Equityworld Futures | Waspada Harga Emas Jatuh ke Level Ini di Tengah Penantian Hasil Pilpres
Equityworld Futures | Direktur PT Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi memprediksi harga emas jatuh ke level US$ 2.700 pada pekan ini. Di tengah pasar menantikan hasil pemilihan presiden (Pilpres) Amerika Serikat (AS) pada Selasa (5/11/2024) waktu setempat.
Equityworld Futures | Emas Hadapi Guncangan Besar Pekan Ini, Sanggup Bertahan di US$ 2700?
Harga emas ditutup melemah 0,32% menjadi US$ 2,735,1 pada Sabtu (2/11/2024). Sedangkan rekor tertinggi harga emas sepanjang masa (all time high/ATH) sebesar US$ 2.790 yang dicetak pada 31 Oktober 2024.
Ibrahim menjelaskan, harga emas akan jatuh ke level US$ 2.700 pada awal pekan ini. Hal itu terjadi seiring dengan penguatan dolar AS menjelang hasil pilpres AS. Hal itu mengingat data ekonomi AS yang dirilis pada pekan lalu menunjukan hasil yang bagus. “Terutama data ketenagakerjaan AS yang menunjukan pasar tenaga kerja tetap solid,” ungkap Ibrahim kepada Investor Daily, Minggu (3/11/2024).
Namun, Ibrahim menegaskan, berlanjutnya atau tidaknya pelemahan harga emas tersebut akan sangat bergantung pada siapa yang memenangkan hasil pilpres tersebut. Jika hasil Pilpres AS ternyata dimenangkan oleh Donald Trump, harga emas akan bergejolak. Sebab, akan melejit tinggi ke level US$ 2.780.
“Setelah harga emas mencapai level US$ 2.780, investor akan melancarkan aksi profit taking sehingga jatuh ke US$ 2.620. Harga emas akan terus terjun bebas hingga akhirnya akan menyentuh level terendah dalam tiga bulan terakhir, yaitu US$ 2.450,” jelas Ibrahim.
Hal ini, lanjut Ibrahim, karena Trump kemungkinan akan menghentikan semua peperangan yang ada di Timur Tengah dan Eropa. Dengan demikian akan terjadi penurunan tensi geopolitik dunia. Padahal, tensi geopolitik dunia merupakan penyebab utama harga emas terus menerus melesat hingga beberapa kali menembus rekor tertinggi dan menyebabkan harga emas melonjak hingga di atas 35% sepanjang 2024.
“Pergerakan harga emas akan berbeda jika Kamala Harris yang memenangkan pilpres AS tersebut. Harga emas akan terus melaju hingga menembus US$ 2.800 karena perang kemungkinan besar akan terus berlanjut seiring dengan adanya serangan balasan dari Iran ke Israel,” paparnya.
Ibrahim menilai, pasar melihat kecenderungan masyarakat AS akan memilih Trump sebagai presiden untuk periode 2025-2029. Terlihat dari beberapa jajak pendapat yang diadakan di negara tersebut menunjukan hasil Trump akan memenangkan pilpres AS. Ditambah lagi, masyarakat AS menilai, Harris adalah pemimpin masa depan, artinya kemungkinan baru akan menjadi presiden pada lima tahun mendatang,
Tidak hanya itu, Ibrahim menambahkan, gejolak harga emas pada pekan ini juga disebabkan oleh pasar menantikan hasil Kongres Rakyat Nasional di China. Dalam kongres ini akan membahas mengenai stimulus fiskal yang lebih banyak lagi dari pemerintah China. “Ada kemungkinan China akan menerbitkan surat utang sebesar US$ 1,4 triliun bertujuan untuk membangkitkan perekonomian mereka,” jelas Ibrahim.
Selain itu, lanjutnya, gejolak geopolitik di Timur Tengah juga masih menjadi fokus investor pekan ini. Terutama mengenai serangan balasan Iran ke Israel. Ditambah lagi, dengan pertemuan The Fed yang terjadi pada 6-7 November, yang diprediksi akan melakukan pemangkasan suku bunga sebesar 25 basis poin (bps).
Untuk itu, Ibrahim merekomendasikan kepada investor untuk berhati-hati di pekan ini. Sebab, kemungkinan para hedge fund akan melancarkan profit taking jika harga emas melonjak di harga US$ 2.780. Dengan demikian, aksi tersebut akan mendorong harga emas jatuh ke level US$ 2.450. “Nanti setelah mencapai level US$ 2.450, mereka akan kembali melancarkan aksi pembelian. Mengingat pada 2025, kemungkinan dunia masih akan dihantui dengan suku bunga tinggi,” tutupnya.