Equityworld Futures | Harga Emas Diramal Tembus US$3.000 Tahun Depan, Yakin Nih?
Equityworld Futures | Harga emas melandai tetapi tetap berada di dekat puncak tertingginya sepanjang masa. Sang logam mulia melemah sejalan dengan menggeliatnya dolar Amerika Serikat (AS).
Equityworld Futures | Rekor! Harga Emas Dunia Sentuh Harga Tertinggi Sepanjang Masa
Berdasarkan data Refinitiv, pada hari ini, Selasa (27/8/2024) pukul 19.01 WIB, harga emas tercatat di posisi US$ 2.510,89 per troy ons, turun 0,24% dari penutupan sebelumnya di US$ 2.516,89 per troy ons.
Harga emas sempat mencatatkan rekor baru pada 22 Agustus 2024 di US$ 2.483,29 per troy ons, dan terus meningkat hingga mencapai puncak tertinggi di US$ 2.516,885 pada Senin (26/8/2024). Meskipun terjadi penurunan hari ini, tren jangka panjang tetap mengindikasikan kekuatan dalam harga emas.
Harga emas melemah hari ini sejalan dengan menguatnya dolar dan imbal hasil US Treasury. Indeks dolar menguat ke 100,806 pada Selasa sore atau posisi tertinggi dalam tiga hari. Sementara itu, imbal hasil US treasury tenor 10 tahun menanjak ke 3,85% atau tertinggi dalam tiga hari.
Penguatan dolar membuat emas makin mahal karena konversi pembelian menggunakan dolar sehingga mengurangi minat beli. Emas juga tidak menawarkan imbal hasil sehingga kenaikan imbal hasil US Treasury membuat emas kurang menarik.
Penurunan ini dipandang sebagai koreksi sementara, dengan ekspektasi bahwa faktor-faktor makro ekonomi seperti kebijakan moneter The Federal Reserve (The Fed) dan pelemahan inflasi akan terus mendukung harga emas dalam jangka menengah hingga panjang.
Analis bahkan berani memprediksi harga logam mulia bisa mencapai US$ 3.000 per troy ons tahun depan, seiring semakin dekatnya pertemuan The Fed.
Dilansir dari CNBC International, Sabrin Chowdhury Kepala Analisis Komoditas di BMI mengungkapkan bahwa 2024 adalah tahun di mana emas diperkirakan mencapai beberapa rekor tertinggi, mengutip daya tarik emas sebagai aset safe haven.
"Emas berkembang di tengah ketidakpastian... dan ketidakpastian saat ini berada di puncaknya," ujar Sabrin dengan merujuk pada tahun pemilihan umum, insiden terbaru di Ukraina, dan meningkatnya ketegangan di Timur Tengah.
Israel dan Iran tampaknya berada di ambang konflik langsung setelah Iran bersumpah untuk membalas dendam atas pembunuhan pemimpin politik Hamas, Ismail Haniyeh, di Teheran awal bulan ini. Israel telah menempatkan militernya dalam siaga tinggi, dan AS mengirimkan kapal induk serta kapal selam rudal untuk mendukung pertahanan sekutunya di kawasan tersebut.
Faktor lain yang mendorong harga emas adalah meningkatnya kemungkinan pemotongan suku bunga oleh The Fed pada September. Pertemuan The Fed pada Juli lalu memperkuat keyakinan investor bahwa pemotongan suku bunga bulan depan "ada dalam agenda".
"Begitu The Fed mulai memangkas suku bunga, kemungkinan bulan depan, emas bisa mencapai US$ 2.700 per ons," kata analis BMI. Analis lain juga memiliki pandangan optimis yang serupa.
Suku bunga yang lebih rendah mengurangi biaya peluang untuk membeli emas, menjadikannya lebih menarik dibandingkan aset berbunga seperti Treasury, yang bersaing dengan emas sebagai penawaran safe haven.
Suku bunga yang lebih rendah juga memberikan tekanan pada dolar, membuat emas yang dihargai dalam mata uang dolar lebih menarik bagi pemegang mata uang lainnya.
Analis Citi mengatakan sentimen investor emas tampaknya akan naik dalam jangka waktu tiga hingga enam bulan. Bank tersebut menambahkan bahwa mereka melihat potensi harga terbang ke US$ 3.000 per troy ons pada pertengahan 2025, dan proyeksi harga rata-rata kuartal keempat sebesar US$ 2.550 per troy ons.