Equity World | Hong Kong Mereda, Wall Street Sumringah
Equity World | Saham AS Wall Streer ditutup menguat pada akhir sesi perdagangan Rabu (4/9/2019). Kondisi ini terjadi seiring menghilangnya kekhawatiran akan Hong kong dan Brexit.
Dow Jones Industrial Average berakhir naik 0,9% ke level 26.335,47. Sementara S&P 500 naik 1,1% menjadi 2.937,78 sementara Nasdaq naik 1,3% menjadi 7.976,88.
Tindakan Kepala Eksekutif Hong Kong Carrie Lam yang secara resmi mencabut RUU Ekstradisi dalam pengumuman formal Selasa lalu, membuat pasar optimis akan ada kedamaian di pusat keuangan itu.
Kemenangan parlemen dari Perdana Menteri Inggris Boris Johnson juga menjadi sentimen baik lainnya. Ini diharapkan bisa menjegal langkah Johnson yang pro no-deal Brexit.
Sementara itu, analis setempat mengatakan penanganan Hong Kong menjadi ketakutan tersendiri bagi investor. Terutama jika Beijing memilih menggunakan militernya untuk menenangkan demonstrasi.
Equity World
Trump Marah, Harga Emas Tak Terbendung Sentuh Rekor Baru | Equity World
"Pasar sudah menghitung (untung-rugi) dalam perdagangan AS-China, tapi penurunan besar di situasi Hong Kong belum diperhitungkan," kata analis Meechaert Financial Services Gregori Volokhine sebagaimana dilansir dari AFP.
Sementara itu, sebuah laporan survey dikeluarkan The Federal Reserves (The Fed) Rabu. Bank sentral AS itu menilai karakter pertumbuhan.
"Meskipun kekhawatiran tentang tarif dan ketidakpastian kebijakan perdagangan terus berlanjut, mayoritas bisnis tetap optimis tentang prospek jangka pendek," kata The Fed pada sebuah survei nasional kegiatan ekonomi.
Kamis, 05 September 2019
Rabu, 04 September 2019
Equity World | Waspada, September Terbukti Tak Bersahabat Bagi Wall Street!
Equity World | Waspada, September Terbukti Tak Bersahabat Bagi Wall Street!
Equity World | Pasar saham tanah air mengawali perdagangan di bulan September dengan kurang mengenakan. Pada perdagangan pertama di bulan September yang jatuh hari Senin (2/9/2019), Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) membukukan koreksi sebesar 0,6%. Pada perdagangan kemarin (3/9/2019), indeks saham acuan di Indonesia tersebut kembali membukukan koreksi, yakni sebesar 0,46%.
Di sisa bulan ini, pelaku pasar harus benar-benar berhati-hati. Pasalnya, ternyata September merupakan bulan yang kurang bersahabat bagi bursa saham AS alias Wall Street.
Tim Riset CNBC Indonesia menghitung imbal hasil indeks S&P 500 secara bulanan dalam periode lima tahun terakhir (2014-2018). Hasilnya, secara rata-rata indeks S&P 500 membukukan koreksi secara bulanan pada bulan September.
Jika berbicara mengenai Wall Street, indeks yang paling tepat untuk digunakan memang adalah indeks S&P 500 dan bukan dua indeks lainnya yakni Dow Jones dan Nasdaq Composite. Pasalnya, indeks S&P 500 memiliki jumlah emiten terbanyak, berikut juga kapitalisasi pasarnya merupakan yang terbesar jika dibandingkan dengan dua indeks lainnya.
Secara rata-rata dalam lima tahun terakhir, indeks S&P 500 membukukan koreksi sebesar 0,39% pada bulan September. Sejatinya, hanya ada tiga bulan di mana indeks S&P 500 membukukan rata-rata imbal hasil negatif secara bulanan, yakni Januari, September, dan Desember.
Bahkan kalau ditarik lebih jauh, performa indeks S&P 500 pada bulan September lebih mengecewakan lagi. LPL Financial mencatat, jika dihitung sejak tahun 1950, bulan September merupakan bulan terburuk bagi indeks S&P 500.
Equity World
Ke Mana Arah Harga Emas Dunia Hari Ini? | Equity World
"Sejak 1950, September telah menjadi bulan terburuk bagi indeks S&P 500, di mana indeks S&P 500 membukukan rata-rata penurunan sebesar 0,5% pada bulan September," tulis Ryan Detrick selaku Senior Market Strategist di LPL Financial dalam risetnya tertanggal 30 Agustus 2019, dilansir dari Bloomberg.
Lantas, bagaimana dengan bulan September tahun ini? Agaknya, catatan buruk yang dimiliki oleh indeks S&P 500 pada bulan September akan kembali terulang pada bulan September tahun ini.
Pada perdagangan kemarin, indeks S&P 500 melemah sebesar 0,69%. Untuk diketahui, pada hari Senin perdagangan di bursa saham AS diliburkan seiring dengan peringatan Hari Buruh. Lantas, perdagangan kemarin menjadi perdagangan pertama di bulan September bagi Wall Street.
Equity World | Pasar saham tanah air mengawali perdagangan di bulan September dengan kurang mengenakan. Pada perdagangan pertama di bulan September yang jatuh hari Senin (2/9/2019), Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) membukukan koreksi sebesar 0,6%. Pada perdagangan kemarin (3/9/2019), indeks saham acuan di Indonesia tersebut kembali membukukan koreksi, yakni sebesar 0,46%.
Di sisa bulan ini, pelaku pasar harus benar-benar berhati-hati. Pasalnya, ternyata September merupakan bulan yang kurang bersahabat bagi bursa saham AS alias Wall Street.
Tim Riset CNBC Indonesia menghitung imbal hasil indeks S&P 500 secara bulanan dalam periode lima tahun terakhir (2014-2018). Hasilnya, secara rata-rata indeks S&P 500 membukukan koreksi secara bulanan pada bulan September.
Jika berbicara mengenai Wall Street, indeks yang paling tepat untuk digunakan memang adalah indeks S&P 500 dan bukan dua indeks lainnya yakni Dow Jones dan Nasdaq Composite. Pasalnya, indeks S&P 500 memiliki jumlah emiten terbanyak, berikut juga kapitalisasi pasarnya merupakan yang terbesar jika dibandingkan dengan dua indeks lainnya.
Secara rata-rata dalam lima tahun terakhir, indeks S&P 500 membukukan koreksi sebesar 0,39% pada bulan September. Sejatinya, hanya ada tiga bulan di mana indeks S&P 500 membukukan rata-rata imbal hasil negatif secara bulanan, yakni Januari, September, dan Desember.
Bahkan kalau ditarik lebih jauh, performa indeks S&P 500 pada bulan September lebih mengecewakan lagi. LPL Financial mencatat, jika dihitung sejak tahun 1950, bulan September merupakan bulan terburuk bagi indeks S&P 500.
Equity World
Ke Mana Arah Harga Emas Dunia Hari Ini? | Equity World
"Sejak 1950, September telah menjadi bulan terburuk bagi indeks S&P 500, di mana indeks S&P 500 membukukan rata-rata penurunan sebesar 0,5% pada bulan September," tulis Ryan Detrick selaku Senior Market Strategist di LPL Financial dalam risetnya tertanggal 30 Agustus 2019, dilansir dari Bloomberg.
Lantas, bagaimana dengan bulan September tahun ini? Agaknya, catatan buruk yang dimiliki oleh indeks S&P 500 pada bulan September akan kembali terulang pada bulan September tahun ini.
Pada perdagangan kemarin, indeks S&P 500 melemah sebesar 0,69%. Untuk diketahui, pada hari Senin perdagangan di bursa saham AS diliburkan seiring dengan peringatan Hari Buruh. Lantas, perdagangan kemarin menjadi perdagangan pertama di bulan September bagi Wall Street.
Selasa, 03 September 2019
Equityworld Futures | Wall Street Mampu Libas Isu Perang Dagang
Equityworld Futures | Wall Street Mampu Libas Isu Perang Dagang
Equityworld Futures | Saham-saham di Amerika Serikat (AS) pekan ini ditutup merekah. Wall Street terus mengawasi perkembangan variabel hubungan perdagangan AS-Tiongkok, yang membuat investor naik turun dalam berinvestasi. Investor juga mencerna sejumlah data beragam yang menunjukkan kesehatan ekonomi AS.
Melansir Xinhua, Senin, 2 September 2019, dalam pekan yang berakhir 30 Agustus, indeks Dow Jones naik 2,99 persen, S&P 500 naik 2,76 persen, dan Nasdaq menguat 2,71 persen.
Minggu ini menandai sesi perdagangan yang secara umum positif untuk pasar dengan awal yang tinggi dan akhir yang hangat. Tiga indeks utama mencatat kenaikan stabil kecuali pada Selasa.
Pada Jumat, tiga indeks utama berakhir dengan keuntungan dan kerugian kecil, karena investor mencerna sejumlah data campuran pada aktivitas konsumen, di antaranya kepercayaan konsumen yang turun tajam.
IndeksDow Jones Industrial Average naik 41,03 poin atau 0,16 persen menjadi 26.403,28. Indeks S&P 500 meningkat 1,88 poin atau 0,06 persen menjadi 2.926,46. Indeks Komposit Nasdaq turun 10,51 poin atau 0,13 persen menjadi 7.962,88.
Pada Selasa, Wall Street sempat terguncang oleh gelombang ketakutan baru atas potensi resesi, karena yield Treasury AS yang lama tertunda mundur tajam pada siang hari. Spread antara yield Treasury 10-tahun dan yield 2-tahun menimbulkan kurva terbalik yang mengkhawatirkan, sehingga dianggap sebagai prekursor utama dari resesi masa depan. Hal ini memicu sentimen risk-off di antara investor global.
Sementara itu, yield Treasury tiga bulan tercatat hampir dua persen, lebih tinggi dari yield Treasury jangka panjang, termasuk yield obligasi 30-tahun yang diawasi ketat, yang sedikit melonjak di atas 1,95 persen pada sore hari.
Tren penurunan berlangsung selama Rabu pagi, karena semua hasil Treasury AS yang lama terus mundur, sementara tingkat Treasury tiga bulan jangka pendek terus meningkat. Yang lebih buruk, imbal hasil Treasury 30-tahun mencapai titik terendah di atas 1,9 persen pada satu titik selama sesi pagi.
Spread yang diawasi ketat antara imbal hasil dua tahun dan patokan hasil 10-tahun pernah melebar menjadi 6,2 basis poin, mencapai tingkat yang belum pernah terjadi sebelumnya sejak 2007, demikian menurut data statistik perusahaan jasa keuangan global Tradeweb.
Namun demikian saham sektor energi dan keuangan yang kuat menopang pasar pada Rabu, menghapus semua kerugian dan mengakhiri hari dengan keuntungan ringan.
Di sektor keuangan, saham Goldman Sachs dan JPMorgan Chase masing-masing naik hampir 1,2 persen dan satu persen, di antara para pemain kuat dalam 30 saham blue-chip di Dow Jones. Sedangkan di sektor energi, saham Chevron dan Exxon Mobil masing-masing naik hampir 0,9 persen dan lebih dari 0,7 persen.
Sektor energi dan keuangan juga memimpin kenaikan di 11 sektor utama S&P 500 dengan masing-masing naik 1,4 persen dan lebih dari 0,9 persen di sekitar penutupan pasar.
Sementara itu, Wall Street mencerna berbagai data campuran. Di sisi ekonomi, kepercayaan konsumen AS turun tajam pada Agustus, diperburuk oleh berlanjutnya kekhawatiran atas kenaikan tarif dan perang dagang.
Indeks sentimen konsumen Universitas Michigan turun menjadi 89,8 untuk Agustus, menandai penurunan bulanan terbesar sejak Desember 2012, kata universitas itu dalam survei bulanannya pada Jumat.
"Penurunan baru-baru ini karena referensi negatif untuk tarif, yang secara spontan disebutkan oleh satu-dalam-tiga konsumen. Data menunjukkan terjadi erosi kepercayaan konsumen karena kebijakan tarif yang sedang berlangsung,"kata Richard Curtin, kepala ekonom untuk survei ini.
Data Ekonomi AS
Pengeluaran konsumsi pribadi (PCE), ukuran utama dari pengeluaran rumah tangga AS, naik 0,6 persen menjadi USD93,1 miliar pada Juli, didorong oleh pengeluaran barang dan kendaraan rekreasi, serta listrik dan gas rumah tangga, lapor Biro Analisis Ekonomi.
Penghasilan pribadi meningkat 0,1 persen menjadi USD23,9 miliar pada bulan lalu, dan penghasilan pribadi pakai naik 0,3 persen menjadi USD44,4 miliar.
"Peningkatan pendapatan pribadi pada Juli terutama mencerminkan peningkatan kompensasi karyawan dan tunjangan sosial pemerintah kepada orang-orang yang sebagian diimbangi oleh penurunan pendapatan bunga pribadi," kata biro itu dalam sebuah laporan.
Penjualan rumah yang tertunda di AS menurun pada Juli, turun dari kenaikan dua bulan sebelumnya berturut-turut, kata National Association of Realtors (NAR) pada Kamis. Indeks Penjualan Rumah Tertunda, indikator berwawasan ke depan berdasarkan penandatanganan kontrak, turun 2,5 persen menjadi 105,6 bulan lalu.
"Ketidakpastian ekonomi tidak diragukan menahan beberapa permintaan potensial, tetapi yang sangat dibutuhkan adalah lebih banyak pasokan rumah dengan harga sedang," kata Lawrence Yun, kepala ekonom NAR, dalam sebuah pernyataan.
Klaim pengangguran awal AS meningkat menjadi 215 ribu pada minggu lalu, naik 4.000 dari tingkat revisi minggu sebelumnya, lapor Departemen Tenaga Kerja AS pada Kamis. Namun rata-rata pergerakan dalam empat minggu, dipandang sebagai metrik utama kondisi pasar tenaga kerja, turun menjadi 214.500, menurun 500 dari rata-rata revisi pekan sebelumnya.
Pertumbuhan PDB kuartal kedua AS direvisi ke tingkat tahunan sebesar dua persen, menurut perkiraan kedua yang dirilis oleh Biro Analisis Ekonomi pada Kamis. Tingkat pertumbuhan adalah 0,1 poin lebih rendah dari perkiraan sebelumnya yang dirilis pada Juli. GDP riil naik 3,1 persen di kuartal pertama.
"Revisi ini terutama mencerminkan revisi ke bawah untuk pengeluaran pemerintah negara bagian dan lokal, ekspor, investasi persediaan swasta, dan investasi perumahan yang sebagian diimbangi oleh revisi ke atas untuk pengeluaran konsumsi pribadi," tambah biro itu.
Indeks Kepercayaan Konsumen Conference Board jatuh ke 135,1, turun dari rebound Juli di 135,8, kata kelompok riset bisnis AS.
"Penilaian konsumen terhadap kondisi saat ini semakin meningkat. Harapan mendingin secara moderat, tetapi secara keseluruhan tetap kuat," kata Lynn Franco, Direktur Senior Indikator Ekonomi di The Conference Board, dalam sebuah pernyataannya.
Equityworld Futures
Sudah Seminggu Turun, Harga Emas Naik Lagi Nih! | Equityworld Futures
"Jika eskalasi dalam ketegangan perdagangan dan tarif berlanjut, itu berpotensi dapat meredam optimisme konsumen mengenai prospek ekonomi jangka pendek," kata Franco.
Biro Sensus AS mencatat pesanan baru untuk barang-barang tahan lama yang diproduksi pada Juli naik 2,1 persen menjadi USD250,4 miliar. Kenaikan ini terjadi setelah kenaikan 1,8 persen di Juni, menandai kenaikan bulanan berturut-turut kedua.
Namun, pengiriman barang-barang tahan lama yang diproduksi pada Juli menarik kembali 1,1 persen menjadi USD254 miliar, menyusul kenaikan dua bulan berturut-turut sebelumnya, yang mengindikasikan investasi bisnis yang berkontraksi.
Equityworld Futures | Saham-saham di Amerika Serikat (AS) pekan ini ditutup merekah. Wall Street terus mengawasi perkembangan variabel hubungan perdagangan AS-Tiongkok, yang membuat investor naik turun dalam berinvestasi. Investor juga mencerna sejumlah data beragam yang menunjukkan kesehatan ekonomi AS.
Melansir Xinhua, Senin, 2 September 2019, dalam pekan yang berakhir 30 Agustus, indeks Dow Jones naik 2,99 persen, S&P 500 naik 2,76 persen, dan Nasdaq menguat 2,71 persen.
Minggu ini menandai sesi perdagangan yang secara umum positif untuk pasar dengan awal yang tinggi dan akhir yang hangat. Tiga indeks utama mencatat kenaikan stabil kecuali pada Selasa.
Pada Jumat, tiga indeks utama berakhir dengan keuntungan dan kerugian kecil, karena investor mencerna sejumlah data campuran pada aktivitas konsumen, di antaranya kepercayaan konsumen yang turun tajam.
IndeksDow Jones Industrial Average naik 41,03 poin atau 0,16 persen menjadi 26.403,28. Indeks S&P 500 meningkat 1,88 poin atau 0,06 persen menjadi 2.926,46. Indeks Komposit Nasdaq turun 10,51 poin atau 0,13 persen menjadi 7.962,88.
Pada Selasa, Wall Street sempat terguncang oleh gelombang ketakutan baru atas potensi resesi, karena yield Treasury AS yang lama tertunda mundur tajam pada siang hari. Spread antara yield Treasury 10-tahun dan yield 2-tahun menimbulkan kurva terbalik yang mengkhawatirkan, sehingga dianggap sebagai prekursor utama dari resesi masa depan. Hal ini memicu sentimen risk-off di antara investor global.
Sementara itu, yield Treasury tiga bulan tercatat hampir dua persen, lebih tinggi dari yield Treasury jangka panjang, termasuk yield obligasi 30-tahun yang diawasi ketat, yang sedikit melonjak di atas 1,95 persen pada sore hari.
Tren penurunan berlangsung selama Rabu pagi, karena semua hasil Treasury AS yang lama terus mundur, sementara tingkat Treasury tiga bulan jangka pendek terus meningkat. Yang lebih buruk, imbal hasil Treasury 30-tahun mencapai titik terendah di atas 1,9 persen pada satu titik selama sesi pagi.
Spread yang diawasi ketat antara imbal hasil dua tahun dan patokan hasil 10-tahun pernah melebar menjadi 6,2 basis poin, mencapai tingkat yang belum pernah terjadi sebelumnya sejak 2007, demikian menurut data statistik perusahaan jasa keuangan global Tradeweb.
Namun demikian saham sektor energi dan keuangan yang kuat menopang pasar pada Rabu, menghapus semua kerugian dan mengakhiri hari dengan keuntungan ringan.
Di sektor keuangan, saham Goldman Sachs dan JPMorgan Chase masing-masing naik hampir 1,2 persen dan satu persen, di antara para pemain kuat dalam 30 saham blue-chip di Dow Jones. Sedangkan di sektor energi, saham Chevron dan Exxon Mobil masing-masing naik hampir 0,9 persen dan lebih dari 0,7 persen.
Sektor energi dan keuangan juga memimpin kenaikan di 11 sektor utama S&P 500 dengan masing-masing naik 1,4 persen dan lebih dari 0,9 persen di sekitar penutupan pasar.
Sementara itu, Wall Street mencerna berbagai data campuran. Di sisi ekonomi, kepercayaan konsumen AS turun tajam pada Agustus, diperburuk oleh berlanjutnya kekhawatiran atas kenaikan tarif dan perang dagang.
Indeks sentimen konsumen Universitas Michigan turun menjadi 89,8 untuk Agustus, menandai penurunan bulanan terbesar sejak Desember 2012, kata universitas itu dalam survei bulanannya pada Jumat.
"Penurunan baru-baru ini karena referensi negatif untuk tarif, yang secara spontan disebutkan oleh satu-dalam-tiga konsumen. Data menunjukkan terjadi erosi kepercayaan konsumen karena kebijakan tarif yang sedang berlangsung,"kata Richard Curtin, kepala ekonom untuk survei ini.
Data Ekonomi AS
Pengeluaran konsumsi pribadi (PCE), ukuran utama dari pengeluaran rumah tangga AS, naik 0,6 persen menjadi USD93,1 miliar pada Juli, didorong oleh pengeluaran barang dan kendaraan rekreasi, serta listrik dan gas rumah tangga, lapor Biro Analisis Ekonomi.
Penghasilan pribadi meningkat 0,1 persen menjadi USD23,9 miliar pada bulan lalu, dan penghasilan pribadi pakai naik 0,3 persen menjadi USD44,4 miliar.
"Peningkatan pendapatan pribadi pada Juli terutama mencerminkan peningkatan kompensasi karyawan dan tunjangan sosial pemerintah kepada orang-orang yang sebagian diimbangi oleh penurunan pendapatan bunga pribadi," kata biro itu dalam sebuah laporan.
Penjualan rumah yang tertunda di AS menurun pada Juli, turun dari kenaikan dua bulan sebelumnya berturut-turut, kata National Association of Realtors (NAR) pada Kamis. Indeks Penjualan Rumah Tertunda, indikator berwawasan ke depan berdasarkan penandatanganan kontrak, turun 2,5 persen menjadi 105,6 bulan lalu.
"Ketidakpastian ekonomi tidak diragukan menahan beberapa permintaan potensial, tetapi yang sangat dibutuhkan adalah lebih banyak pasokan rumah dengan harga sedang," kata Lawrence Yun, kepala ekonom NAR, dalam sebuah pernyataan.
Klaim pengangguran awal AS meningkat menjadi 215 ribu pada minggu lalu, naik 4.000 dari tingkat revisi minggu sebelumnya, lapor Departemen Tenaga Kerja AS pada Kamis. Namun rata-rata pergerakan dalam empat minggu, dipandang sebagai metrik utama kondisi pasar tenaga kerja, turun menjadi 214.500, menurun 500 dari rata-rata revisi pekan sebelumnya.
Pertumbuhan PDB kuartal kedua AS direvisi ke tingkat tahunan sebesar dua persen, menurut perkiraan kedua yang dirilis oleh Biro Analisis Ekonomi pada Kamis. Tingkat pertumbuhan adalah 0,1 poin lebih rendah dari perkiraan sebelumnya yang dirilis pada Juli. GDP riil naik 3,1 persen di kuartal pertama.
"Revisi ini terutama mencerminkan revisi ke bawah untuk pengeluaran pemerintah negara bagian dan lokal, ekspor, investasi persediaan swasta, dan investasi perumahan yang sebagian diimbangi oleh revisi ke atas untuk pengeluaran konsumsi pribadi," tambah biro itu.
Indeks Kepercayaan Konsumen Conference Board jatuh ke 135,1, turun dari rebound Juli di 135,8, kata kelompok riset bisnis AS.
"Penilaian konsumen terhadap kondisi saat ini semakin meningkat. Harapan mendingin secara moderat, tetapi secara keseluruhan tetap kuat," kata Lynn Franco, Direktur Senior Indikator Ekonomi di The Conference Board, dalam sebuah pernyataannya.
Equityworld Futures
Sudah Seminggu Turun, Harga Emas Naik Lagi Nih! | Equityworld Futures
"Jika eskalasi dalam ketegangan perdagangan dan tarif berlanjut, itu berpotensi dapat meredam optimisme konsumen mengenai prospek ekonomi jangka pendek," kata Franco.
Biro Sensus AS mencatat pesanan baru untuk barang-barang tahan lama yang diproduksi pada Juli naik 2,1 persen menjadi USD250,4 miliar. Kenaikan ini terjadi setelah kenaikan 1,8 persen di Juni, menandai kenaikan bulanan berturut-turut kedua.
Namun, pengiriman barang-barang tahan lama yang diproduksi pada Juli menarik kembali 1,1 persen menjadi USD254 miliar, menyusul kenaikan dua bulan berturut-turut sebelumnya, yang mengindikasikan investasi bisnis yang berkontraksi.
Equityworld Futures | Awali Pekan, Harga Emas Antam Naik Rp 5.000
Equityworld Futures | Awali Pekan, Harga Emas Antam Naik Rp 5.000
Equityworld Futures | Mengawali pekan, harga emas batangan produksi PT Aneka Tambang (Persero) Tbk mengalami kenaikan. Sebelumnya pada pekan lalu logam mulia ini turun dalam tiga hari berturut-turut. Seperti dikutip dari situs Logam Mulia, Senin (2/1/2019), harga emas Antam berada di posisi Rp 768.000 per gram. Angka ini naik Rp 5.000 dibandingkan akhir pekan lalu yang berada pada Rp 763.000 per gram. Sementara itu, harga buyback atau harga yang didapat jika pemegang emas mau menjual emas batangan ke Antam adalah Rp 695.000 per gram, atau naik Rp 5.000 dibandingkan sebelumnya pada 690.000 per gram.
Equityworld Futures
Ayo Nabung Emas! Masih Bisa Naik, AS-China Belum Damai | Equityworld Futures
Sebagai informasi, harga emas Antam tersebut berlaku di kantor Antam Pulogadung, Jakarta. Sementara di gerai penjualan emas Antam lain bisa berbeda. Adapun sesuai dengan PMK No 34/PMK.10/2017 pembelian emas batangan dikenakan PPh 22 sebesar 0,9 persen. Jika ingin mendapatkan potongan pajak lebih rendah, yaitu sebesar 0,45 persen, sertakan nomor NPWP setiap kali transaksi. Setiap pembelian emas batangan akan disertai dengan bukti potong PPh 22. Berikut rincian harga emas Antam hari ini
0,5 gram: Rp 408.500
1 gram: Rp 768.000
2 gram: Rp 1.485.000
3 gram: Rp 2.206.000
5 gram: Rp 3.660.000
10 gram: Rp 7.225.000
25 gram: Rp 18.985.000
50 gram: Rp 35.985.000
100 gram: Rp 71.900.000
Equityworld Futures | Mengawali pekan, harga emas batangan produksi PT Aneka Tambang (Persero) Tbk mengalami kenaikan. Sebelumnya pada pekan lalu logam mulia ini turun dalam tiga hari berturut-turut. Seperti dikutip dari situs Logam Mulia, Senin (2/1/2019), harga emas Antam berada di posisi Rp 768.000 per gram. Angka ini naik Rp 5.000 dibandingkan akhir pekan lalu yang berada pada Rp 763.000 per gram. Sementara itu, harga buyback atau harga yang didapat jika pemegang emas mau menjual emas batangan ke Antam adalah Rp 695.000 per gram, atau naik Rp 5.000 dibandingkan sebelumnya pada 690.000 per gram.
Equityworld Futures
Ayo Nabung Emas! Masih Bisa Naik, AS-China Belum Damai | Equityworld Futures
Sebagai informasi, harga emas Antam tersebut berlaku di kantor Antam Pulogadung, Jakarta. Sementara di gerai penjualan emas Antam lain bisa berbeda. Adapun sesuai dengan PMK No 34/PMK.10/2017 pembelian emas batangan dikenakan PPh 22 sebesar 0,9 persen. Jika ingin mendapatkan potongan pajak lebih rendah, yaitu sebesar 0,45 persen, sertakan nomor NPWP setiap kali transaksi. Setiap pembelian emas batangan akan disertai dengan bukti potong PPh 22. Berikut rincian harga emas Antam hari ini
0,5 gram: Rp 408.500
1 gram: Rp 768.000
2 gram: Rp 1.485.000
3 gram: Rp 2.206.000
5 gram: Rp 3.660.000
10 gram: Rp 7.225.000
25 gram: Rp 18.985.000
50 gram: Rp 35.985.000
100 gram: Rp 71.900.000
Langganan:
Postingan (Atom)