Equity World | Jangan Senang Dulu Harga Emas Naik, Masa Depannya Masih Suram
Equity World | Emas diproyeksi akan memasuki masa yang berat pekan ini setelah inflasi Amerika Serikat (AS) tidak melandai sesuai harapan pasar. Harga emas pada Senin pagi ini memang menanjak. Namun, kenaikannya tergolong tipis dan diperkirakan akan melandai ke depan.
Pada perdagangan Senin (17/10/2022) pukul 05:50 WIB, harga emas dunia di pasar spot berada di US$ 1.644,02 per troy ons. Harga emas menguat 0,14%.
Penguatan ini berbanding terbalik dengan dua hari perdagangan sebelumnya di mana emas secara keseluruhan ambles 1,8%. Pada perdagangan Jumat (14/10/2022), emas melandai 1,44% ke US$ 1.641,76 per troy ons. Harga tersebut adalah yang terendah sejak 27 September.
Dalam sepekan, harga emas sudah ambles 1,4% secara point to point. Dalam sebulan, harga emas menyusut 1,8% sementara dalam setahun anjlok 6,8%.
Pelemahan emas (akhir pekan lalu) bergerak sesuai dengan historisnya," tutur analis OANDA Craig Erlam, seperti dikutip dari Reuters.
Seperti diketahui, inflasi AS mencapai ke 8,2% (year on year/yoy) pada September. Laju inflasi memang lebih rendah dibandingkan pada Agustus yang tercatat 8,3% (yoy) tetapi masih di atas ekspektasi pasar yakni 8,1% (yoy).
Secara bulanan (month to month/mtm), inflasi tercatat 0,4% pada September atau meningkat dibandingkan pada Agustus yang tercatat 0,1%. Inflasi (mtm) masih dua kali lebih tinggi dibandingkan ekspektasi pasar yakni 0,2%.
Inflasi inti menyentuh 6,6 % (yoy) pada September, level tertingginya sejak 1982 atau 40 tahun terakhir.
Merujuk data Refinitiv, emas hampir selalu tumbang begitu data inflasi Amerika Serikat (AS) keluar. Inflasi AS yang melonjak sejak Maret tahun ini menjadi pertimbangan utama bank sentral AS The Federal Reserve (The Fed).
Inflasi AS melambung ke kisaran 8-9% (year on year/yoy) pada Maret-September, level tertingginya dalam 40 tahun terakhir.
Saat inflasi AS memanas, The Fed pun langsung mengetatkan kebijakan dengan menaikkan suku bunga acuan. Pengetatan kebijakan ini berdampak buruk ke emas dalam dua jalur, yakni penguatan dolar AS dan kenaikan yield surat utang pemerintah AS.
Penguatan dolar AS membuat harga emas semakin mahal sehingga emas menjadi tidak menarik. Emas juga tidak menawarkan imbal hasil sehingga meningkatnya yield surat utang pemerintah AS membuat emas tidak menarik.
"Emas butuh pembalikan yang luar biasa dari yield dan dolar AS untuk menguat ke depan. Jika keduanya tidak terjadi, harga emas sulit pulih," tutur Ole Hansen dari Saxo Bank, dikutip dari Reuters.
Akhir pekan lalu, yield surat utang pemerintah AS terbang ke 4%, posisi tertingginya dalam 12 tahun lebih.
Sementara itu, indeks dolar AS sempat menguat pada penutupan perdagangan pekan lalu ke 113,31 tetapi sedikit melandai pada Senin pagi hari ini ke 113,13.
Senin, 17 Oktober 2022
Equity World | Jangan Senang Dulu Harga Emas Naik, Masa Depannya Masih Suram
Jumat, 14 Oktober 2022
Equity World | Inflasi AS Masih Panas, Harga Emas Ikut Lemas
Equity World | Inflasi AS Masih Panas, Harga Emas Ikut Lemas
Equity World | Masih panasnya inflasi Amerika Serikat (AS) langsung berimbas ke harga emas. Pada perdagangan Jumat (14/10/2022) pukul 07:10 WIB, harga emas dunia di pasar spot berada di US$ 1.664,19 per troy ons. Harga emas melemah 0,1%.
Pelemahan emas memperpanjang tren negatif yang sudah berlangsung sejak kemarin. Pada perdagangan kemarin, Kamis (13/10/2022), harga emas melemah 0,4% ke posisi US$ 1.665,79 per troy ons. Padahal, emas sempat menguat 0,43% pada perdagangan Rabu pekan ini.
Dalam sepekan, harga emas sudah ambles 1,8% secara point to point. Dalam sebulan, harga emas menyusut 1,9% sementara dalam setahun anjlok 7,3%.
David Meger, direktur perdagangan logam High Ridge Futures, menjelaskan emas melemah karena masih tingginya inflasi AS. Biro Statistik Tenaga Kerja AS melaporkan inflasi AS mencapai ke 8,2% (year on year/yoy) pada September.
Laju inflasi memang lebih rendah dibandingkan pada Agustus yang tercatat 8,3% (yoy) tetapi masih di atas ekspektasi pasar yakni 8,1% (yoy). Secara bulanan (month to month/mtm), inflasi tercatat 0,4% pada September atau meningkat dibandingkan pada Agustus yang tercatat 0,1%. Inflasi inti menyentuh 6,6 % (yoy) pada September, level tertingginya sejak 1982 atau 40 tahun terakhir.
Inflasi yang masih tinggi menghapus harapan pelaku pasar jika bank sentral AS The Federal Reserve (The Fed) akan segera melonggarkan kebijakan. Dengan inflasi tinggi, The Fed bahkan diperkirakan akan menaikkan suku bunga acuan secara signifikan pada November dan Desember mendatang.
"Sebelumnya ada optimis menjelang pengumuman inflasi. Namun, apa yang terjadi di luar harapan. Ini jelas tidak baik bagi emas," tutur Meger, kepada Reuters.
Kenaikan suku bunga acuan The Fed akan melambungkan dolar AS dan yield surat utang pemerintah AS. Dua faktor ini sama-sama berdampak negatif ke emas.
Penguatan dolar AS membuat emas semakin mahal sehingga tidak menarik. Emas juga tidak menawarkan imbal hasil sehingga kenaikan yield obligasi pemerintah AS membuat emas tidak menarik.
Indeks dolar menguat ke 112,55 pada pagi hari ini, dari posisi penutupan kemarin yang tercatat 112,36. Sementara itu, yield surat utang pemerintah AS nyaris menembus 4%, rekor tertingginya dalam 12 tahun.
Analis Kitco Metals Jim Wyckoff mengingatkan emas masih rawan pelemahan karena The Fed hampir pasti menaikkan suku bunga secara agresif pada 1-2 November mendatang.
"Data inflasi menegaskan jika The Fed memang benar mengenai keyakinan mereka jika inflasi masih belum terkendali," tutur Wyckoff, seperti dikutip dari Reuters.
Kamis, 13 Oktober 2022
Equity World | Harga Emas Menguat Tipis, Investor Menunggu Data Inflasi AS Nanti Malam
Equity World | Harga Emas Menguat Tipis, Investor Menunggu Data Inflasi AS Nanti Malam
Equity World | Harga emas menguat pada hari Kamis, melanjutkan kenaikan harga kemarin. Kenaikan harga emas didukung oleh penurunan dolar dan imbal hasil US Treasury setelah risalah dari pertemuan kebijakan terakhir Federal Reserve.
Kamis (13/10) pukul 6.56 WIB, harga emas spot naik tipis 0,09% ke US$ 1.674,72 per ons troi. Sedangkan harga emas kontrak Desember 2022 di Commodity Exchange menguat 0,21% ke US$ 1.681,10 per ons troi.
Para pejabat The Fed sepakat bahwa mereka perlu sikap kebijakan yang lebih ketat dan kemudian mempertahankannya untuk beberapa waktu. Langkah agresif ini untuk memenuhi tujuan bank sentral Amerika Serikat (AS) menurunkan inflasi. Hal ini tampak pada risalah rapat The Fed bulan September yang dirilis hari Rabu.
Meski demikian, beberapa peserta diskusi mengatakan penting untuk mengkalibrasi langkah pengetatan kebijakan lebih lanjut dengan tujuan mengurangi risiko dampak negatif yang signifikan terhadap prospek ekonomi.
"Pasar menangkap tanda-tanda dovish dan melihat kata kalibrasi, maka dolar AS turun dan emas melonjak," kata Tai Wong, pedagang senior di Heraeus Precious Metals di New York kepada Reuters. Dia menambahkan bahwa risalah rapat masih dinilai hawkish.
Nilai tukar dolar AS melemah menyebabkan emas lebih murah bagi pembeli dalam mata uang lain. Sementara imbal hasil Treasury AS acuan tenor 10-tahun juga menurun. Suku bunga yang lebih tinggi meningkatkan biaya peluang untuk memegang emas batangan yang tidak memberikan imbal hasil.
Kini, investor menunggu data indeks harga konsumen AS yang akan dirilis pada hari Kamis nanti malam. Pasar meramalkan bahwa inflasi konsumen akan tetap tinggi untuk bulan September.
"Emas dan perak tampaknya akan diuntungkan dari perputaran dolar dan imbal hasil akhirnya, oleh karena itu fokus lanjutan pada inflasi dan data ekonomi sebagai tanda pelemahan untuk mendukung pergeseran sikap hawkish yang ditandai oleh Federal Reserve," ujar Ole Hansen, kepala strategi komoditas di bank Saxo dalam sebuah catatan.
Senin, 10 Oktober 2022
Equity World | Menerawang Harga Emas Minggu Ini, Naik atau Turun Lagi?
Equity World | Menerawang Harga Emas Minggu Ini, Naik atau Turun Lagi?
Equity World | Analis logam mulia telah memperingatkan investor selama beberapa minggu ini bahwa tren harga emas turun tajam sepanjang musim panas mendorong emas dan perak ke wilayah oversold.
Dikutip dari Kitco.com, Senin (10/10/2022), sentimen bearish di pasar berada pada level tertinggi dalam beberapa tahun, dan kedua logam mulia itu siap untuk diperas.
Perkiraan tersebut terbukti benar, dengan perak melihat, pada puncaknya, kenaikan 12 persen minggu ini, karena harga didorong di atas USD 21 per ounce. Sementara itu, pasar emas mengalami reli 4 persen karena harga melaju di atas USD 1.730 per ounce.
Namun, menjelang akhir pekan, momentum mulai berkurang karena emas mengakhiri minggu menguji support di USD 1.700 per ounce dan perak mencoba bertahan di USD 20.
Sementara reli minggu lalu telah menjadi langkah yang disambut baik bagi sebagian orang, analis mencatat bahwa pasar masih kekurangan unsur penting: investor bullish.
Pada akhirnya, pasar emas dan perak tidak memiliki keyakinan bullish yang kuat untuk melihat reli berkelanjutan untuk saat ini. Banyak investor terus duduk di sela-sela karena Federal Reserve dan dolar AS mendominasi pasar keuangan.
Terlepas dari ancaman yang berkembang dari resesi global yang parah, Federal Reserve terus secara agresif menaikkan suku bunga, yang mendukung dolar AS pada level tertinggi dalam 20 tahun. Pada saat yang sama, imbal hasil obligasi mendekati level tertinggi 12 tahun. Ini bukan lingkungan yang positif untuk emas.
Hambatan untuk emas ini diperkirakan tidak akan mereda dalam waktu dekat. Bahkan beberapa kelas berat pasar mulai merangkul gagasan dolar AS yang kuat.
Ray Dalio menjadi berita utama minggu ini, mengumumkan di Twitter bahwa dia tidak lagi menganggap uang tunai adalah sampah, posisi yang telah dia pegang selama beberapa tahun.
"Fakta telah berubah dan saya berubah pikiran tentang uang tunai sebagai aset: Saya tidak lagi berpikir uang tunai adalah sampah," tulis Dalio. Hari berikutnya Dalio mengumumkan bahwa dia akan mengundurkan diri sebagai co-CIO Bridgewater
Bulan lalu, Dalio mengatakan bahwa dia mengharapkan Federal Reserve untuk mendorong suku bunga menjadi 4,5%, yang akan menyebabkan S&P 500 turun 20 persen lagi. Dalam lingkungan saat ini, dolar AS dipandang sebagai aset teraman saat ini.
Kenyataannya adalah emas terus menghadapi lingkungan yang sulit dan volatilitas yang kita lihat minggu ini dapat membuat banyak investor frustrasi; namun, satu pesan berulang yang terus kami dengar dari analis pasar adalah bahwa investor perlu melihat melewati volatilitas ini dan tetap memperhatikan gambaran yang lebih besar.
Federal Reserve mempertahankan tindakan kebijakan moneter agresifnya dalam ruang hampa. Mereka berfokus pada pasar tenaga kerja domestik dan mengabaikan dampak dolar AS terhadap ekonomi global.
Sementara ekonomi AS tetap relatif tangguh, pasar global berada pada titik puncaknya. Senin, Perserikatan Bangsa-Bangsa bahkan melangkah ke dalam perdebatan dan memperingatkan bahwa kenaikan suku bunga bank sentral akan mendorong ekonomi global, terutama negara-negara berkembang, ke dalam resesi.
Dalam proyeksi ekonomi terbarunya, Konferensi Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang Perdagangan dan Pembangunan menurunkan perkiraan pertumbuhan ekonominya dengan melihat PDB global meningkat 2,5 persen tahun ini, turun dari perkiraan sebelumnya sebesar 2,6 persen. Pada saat yang sama, pertumbuhan global diperkirakan melambat menjadi 2,2 persen pada 2023.
Saran yang saya dengar dari analis pasar adalah bahwa meskipun pemerasan pendek ini gagal, harga saat ini masih mewakili nilai jangka panjang.