Senin, 17 Februari 2020

Equity World | Awas! Virus Corona Bangkitkan Lagi "Hantu" Resesi

Equity World | Awas! Virus Corona Bangkitkan Lagi "Hantu" Resesi

Equity World | Pasar finansial dalam negeri bergerak bervariasi pada pekan lalu, rupiah stagnan di Rp 13.670/US$, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) anjlok 2,21% ke Rp 5.866,945 di saat mayoritas bursa saham utama Asia mencetak penguatan. Dari pasar obligasi, yield harga surat utang negara (SUN) tenor 10 tahun

Di awal pekan lalu Bank Indonesia (BI) melaporkan data Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) yang cukup bagus. tetapi sayangnya belum mampu membuat pasar bergairah.

Pada kuartal IV-2019, NPI membukukan surplus sebesar US$ 4,28 miliar. Jauh membaik dibandingkan kuartal sebelumnya yang defisit US$ 46 juta. Ini membuat NPI untuk keseluruhan 2019 menjadi surplus US$ 4,68 miliar. Juga jauh membaik ketimbang 2018 yang negatif US$ 7,13 miliar.

Dari sisi ekspor-impor barang dan jasa atau transaksi berjalan (current account), masih ada defisit sebesar US$ 8,12 miliar atau 2,84% dari Produk Domestik Bruto (PDB) pada kuartal IV-2019. Sementara untuk keseluruhan 2019, transaksi berjalan membukukan defisit US$ 30,41 miliar (2,72% PDB).

Transaksi berjalan 2019 memang masih defisit, tetapi membaik ketimbang 2018 yang minus US$ 30,63 miliar (2,94% PDB).

Defisit transaksi berjalan tersebut mampu ditutup oleh transaksi modal dan finansial. Pada kuartal IV-2019, transaksi modal dan finansial surplus US$ 12,4 miliar, lebih tinggi ketimbang kuartal sebelumnya yaitu US$ 7,4 miliar. Sepanjang 2019, transaksi modal dan finansial mencatat surplus US$ 36,3 miliar, naik dibandingkan 2018 yakni US$ 25,2 miliar.

Data yang cukup bagus tersebut belum mampu mendongkrak kinerja pasar finansial dalam negeri yang masih terpengaruh kuat oleh penyebaran virus corona atau yang disebut Covid-19. Pada Rabu (12/2/2020) pasar sempat dibuat ceria oleh harapan akan segera berakhirnya wabah corona.

Penasihat medis terkemuka di China mengatakan penyebaran COVID-19 akan mencapai puncaknya di bulan ini. Itu artinya dalam beberapa bulan ke depan, wabah virus yang berasal dari kota Wuhan China tersebut akan berakhir.

Hal tersebut diperkuat oleh Zhong Nanshan, epidemiolog China yang berhasil 'mengusir' SARS pada 2002-2003, memperkirakan penyebaran virus Corona akan selesai dalam sekitar dua bulan mendatang.

"Saya berharap kejadian ini bisa selesai sekitar April," ujar Zhong, sebagaimana diwartakan Reuters Rabu (12/2/2020).

Tetapi nyatanya sehari setelahnya jumlah korban corona justru melonjak Signifikan. Berdasarkan data dari satelit pemetaan ArcGis, di hari Kamis total korban meninggal akibat virus corona sebanyak 1.367 orang. Dari total tersebut, sebanyak dua orang yang meninggal di luar China. Corona kini telah menjangkiti lebih dari 60.000 orang di seluruh dunia.

Angka tersebut naik signifikan dibandingkan laporan kemarin dimana sebanyak 1.115 orang, dan menjangkiti sekitar 45.000 orang di seluruh dunia.



Equity World


Harga Emas Menguji Level USD 1.600 per Ounce | Equity World



Lonjakan tersebut terjadi setelah pemerintah China mulai menggunakan "diagnosa secara klinis" sehingga terjadi penambahan jumlah korban yang terjangkit lebih dari 13.000 orang.

Sejak saat itu, jumlah korban terus bertambah signifikan, hingga hari Minggu kemarin jumlah korban meninggal dilaporkan sebanyak 1.670 orang berdasarkan data satelit pemetaan ArcGis dari John Hopkins CSSE. Dari total korban meninggal tersebut, masing-masing 1 orang meninggal di Filipina, Jepang, dan Hong Kong, terbaru masing-masing 1 orang meninggal di Prancis dan Taiwan, sisanya di China. Selain itu, COVID-19 kini sudah menjangkiti nyaris 70.000 orang.

Dampaknya, harapan akan segera berakhirnya wabah COVID-19 kini meredup, pelaku pasar justru dicemaskan akan melambatnya ekonomi China dan berdampak ke global. Maklum saja, China merupakan negara dengan nilai ekonomi terbesar kedua di dunia setelah AS.

Ketika ekonomi China melambat maka negara-negara lain juga akan terseret, termasuk Indonesia.

Masih belum jelas seberapa besar ekonomi China akan tertekan akibat wabah tersebut, hasil riset S&P memprediksi produk domestic bruto (PDB) Negeri Tiongkok akan terpangkas hingga 1,2%.

Kemudian, Reuters melakukan jajak pendapat terhadap 40 ekonom yang hasilnya pertumbuhan ekonomi China kuartal I-2019 diperkirakan sebesar 4,5%. Jauh melambat dibandingkan kuartal sebelumnya yaitu 6%. Untuk pertumbuhan ekonomi sepanjang 2020, proyeksinya adalah 5,5%. Juga jauh melambat dibandingkan realisasi 2019 yang sebesar 6,1%.

Sementara itu Bank Dunia mengatakan pelambatan ekonomi China sebesar 1% dapat membuat ekonomi Indonesia melambat 0,3%. Itu artinya, perekonomian Indonesia bisa melambat lebih dari 0,3% di kuartal I-2020, dampaknya pasar finansial dalam negeri mendapat tekanan.