Senin, 13 Desember 2021

Equity World | Analis dan Pelaku Pasar Yakin Harga Emas Bakal Melambung Pekan Ini

Equity World | Para analis dan pelaku pasar yakin bahwa harga emas di pekan ini tidak akan jatuh. keyakinan akan harga emas ini didasari bahwa Bank Sentral Amerika Serikat (AS) atau the Federal Reserve (the Fed) akan mempercepat proses tapering.

Megutip Kitco, Senin (13/12/2021), sebanyak 13 analis Wall Street berpartisipasi dalam survei yang dilakukan oleh Kitco. Dari jumlah tersebut sebanyak 46 persen menyatakan harga emas akan naik.

CNBC Indonesia Market Berita Market | Equity World

Namun jumlah analis yang menyatakan harga emas kemungkinan akan bergerak mendasar juga sama yaitu mencapai 46 persen. Sedangkan sisanya 8 persen mengatakan bahwa harga emas bakal turun.

Di sisi lain atau pelaku pasar jauh lebih optimistis. Dari 1.039 investor ritel yang berpartisipasi, sebanyak 53,6 persen menyatakan bullish atau harga emas akan menguat pada minggu ini.

Sedangkan 23,9 persen investor menyatakan harga emas bakal bearish. Di luar itu, 22,5 persen memilih netral.

Pada pekan ini, analis dan pelaku pasar tengah meninggu pengumuman suku bunga Federal Reserve yang akan dirilis pada Rabu.

Pelaku pasar sebagian besar memperkirakan bahwa tapering akan dipercepat. Perkiraan tersebut muncul setelah Ketua the Fed Jerome Powell di hadapan Senat AS menyatakan tengah mempertimbangkan menyelesaikan tapering lebih cepat.

Para pekan kemarin, harga emas berjangka mengakhiri minggu dengan mendatar dengan emas berjangka untuk pengiriman Februari berada di angka USD 1.784,30 per ounce.

Jumat, 10 Desember 2021

PT Equityworld | Wall Street Melemah Jelang Pertemuan The Fed

PT Equityworld | Wall Street ditutup melemah pada perdagangan Kamis (9/12/2021) waktu setempat. Bursa saham AS melemah karena investor mengalihkan fokus mereka ke data inflasi yang akan datang dan bagaimana hal itu dapat mempengaruhi pertemuan Federal Reserve minggu depan.

Mengutip data Reuters, Nasdaq turun lebih tajam dari S&P 500 sementara Dow hampir datar, berakhir turun kurang dari 1 poin. Dalam tiga hari pertama pekan ini, Nasdaq menguat 4,7%, S&P naik 3,6% dan Dow naik 3,4% karena kekhawatiran mereda tentang varian virus corona terbaru Omicron.

Wall Street Lesu Jelang Rilis Data Inflasi AS | PT Equityworld 

Dow Jones Industrial Average turun 0,06 poin menjadi 35.754,69, S&P 500 kehilangan 33,76 poin, atau 0,72%, menjadi 4.667,45 dan Nasdaq Composite turun 269,62 poin, atau 1,71%, menjadi 15.517,37.

Sembilan dari 11 sektor utama S&P turun, dengan consumer discretionary turun 1,7%, kerugian terbesar dan real estate, turun 1,4%, dan teknologi informasi turun 1%, menunjukkan penurunan terbesar berikutnya yang menjadikan kerugian.

Satu-satunya sektor yang naik adalah layanan kesehatan yang naik 0,2% dan kebutuhan pokok konsumen yang menguat 0,06%. Layanan kesehatan didorong oleh kenaikan saham CVS Health Corpse 4,5% setelah operator toko obat menaikkan perkiraan laba 2021.

Dalam kebutuhan pokok konsumen, pembuat mobil listrik kelas berat Tesla adalah penurunan persentase terbesar, turun 6%.

Pasar telah bergerak sejak akhir November ketika varian Omicron ditemukan. Investor khawatir itu bisa membalikkan pemulihan global pada saat inflasi melonjak dengan komentar Fed memperburuk volatilitas.

Indeks utama Wall Street didukung minggu ini oleh pembaruan yang menunjukkan vaksin Pfizer dan BioNTech menawarkan perlindungan terhadap varian Omicron.

Kamis, 09 Desember 2021

PT Equityworld | Emas Si Aset "Boring" Simpan Banyak Bahan Bakar Untuk Meroket

PT Equityworld | Harga emas dunia masih kesulitan menguat pada di pekan ini, sebab pelaku pasar menanti kejelasan percepatan laju tapering bank sentral Amerika (AS) atau yang dikenal dengan Federal Reserve (The Fed).

Melansir data Refinitiv, emas pada perdagangan Rabu kemarin mengakhiri perdagangan di US$ 1.782,06/troy ons, melemah 0,11% di pasar spot.

Wall Street menguat tiga hari beruntun hingga Rabu (8/12) | PT Equityworld

Tingginya inflasi serta perekonomian yang kuat membuat The Fed mempertimbangkan untuk mempercepat tapering atau nilai program pembelian aset (quantitative easing/QE) yang saat ini senilai US$ 15 miliar setiap bulan.

Nilai QE bank sentral paling Powerful di dunia ini sebesar US$ 120 miliar, dan tapering sudah mulai dilakukan pada November lalu. Artinya, hingga QE menjadi nol diperlukan waktu selama 8 bulan.

The Fed diperkirakan akan meningkatkan tapering hingga menjadi US$ 30 miliar per bulan, sehingga QE akan menjadi nol dalam waktu 4 sampai 5 bulan. Selain itu, The Fed juga diprediksi akan memberikan indikasi agresif menaikkan suku bunga di tahun depan.

Normalisasi kebijakan moneter tersebut memberikan pukulan telak bagi emas yang membuatnya sulit menguat.

Meski demikian, emas sebenarnya menyimpan bahan bakar untuk meroket, yakni inflasi yang tinggi. Bahkan inflasi yang tinggi sudah terjadi saat ini, di Amerika Serikat misalnya yang berada di level tertinggi dalam lebih dari 3 dekade terakhir.

Emas secara tradisional dianggap sebagai aset lindung nilai terhadap inflasi, ketika inflasi tinggi maka permintaannya akan meningkat.

Harga Emas yang menurun dan tidak banyak bergerak di tahun ini dikatakan "boring" oleh triliuner Jeffrey Gundlach, yang dijuluki sang "raja obligasi".

Gundlach melihat inflasi di AS tidak akan ke bawah 4% di tahun depan.

Untuk diketahui, inflasi berdasarkan consumer price index (CPI) di AS bulan Oktober melesat 6,2% year-on-year (YoY), menjadi kenaikan terbesar sejak Desember 1990.

Sementara inflasi CPI inti yang tidak memasukkan sektor makanan dan energi dalam perhitungan tumbuh 4,6%, tertinggi sejak Agustus 1991.

Sang "raja obligasi" juga melihat inflasi tersebut bisa mencapai 7% dalam beberapa bulan ke depan, yang tentunya menguntungkan bagi emas.

Guna meredam inflasi tersebut, bank sentral AS (The Fed) diperkirakan akan menaikkan suku bunga secara agresif di tahun depan, dan Gundlach melihat hal tersebut akan menimbulkan masalah bagi perekonomian.

"Kita kemungkinan akan melihat masalah di perekonomoian hanya dengan beberapa kali kenaikan suku bunga The Fed - empat kali kenaikan atau lebih. Jika suku bunga berada di 1% atau 1,5%, maka hal tersebut akan merusak perekonomian," kata Gundlach, sebagaimana diwartakan Kitco, Rabu (8/12).

Selain itu, ia juga memperkirakan dolar AS akan jeblok di tahun depan akibat dobel defisit yang dialami Amerika Serikat. Dolar AS yang cukup kuat di tahun ini menjadi salah satu yang meredam kenaikan harga emas.

"Dolar AS meredam kenaikan emas. Saya pikir ketika dolar AS turun maka emas akan kembali naik," tambahnya.

Inflasi tinggi, masalah di perekonomian, serta dolar AS yang diprediksi akan merosot menjadi bahan bakar bagi emas untuk kembali meroket. Gundlach sendiri masih mempertahankan investasi emasnya untuk jangka panjang. Terakhir kali ia membeli emas pada September 2018 di harga US$ 1.180/troy ons.

Rabu, 08 Desember 2021

PT Equityworld | Wall Street Menguat Tajam

PT Equityworld |  Wall Street menguat tajam pada akhir perdagangan Selasa (Rabu pagi WIB). Hal ini karena investor menghilangkan beberapa kecemasan tentang varian Omicron dan para investor mendorong Nasdaq reli dengan memburu saham-saham teknologi ternama.

Dikutip dari Antara, Rabu 8 Desember 2021, Indeks Dow Jones Industrial Average melonjak 492,40 poin atau 1,40 persen menjadi 35.719,43. Indeks S&P 500 bertambah 95,08 poin atau 2,07 persen menjadi 4.686,75. Indeks Komposit Nasdaq melambung 461,76 poin atau 3,03 persen menjadi 15.686,92.

Investor Tak Lagi Khawatirkan Varian Omicron, Harga Emas Dunia Langsung Turun | PT Equityworld

Semua 11 sektor utama S&P 500 berakhir di zona hijau, dengan sektor teknologi informasi terangkat 3,51 persen. Sektor ini memimpin kenaikan dan merupakan persentase kenaikan satu hari terbesar sejak 9 Maret, diikuti sektor consumer discretionary yang meningkat 2,36 persen.

Saham-saham raksasa teknologi besar, termasuk Apple, Amazon, Netflix, Meta Platforms, Microsoft, dan induk perusahaan Googlet Alphabet, semuanya ditutup lebih tinggi.

Pengumuman Intel tentang rencana untuk membawa unit mobil swa-kemudi Mobileye ke publik di Amerika Serikat tahun depan mendorong sahamnya melonjak tiga persen. Sehingga menyemangati investor chip di seluruh papan perdagangan.

Indeks Philadelphia SE Semiconductor ditutup melambung 4,97 persen, setelah mencapai level terendah hampir satu bulan pada Selasa, 7 Desember 2021.

Investor juga diyakinkan oleh berita positif tentang varian Omicron dari covid-19, yang telah membantu mereka melarikan diri dari taruhan berisiko minggu lalu.

Sebelum pasar dibuka, produsen obat Inggris GSK (Glaxosmithkline) mengatakan terapi covid-19 berbasis antibodi yang dikembangkan bersama Vir Biotechnology efektif melawan semua mutasi varian Omicron.

"Seminggu yang lalu kami melihat ketakutan besar karena Omicron dan selama minggu berikutnya tampaknya sangat menular tetapi kurang parah daripada yang dikhawatirkan orang," kata Presiden Chase Investment Counsel di Charlottesville, Virginia, Peter Tuz.

Direktur pelaksana perdagangan ekuitas di Wedbush Securities Los Angeles, Michael James, mengatakan berita utama Glaxosmithkline sudah menjadi instrumental bagi sentimen masyarakat.

Dia juga mengutip berita Intel dan taruhan investor bahwa pasar akan mendapat dorongan tradisional Desember, yang dikenal sebagai reli Santa Claus.

"Tentu saja ada ketakutan akan kehilangan reli Santa Claus," kata James.

CBOE Turun

Indeks volatilitas CBOE, yang sering disebut pengukur besar di Wall Street, turun dari level tertinggi lebih dari 10 bulan pekan lalu. Indeks mengakhiri hari turun 19,5 poin pada 21,89, penutupan terendah sejak 6 Oktober.

Indeks S&P 1500 Hotels, Restaurant and Leisure ditutup naik 1,4 persen. Setelah reli hampir sepanjang hari, S&P 1500 Airlines ditutup turun 0,6 persen, setelah melonjak 5,0 persen pada Senin 6 Desember 2021.

Di industri semikonduktor, pencetak keuntungan besar lainnya selain Intel adalah Nvidia yang menambahkan 7,96 persen. Sementara NXP Semiconductor dan Applied Materials keduanya melonjak 6,5 persen.

Vir Biotechnology ditutup melambung 11,9 persen. Merck & Co turun 1,6 persen karena Guggenheim menurunkan peringkat sahamnya menjadi "netral" dari "beli" setelah pembuat obat itu menghentikan pendaftaran dalam dua uji klinis tahap akhir yang menguji obat eksperimentalnya untuk pengobatan dan pencegahan HIV-1.