Equityworld Futures | Harga Emas Spot Sedikit Meredup ke US$ 3.223,67 Senin (14/4) Pagi, Ini Penyebabnya
Equityworld Futures | Harga emas dunia melemah pada perdagangan Senin (14/4), setelah Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump memberikan pengecualian tarif impor terhadap sejumlah barang elektronik seperti ponsel dan komputer yang sebagian besar diimpor dari China.
Equityworld Futures | Pakar Sebut Harga Emas Nasibnya Bakal Begini
Melansir Reuters, harga emas di pasar spot turun 0,4% ke level US$ 3.223,67 per ons troi pada pukul 00.36 GMT.
Sehari sebelumnya, emas sempat menyentuh rekor tertinggi di US$ 3.245,28. Sementara itu, harga emas berjangka AS melemah 0,1% ke US$ 3.240,90.
Sebelumnya, harga emas melonjak menembus level US$ 3.200 per ons troi untuk pertama kalinya pada Jumat (11/4) akibat memanasnya tensi dagang antara AS dan China yang mengguncang pasar global.
Namun, pada Jumat malam, Gedung Putih mengumumkan pengecualian terhadap tarif “resiprokal” yang akan diberlakukan pada produk seperti smartphone, komputer, dan beberapa komponen elektronik lainnya.
Meski begitu, Trump menegaskan pada Minggu (13/4) bahwa pengecualian ini bersifat sementara.
Dalam unggahan di Truth Social, Trump menyebut bahwa produk-produk tersebut tetap dikenai "Tarif Fentanyl" sebesar 20%, namun dipindahkan ke skema tarif lain.
Tekanan Inflasi & Suku Bunga
Di sisi lain, data ekonomi menunjukkan bahwa indeks harga produsen (PPI) AS secara mengejutkan turun 0,4% pada Maret, namun tarif impor yang baru diperkirakan akan mendorong inflasi dalam beberapa bulan ke depan.
Trader kini memperkirakan pemangkasan suku bunga acuan AS hingga 80 basis poin pada akhir 2025.
Lingkungan suku bunga rendah biasanya mendukung permintaan emas sebagai aset lindung nilai, terutama karena emas tidak memberikan imbal hasil (non-yielding).
Selain itu, emas juga menjadi aset safe haven di tengah ketidakpastian geopolitik dan ketegangan dagang global.
Para analis juga mencatat bahwa premi harga emas di China—konsumen emas terbesar dunia—melebar terhadap harga acuan global pekan lalu.
Hal ini mencerminkan peningkatan permintaan dari investor dan konsumen yang mencari perlindungan dari eskalasi perang dagang dengan AS.
Untuk logam mulia lainnya, harga perak turun 0,7% ke US$ 32,04 per ons troi. Sementara itu, platinum naik 0,7% ke US$ 949,25 dan palladium juga menguat 0,7% ke US$ 922,25.
Senin, 14 April 2025
Equityworld Futures | Harga Emas Spot Sedikit Meredup ke US$ 3.223,67 Senin (14/4) Pagi, Ini Penyebabnya
Kamis, 10 April 2025
Equityworld Futures | Harga Emas Naik Tajam, Kembali Tembus ke Level US$ 3.000
Equityworld Futures | Harga Emas Naik Tajam, Kembali Tembus ke Level US$ 3.000
Equityworld Futures | Harga emas mengalami lonjakan signifikan pada Rabu (9/4/2025), kembali menembus level psikologis US$ 3.000 per ons troi. Kenaikan ini menandai performa harian terbaik logam mulia tersebut sejak Oktober 2023, di tengah meningkatnya ketegangan global.
Equityworld Futures | Harga Emas Kemarin Melonjak 3% Lebih, Hari Ini Jual atau Beli?
Kenaikan harga emas dipicu oleh memburuknya hubungan dagang antara Amerika Serikat dan China. Presiden AS, Donald Trump, baru-baru ini mengumumkan kenaikan tarif impor terhadap China, sementara negara lain diberikan penangguhan selama 90 hari. Tarif baru terhadap produk asal Negeri Tirai Bambu melonjak hingga 125% dan diberlakukan secara langsung.
Berdasarkan data dari CNBC International, harga emas spot tercatat menguat 2,6% menjadi US$ 3.059,76 per ons troi, bahkan sempat menyentuh level tertinggi intraday di kisaran US$ 3.100. Sementara itu, kontrak berjangka emas di AS ditutup menguat 3% ke level US$ 3.079,40 per ons troi.
Analis pasar menilai bahwa lonjakan harga emas ini mencerminkan kekhawatiran investor terhadap potensi inflasi yang lebih tinggi dan ketidakpastian ekonomi global. “Logam mulia tetap menjadi instrumen lindung nilai di tengah ketegangan geopolitik dan kekhawatiran inflasi,” ujar Kepala Strategi Komoditas di TD Securities Bart Melek.
Selain itu, risalah terbaru dari The Federal Reserve menunjukkan kekhawatiran sebagian besar pembuat kebijakan terhadap risiko kenaikan inflasi, meski ekonomi menunjukkan tanda-tanda perlambatan. Hal ini memperkuat ekspektasi bahwa suku bunga akan tetap rendah, kondisi yang historisnya menguntungkan bagi aset seperti emas yang tidak memberikan bunga.
Sejak awal tahun, harga emas telah meningkat lebih dari US$ 400 per ons troi dan bahkan mencetak rekor tertinggi baru di US$ 3.167,57 pada awal April. Kenaikan ini didorong oleh tingginya permintaan terhadap aset safe haven serta pembelian besar-besaran oleh bank sentral berbagai negara.
Sementara pasar menanti rilis data Indeks Harga Konsumen (CPI) AS pada Kamis (10/4/2025) untuk mengukur arah inflasi ke depan, logam mulia lainnya turut mencatatkan pergerakan signifikan. Harga perak melonjak 3,1% menjadi US$ 30,8 per ons troi, palladium naik 1,9% menjadi US$ 923,75, sedangkan platinum justru terkoreksi 1,2% ke US$ 931,87.
Dengan ketegangan geopolitik dan kekhawatiran inflasi yang masih membayangi, harga emas diperkirakan tetap menjadi sorotan utama investor global sebagai bentuk perlindungan nilai kekayaan di tengah ketidakpastian pasar.
Rabu, 09 April 2025
Equityworld Futures | Harga Emas Melambung Tinggi, Jadi Penyebab Inflasi Maret 2025
Equityworld Futures | Harga Emas Melambung Tinggi, Jadi Penyebab Inflasi Maret 2025
Equityworld Futures | Emas menjadi salah satu komponen yang memberikan andil inflasi pada bulan Maret 2025. Hal ini ditopang oleh kenaikan harga emas sejak akhir tahun 2024.
Equityworld Futures | Harga Emas Dunia Naik Sedikit karena Imbal Hasil Treasury AS Menguat
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik, tingkat inflasi Maret menurut komponen inti mengalami inflasi sebesar 0,24% dengan andil sebesar 0,16%. Adapun komoditas yang dominan memberikan andil inflasi komponen inti adalah emas perhiasan.
Deputi Bidang Statistik Produksi BPS, M. Habibullah menjelaskan tingkat inflasi komponen inti secara tahunan sebesar 2,48% atau berada dalam level yang sama dengan Februari 2024.
"Adapun komoditas yang memberikan andil inflasi adalah emas perhiasan, minyak goreng, kopi bubuk dan nasi dengan lauk," ujar Habibullah dalam konferensi pers, Selasa (8/4/2025).
Habibullah menjelaskan bahwa secara tahunan emas perhiasan mengalami inflasi sebesar 41,71% sepanjang tahun 2025 atau secara year-to-date.
"Emas tadi kalau dilihat month-to-month 3,77% andil deflasi 0,05% sementara year-on-year 11,54% andil inflasi 0,15%. Untuk inflasi year-to-date 41,71% dan andilnya 0,44%," ujarnya.
Pada perdagangan Senin (7/4/2025), harga emas dunia di pasar spot anjlok 1,81% di level US$2.982,34 per troy ons. Ini adalah kali pertama emas terpental dari level US$ 3.000 sejak 14 Maret lalu atau 15 hari perdagangan terakhir. Harga penutupan kemarin juga menjadi yang terendah dalam 15 hari.
Badan Pusat Statistik (BPS) mengungkapkan laju inflasi bulanan pada Maret 2025 mencapai 1,65%. Sementara itu, inflasi tahunannya mencapai 0,39% secara tahun kalender (ytd).
Adapun, pada Maret 2025, BPS juga mencatat terjadi inflasi secara tahunan (yoy) sebesar 1,03% dengan Indeks Harga Konsumen (IHK) sebesar 107,22.
BPS menunjukkan kelompok pemicu inflasi pada bulan Maret ini adalah perumahan, air, listrik dan bahan bakar rumah tangga.
Kamis, 27 Maret 2025
Equityworld Futures | Negara-negara Asia Bakal Timbun Emas: Harga Bisa Terbang ke US$ 3.300
Equityworld Futures | Negara-negara Asia Bakal Timbun Emas: Harga Bisa Terbang ke US$ 3.300
Equityworld Futures | Harga emas nyaris tidak bergerak dan masih berada di area konsolidasi. Akan tetapi harga emas diperkirakan akan melaju lebih tinggi usai Goldman Sachs menaikkan perkiraan harga emas.
Equityworld Futures | Segera Cetak Rekor Baru, Harga Emas Bakal Sulit Anjlok Melebihi US$3.000
Pada perdagangan kemarin, Rabu (26/3/2025), harga emas dunia di pasar spot melemah 0,02% di level US$3.019,28 per troy ons
Pada perdagangan hari ini Kamis (27/3/2025) hingga pukul 06.30 WIB, harga emas dunia di pasar spot menguat 0,04% di posisi US$3.020,59 per troy ons.
Pada hari Rabu kemarin, Goldman Sachs menaikkan proyeksi harga emas akhir 2025 menjadi US$3.300 per troy ons dari US$3.100 per troy ons, dengan alasan arus masuk ETF yang lebih kuat dari yang diharapkan dan permintaan bank sentral yang berkelanjutan.
Goldman Sachs juga menaikkan kisaran perkiraannya menjadi US$3.250-US$3.520 per troy ons dari US$3.100-US$3.300 per troy ons sebelumnya, menurut catatan penelitiannya.
Bank investasi tersebut memperkirakan bank sentral besar Asia akan melanjutkan pembelian emas agresif mereka selama tiga hingga enam tahun ke depan, dengan tujuan mencapai target cadangan emas yang diproyeksikan.
Goldman Sachs menaikkan asumsi permintaan emas dari bank sentral menjadi 70 ton per bulan dari 50 ton sebelumnya di tengah meningkatnya ketidakpastian kebijakan AS dan ekspektasi bahwa China dapat terus melakukan pembelian dengan kecepatan tinggi selama tiga hingga enam tahun ke depan.
"Di sisi ETF emas, ekonom AS kami terus memperkirakan dua pemangkasan suku bunga The Fed sebesar 25bp (basis poin) pada tahun 2025 dan satu pemangkasan tambahan pada semester pertama tahun 2026, yang mendukung dasar kami untuk arus masuk ETF," ujar Goldman Sachs, kepada CNBC International.
Goldman Sachs melihat dua risiko kenaikan potensial untuk ETF yakni siklus pemangkasan The Fed yang disebabkan oleh resesi yang menaikkan harga emas akhir 2025 menjadi US$3.410 per troy ons, dan peningkatan permintaan investor terhadap emas sebagai nilai lindung. Kenaikan ini mendorong kepemilikan ETF kembali ke level pandemi, mendukung harga menuju US$3.680 per troy ons pada akhir tahun 2025.
Bank tersebut menegaskan kembali rekomendasi perdagangan emas jangka panjang, tetapi menyadari dua peristiwa potensial yang mungkin menawarkan titik masuk yang lebih menarik.
Peristiwa pertama adalah potensi perjanjian damai Rusia-Ukraina, yang mungkin memicu penjualan spekulatif sementara. Namun, hal itu tidak mungkin berdampak lama pada permintaan atau pasokan emas global, menurut bank tersebut.
Peristiwa lain adalah aksi jual ekuitas tajam yang memicu likuidasi emas yang didorong oleh margin. Namun, hal ini diperkirakan tidak akan berlangsung lama karena posisi spekulatif pulih di tengah ketidakpastian, dengan permintaan struktural dari bank sentral dan ETF tetap utuh.
Kebijakan tarif Presiden Amarika Serikat Donald Trump juga akan menopang emas ke depan mengingat emas menjadi instrumen paling aman saat terjadi ketidakpastian ekonomi.