Selasa, 21 Juni 2022

Equity World | Waduh! Harga Emas Melemah Terbebani Penguatan Dolar

Equity World | Waduh! Harga Emas Melemah Terbebani Penguatan Dolar

Equity World | Harga emas memperpanjang pelemahan pada Senin (20/6/2022) karena penguatan dolar membebani permintaan emas.

Harga emas di pasar spot turun 0,2% pada US$ 1.836,67 per ons, dan harga emas berjangka AS cenderung flat (datar) pada US$ 1.840.00.

Indeks dolar menguat di dekat level tertinggi dalam 2 dekade, membuat emas batangan kurang menarik bagi pembeli luar AS.

"Ini adalah hari libur umum di AS, yang berarti likuiditas dan volatilitas kemungkinan lebih rendah, sehingga membuat pergerakan harga emas menjadi sulit tanpa katalis baru," kata analis pasar City Index, Matt Simpson.

Kantor pemerintah federal, Federal Reserve System, bursa pasar saham dan obligasi di Amerika Serikat (AS) ditutup pada Senin karena libur Juneteenth.

Sementara bursa saham Asia tidak dapat mempertahankan reli di tengah kekhawatiran Federal Reserve AS (the Fed) minggu ini akan menggarisbawahi komitmennya memerangi inflasi dengan kenaikan suku bunga.

“Emas berada dalam kisaran fluktuatif sejak 19 Mei antara US$ 1.805 dan US$ 1.880,” kata Simpson.

Emas ditutup melemah pada minggu sebelumnya karena penguatan dolar dan kenaikan suku bunga bank sentral utama sehingga mengurangi daya tarik emas, yang tidak menghasilkan bunga.

Sementara harga perak di pasar spot turun 0,7% menjadi US$ 21,49 per ons dan platinum melemah 0,8% menjadi US$ 934,34. Sementara paladium naik 0,8% menjadi US$ 1.830,81.

Senin, 20 Juni 2022

Equity World | IHSG Rebound Terbatas, Saham Pilihan BUKA dan INDF Disarankan Buy

Equity World | IHSG Rebound Terbatas, Saham Pilihan BUKA dan INDF Disarankan Buy

Equity World | BNI Sekuritas memprediksi IHSG berpotensi rebound terbatas pada perdagangan Senin (20/6/2022). saham pilihan BUKA dan INDF disarankan buy pada perdagangan hari ini.

Head of Technical Analyst Research BNI Sekuritas, Andri Zakaria Siregar mengatakan, secara teknikal indeks terlihat berpeluang rebound terbatas dan masih rawah distribusi, dari candle two dan closed di atas 6.924.

“Indeks juga terlihat trend bullish, selama di atas 6.932, berpeluang menuju 7.051-7.160 (high kemarin di 7.138). IHSG closing di bawah 5 day MA (7.007). Indikator MACD netral, Stochastic oversold. Selama di atas 6.930, berpeluang menuju (sebelumnya target 6.888 - 7.209 gap tercapai) next 7.160/7.257. Range breakout berada di 6.882 - 7.000,” jelas Andri dalam risetnya, Senin (20/6/2022).

Adapun level resistance pada perdagangan hari ini berada di level 6.968/6.999/7.086/7.117. Sementara level support berada di 6.924/6.866/6.822/6.738 dengan perkiraan range 6.870 - 7.000.

Research Analyst BNI Sekuritas Maxi Leisyaputra menyampaikan, pada Jumat lalu Indeks Dow Jones Industrial Average ditutup melemah 0,13%, sementara di sisi lain S&P 500 menguat 0,22%, bahkan indeks Nasdaq berbalik arah dengan mencatat penguatan yang signifikan sebesar 1,43%.

“Indeks bergerak fluktuatif akibat kekhawatiran investor terhadap potensi perlambatan ekonomi. Sebagian besar bursa regional Asia Pasifik pada Jumat lalu juga terkoreksi signifikan mengikuti perkembangan bursa AS pada malam sebelumnya akibat kebijakan moneter AS dikhawatirkan akan mengarah ke resesi,” jelas Maxi.

Dengan kondisi tersebut, investor dapat mencermati saham PT Adaro Energy Indonesia Tbk (ADRO) dengan rekomendasi speculative buy pada target 3.080/3.150 dan stop loss di bawah 2.660.

Kemudian saham PT Bukalapak.com Tbk (BUKA) dengan rekomendasi buy pada harga 280-284 target 304/332, stop loss di bawah 266.

Investor juga dapat mencermati saham PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF) dengan rekomendasi buy 6.725-6.750, target 6.950/7.000, stop loss di bawah 6.500/6.475. Sementara saham PT Mitra Adiperkasa Tbk (MAPI) direkomendasikan speculative buy pada target 920/940 dan stop loss di bawah 815.

Jumat, 17 Juni 2022

Equity World | Bursa Asia Memerah, Nikkei 225 Jepang Jatuh Lebih 2% di Tengah Kekhawatiran Resesi

Equity World | Bursa Asia Memerah, Nikkei 225 Jepang Jatuh Lebih 2% di Tengah Kekhawatiran Resesi

Equity World | Bursa saham Asia memerah pada perdagangan Jumat (17/6) pagi, menyusul penurunan tajam Wall Street. Investor mempertimbangkan kemungkinan pengetatan kebijakan moneter agresif yang mengarah ke resesi.

Indeks Nikkei 225 Jepang turun 2,64% pada awal perdagangan dan indeks Topix turun 2,59%. Sementara, Kospi Korea Selatan turun 2,02%.

Di Australia, indeks S&P/ASX 200 tergelincir 1,12%.

Indeks MSCIAsia Pasifik di luar Jepang diperdagangkan turun 0,23%.

Asal tahu, Wall Street turun tajam semalam, S&P 500 terkoreksi 3,25% menjadi 3.666,77. Dow Jones Industrial Average turun 741,46 poin atau 2,42% menjadi 29.927.07. Nasdaq Composite tertinggal jatuh 4,08% menjadi 10.646,10.

Kini, pasar menanti pengumuman dari bank sentral Jepang (BoJ) yang dijadwalkan merilis kebijakan moneternya pada pukul 11:00 HK/SIN hari ini.

“Kami tidak mengharapkan BoJ untuk membuang target imbal hasil 0,0% +/‑25bp pada obligasi pemerintah Jepang sepuluh tahun. Dorongan inflasi yang mendasari Jepang lemah di sekitar 1% per tahun,” kata Joseph Capurso, kepala ekonom internasional di Commonwealth Bank of Australia, menulis dalam catatan dilansir dari CNBC.

"Jika BoJ mempertahankan kebijakan moneter tidak berubah, JPY dan tingkat swap Jepang dan imbal hasil pada JGB berjangka kemungkinan akan terkoreksi lebih rendah secara tajam," kata Capurso.

Menjelang keputusan itu, yen Jepang diperdagangkan pada 132,32 per dolar, lebih kuat dibandingkan dengan level di atas 134 yang terlihat terhadap greenback awal pekan ini.

Keputusan BoJ datang di belakang pengetatan kebijakan moneter oleh bank sentral global awal pekan ini, dengan Federal Reserve AS, Bank of England, dan Swiss National Bank semua mengumumkan kenaikan suku bunga.

Di tempat lain, indeks dolar AS, yang melacak greenback terhadap sekeranjang rekan-rekannya, berada di 103,858 setelah penurunan baru-baru ini dari level di atas 105.

Dolar Australia berpindah tangan pada $0,7041 setelah memantul baru-baru ini dari level di bawah US$0,702.

Harga minyak lebih rendah di pagi hari jam perdagangan Asia, dengan harga minyak mentah Brent turun 0,84% menjadi US$ 118,80 per barel. Harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) tergelincir 0,82% menjadi US$116,63 per barel.

Kamis, 16 Juni 2022

Equity World | Angin Segar dari Wall Street, IHSG Bisa Rebound?

Equity World | Angin Segar dari Wall Street, IHSG Bisa Rebound?

Equity World | Pasar keuangan Indonesia ditutup cenderung beragam pada perdagangan Rabu (15/6), di mana investor masih wait and see jelang rilis keputusan suku bunga acuan oleh bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed).

Pada Rabu (15/6), Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kembali ambles 0,61% ke posisi 7.007,05, IHSG sempat mencicipi zona hijau di awal perdagangan. Namun, hanya sebentar sebelum akhirnya bergerak melemah kembali.

Nilai perdagangan tercatat naik Rp 16,5 triliun dengan melibatkan lebih dari 30 miliar saham ketimbang pada perdagangan Selasa (14/6) yang hanya senilai Rp 15,637 triliun dengan melibatkan 25,143 miliar saham.

Sementara itu, Investor asing tercatat melakukan penjualan bersih (net sell) jumbo senilai Rp 685 miliar di pasar reguler. Meski begitu, nilai net sell tersebut masih lebih rendah jika dibandingkan dengan perdagangan pada hari sebelumnya di Rp 743 miliar.

Saham yang paling banyak dilepas adalah PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA) dan PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk. (TLKM) dengan nilai penjualan bersih masing-masing sebesar Rp 231 miliar dan Rp 179 miliar.

IHSG, bukan satu-satunya indeks yang terkoreksi kemarin. Mayoritas bursa Asia-Pasifik juga ditutup melemah, di mana indeks KOSPI Korea Selatan ditutup ambles 1,83% ke 2.447,38, ASX 200 ambrol 1,27% ke 6.601, dan Nikkei tergelincir 1,14% ke posisi 26.326,16. Disusul oleh indeks Straits Times Singapura ditutup turun 0,1% ke 3.105,85.

Selain itu, rupiah lagi-lagi terkoreksi di hadapan dolar Amerika Serikat (AS). Padahal, rupiah sempat menguat di awal sesi perdagangan kemarin, sebelum akhirnya berbalik arah hingga berakhir melemah 0,31% ke Rp 14.740/US$ dan menjadi yang terlemah sejak 5 Oktober 2020.

Pelemahan rupiah telah berlangsung selama tiga hari beruntun dan telah mencatatkan koreksi sebanyak 1,3%.

Di pasar obligasi, harga obligasi pemerintah atau Surat Berharga Negara (SBN) ditutup beragam kemarin, di mana SBN tenor 1,10,15 dan 25 tahun cenderung dilepas oleh investor dan ditandai dengan naiknya imbal hasil (yield) dan harganya yang melemah.

Sebaliknya, di SBN tenor 3, 5, 20, dan 30 tahun ramai diburu oleh investor, ditandai dengan turunnya yield dan harganya yang menguat.

Dari dalam negeri, beberapa kabar baik terjadi pada perdagangan kemarin.

Salah satunya, Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan bahwa neraca perdagangan Indonesia masih surplus US$ 2,9 miliar. Dengan begitu, neraca perdagangan RI telah berlangsung selama 25 bulan beruntun.

Namun, jika dibandingkan dengan neraca dagang per April, surplus tersebut masih lebih rendah dari US$ 7,56 miliar dan juga jauh dari konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia dari 13 lembaga yang mengharapkan surplus per Mei mencapai US$ 3,57 miliar.

Tidak hanya itu, Presiden Joko Widodo (Jokowi) resmi telah melakukan perombakan (reshuffle) kabinet dengan melantik dua orang Menteri dan tiga wakil Menteri.

Target Jokowi dengan sosok baru di kabinet adalah menghindarkan Indonesia dari krisis pangan dan energi yang mengancam. Kehadiran politisi diharapkan juga memberikan dampak positif terhadap stabilitas politik.

Hal tersebut, nyatanya belum mampu mendongkrak performa IHSG dan rupiah. Pasar merespon netral terhadap kebijakan pemerintah. Sentimen pasar lebih didominasi oleh kabar dari eksternal menjelang keputusan suku bunga acuan oleh bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed)