Federal Reserve agar lebih agresif dalam mengatasi inflasi yang tidak mereda.

Kenaikan tajam dalam imbal hasil obligasi ini di awal 2022, telah membebani kinerja saham khususnya pada saham teknologi dan pertumbuhan. Yang mana, arus kas masa depan dari kedua sektor tersebut diproyeksi tertahan lebih tajam dengan yield US Treasury yang meningkat.

"Cetak inflasi yang panas telah menakuti pasar bahwa The Fed akan bergerak dan kami melihat kenaikan imbal hasil ini," kata Mona Mahajan,  Senior Investment Strategist di Edward Jones.

"Bukan hanya kenaikan hasil tetapi kenaikan hasil yang cepat, yang benar-benar menyebabkan beberapa gangguan pencernaan di pasar, tetapi terutama dalam sisi pertumbuhan, penilaian yang lebih tinggi, kelas aset yang lebih spekulatif," jelas Mahajan.

Sebuah survei BofA menunjukkan bahwa fund manager telah memangkas posisi overweight di sektor teknologi ke level terendah sejak tahun 2008. Sementara dari survei lain yang dilakukan Deutsche Bank terlihat bahwa mayoritas responden percaya saham teknologi AS berada di wilayah bubble.

Kini, investor memusatkan perhatian pada pertemuan kebijakan The Fed yang digelar minggu depan untuk kejelasan lebih lanjut tentang langkah bank sentral selanjutnya untuk mengendalikan inflasi.

Data minggu lalu menunjukkan harga konsumen di Amerika Serikat (AS) meningkat dengan kuat pada bulan Desember, yang berpuncak pada kenaikan inflasi tahunan terbesar dalam hampir empat dekade.

Dalam berita perusahaan, saham Activision melonjak hampir 26% setelah Microsoft mengumumkan kesepakatan untuk membeli pembuat video-game itu seharga US$ 68,7 miliar.

Sementara, saham perusahaan video game lainnya turut naik, dengan Electronic Arts menguat 2,7% dan Take-Two Interactive Software naik 1%. Namun, di sisi lain, saham Microsoft malah turun 2,4%.

Selasa, 18 Januari 2022

PT Equity World | Selasa Pagi, Mayoritas Saham Asia Pasifik Dibuka Menguat

PT Equity World | Pasar saham di kawasan Asia-Pasifik pada Selasa pagi (18/1/2022) mayoritas dibuka menguat, setelah hari yang tenang di Wall Street di mana pasar AS tutup untuk memperingati Hari Marthin Luther King Jr.

Di Australisa, indeks ASX 200 menguat 0,36%, tetapi subindeks keuangan yang sangat terbebani tersendat 0,11%.

Di Jepang, benchmark Nikkei 225 naik 0,45% dan indeks Topix naik 0,43%.

Indeks Kospi Korea Selatan naik 0,12% dan Kosdaq bertambah 0,94%, namun kemudian berfluktuasi di seputar garis datar.

Pasar mencermati perkembangan suku bunga global di tengah ekspektasi pengetatan bank sentral yang lebih cepat, menurut Tapas Strickland, direktur ekonomi dan pasar di National Australia Bank.

“Mengenai penetapan suku bunga bank sentral, pasar sekarang sepenuhnya memberi harga empat kenaikan suku bunga dari Fed AS pada 2022, dan waktu kenaikan suku bunga ECB pertama telah dimajukan hingga September. Pengecualian adalah China dengan [People's Bank of China] memangkas suku bunga sebesar 10 bps kemarin di tengah prospek pertumbuhan yang tidak pasti," tulisnya dalam catatan Selasa pagi.

Presiden China Xi Jinping memperingatkan terhadap kenaikan suku bunga yang cepat pada hari Senin yang dapat menggagalkan pemulihan global dari pandemi virus corona.

“Jika ekonomi utama mengerem atau memutar balik kebijakan moneter mereka, akan ada dampak negatif yang serius,” kata Xi melalui konferensi video di acara virtual The Davos Agenda.

Xi juga menyerukan kepada negara-negara untuk menjauh dari “mentalitas Perang Dingin,” dengan mengatakan bahwa sejarah telah berulang kali menunjukkan bahwa konfrontasi hanya mengundang dampak bencana.

Pada sesi sebelumnya, pasar Asia tidak bereaksi terhadap data resmi dari China, yang menunjukkan ekonomi terbesar kedua di dunia itu tumbuh lebih cepat dari yang diperkirakan antara Oktober dan Desember.

Menurut Strickland, prospek ekonomi China memiliki "lebih banyak ketidakpastian," dan bahwa kebijakan nol-Covid negara itu "menyeret ekonomi, dan menambah momentum yang hilang karena masalah di sektor properti."

Mata Uang dan Minyak

Di pasar mata uang, dolar AS terakhir diperdagangkan pada 95,258 terhadap sekeranjang rekan-rekannya, setelah naik dari level di bawah 95,00 pada minggu sebelumnya.

Yen Jepang berpindah tangan di 114,48, menguat dari level sebelumnya di sekitar 114,63. Dolar Australia diperdagangkan relatif datar di $0,7213.

Senin, 17 Januari 2022

PT Equity World | Harga Emas Diprediksi Makin Mengkilap, Tembus Level Berapa?

PT Equity World | Prospek harga emas terlihat lebih baik memasuki minggu ketiga tahun 2022. Ancaman inflasi akhirnya mendorong emas lebih tinggi karena investor memperkirakan tekanan harga akan terus meningkat.

Harga emas berjangka Comex Februari terakhir diperdagangkan pada USD 1.816,90, naik lebih dari 1 persen pada minggu ini.

Dikutip dari kitco.com, Senin (17/1/2022), dua hal data utama yang menjaga pasar dalam suasana risk-off adalah inflasi dan penjualan ritel. Di AS, inflasi berjalan pada laju terpanas sejak 1982 pada bulan Desember, naik 7 persen selama 12 bulan terakhir. Sementara itu, penjualan ritel turun terbesar dalam sepuluh bulan, turun 1,9 persen.

Dua hal pendorong besar untuk emas ke depan adalah dolar AS dan imbal hasil obligasi. Dolar telah mundur, memberikan ruang bernafas untuk emas, sementara imbal hasil obligasi baru saja menghentikan kenaikan mereka.

"Lihatlah seberapa tinggi imbal hasil Treasury telah berjalan. Pasar memperkirakan peluang lebih dari 90 persen bahwa Fed akan menaikkan suku bunga pada bulan Maret. Dan emas mengalami minggu terbaiknya dalam beberapa bulan," kata analis pasar senior OANDA Edward Moya.

Menurutnya, emas tidak mampu menembus level tertinggi baru-baru ini, tetapi sejauh ini perkembangan emas terlihat cukup bagus

Disisi lain, pemulihan Eropa bersama dengan beberapa kekuatan euro baru dapat memainkan peran penting dalam menentukan arah greenback.

"Ada banyak pandangan yang bertentangan tentang kemana dolar akan pergi. Anda harus mulai melihat pemulihan ekonomi global yang lebih baik, yang akan mendorong banyak potensi pertumbuhan Eropa dan dapat memberikan dolar yang lebih lemah. Kisah pertumbuhan euro ditangguhkan dari 2021 hingga 2022," jelas Moya.

Selain itu, pembacaan inflasi terbaru mendorong The Fed untuk bertindak cepat karena tampaknya berada di belakang kurva.

Adapun setelah kenaikan suku bunga pada bulan Maret, kenaikan kedua bisa terjadi pada bulan Juni, bersama dengan limpasan neraca. Di sinilah para analis akan mulai khawatir tentang potensi kesalahan kebijakan dan dampaknya terhadap perekonomian.

"Salah satu hal yang tidak dapat ditangani dengan kuat oleh siapa pun adalah risiko terhadap ekonomi AS. Kebijakan The Fed mungkin dapat membalikkan kurva dalam satu atau dua tahun ke depan. Semua risiko ini meningkat," kata Moya.

Kebijakan The Fed

Tahun lalu, The Fed mengatakan mengharapkan pertumbuhan dan kenaikan suku bunga yang sangat lambat. Tetapi sebaliknya, kita melihat inflasi 7 persen dan pengetatan yang agresif, kata Moya.

"Kemungkinan kesalahan kebijakan bisa positif untuk emas. Jangka panjang, Anda akan melihat permintaan emas batangan karena itu," katanya.

Sementara itu, Pialang komoditas Senior RJO Futures Bob Haberkorn, mengatakan, ekuitas kemungkinan akan membantu emas memiliki peluang untuk menembus lebih tinggi minggu depan. Ekuitas akan sedikit lebih kuat, dan itu akan mendorong emas kembali ke level USD 1,830.

Menurut Haberkorn, emas telah berjuang di sekitar level USD 1,830 karena narasi bersaing dari percepatan inflasi dan kenaikan hasil.

“Hasil akan lebih tinggi dengan inflasi yang memanas. Dan emas berada dalam kisaran. Kedua narasi itu bersaing. Minggu depan, tergantung pada bagaimana hasil terlihat, kita bisa mencapai antara USD 1,830 dan USD 1,850," katanya.

Jika imbal hasil obligasi tidak melakukan apa yang mereka lakukan, emas akan menjadi USD 50-70 lebih tinggi. Sementara, Moya mengamati emas akan ada di level USD 1,833 per ons minggu depan.

"Jika kita bisa menembusnya dan kemudian menahan USD 1,840 per ons selama sehari, dan kita bisa melihat momentum bullish," pungkas Moya.