PT Equityworld | Mana Tahan! Harga Emas Antam Hari Ini Tembus Rekor Lagi
PT Equityworld | Harga emas acuan yang diproduksi PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) pada perdagangan Jumat ini (6/3/2020), menguat 1,9% atau naik Rp 5.000 per gram menjadi Rp 788.000/gram dibandingkan dengan harga Kamis kemarin Rp 773.000/gram.
Dengan demikian harga emas Antam lagi-lagi tembus rekor yang dicatatkan pada Rabu pekan ini (4/3) yakni Rp 778.000/gram.
Berdasarkan harga Logam Mulia di gerai Jakarta Gedung Antam di situs logammulia milik Antam hari ini, harga tiap gram emas Antam ukuran 100 gram yang menjadi acuan menguat 1,9% menjadi Rp 78,8 juta dari harga kemarin Rp 77,3 juta per batang.
Sedangkan untuk harga emas logam mulia 1 gram naik Rp 15,000 menjadi Rp 837.000 per gram, dari sebelumnya Rp 822.000 per gram.
Melonjaknya harga emas Antam ini seiring dengan kenaikan dari harga emas spot dunia yang juga naik lebih dari 2% ke level tertingginya dalam kurun waktu lebih dari 1 minggu pada perdagangan Kamis (5/3/2020), sebesar 2,2% menjadi US$ 1.671,78/troy ons karena kekhawatiran atas penyebaran virus corona yang semakin masif.
Ancaman ini, memberikan dorongan aliran dana investor ke aset safe havenseperti logam emas dan meningkatkan harapan pelonggaran kebijakan moneter lebih lanjut oleh bank sentral utama.
Ketika pasar ekuitas berada dalam tekanan maka secara otomatis aset-aset yang merupakan safe haven diminati/diburu para investor sebagai lindung nilai.
Emas Antam kepingan 100 gram lumrah dijadikan acuan transaksi emas secara umum, tidak hanya emas Antam. Harga emas Antam di gerai penjualan lain bisa berbeda.
Di sisi lain, harga beli kembali (buyback) emas Antam hari ini ditetapkan pada Rp 760.000/gram, naik Rp 16.000/gram dari posisi kemarin Rp 744.000/gram.
Harga itu menunjukkan harga beli yang harus dibayar Antam jika pemilik batang emas bersertifikat ingin menjual kembali investasi tersebut.
Untuk jenis lain, Antam juga menawarkan emas batik dan emas tematik serta menampilkan harga hariannya di situs yang sama.
Di sisi lain, Antam juga menjual emas batangan dengan dasar ukuran mulai 1 gram hingga 500 gram di berbagai gerai yang tersedia di berbagai kota, dari Medan hingga Makassar.
PT Equityworld
Harga Emas Melonjak 2 Persen Dampak Virus Corona Semakin Meluas | PT Equityworld
Harga dan ketersediaan emas di tiap gerai bisa berbeda. Harga emas tersebut sudah termasuk PPh 22 0,9%. Masyarakat bisa menyertakan NPWP untuk memperoleh potongan pajak lebih rendah yaitu 0,45%.
Beberapa faktor yang mempengaruhi harga emas adalah nilai tukar rupiah, penawaran-permintaan, permintaan industri emas, isu global, tingkat inflasi, dan tingkat suku bunga.
Penguatan harga emas Antam biasanya mencerminkan kecenderungan masyarakat untuk memburu emas ritel ketika kondisi tidak kondusif, sehingga mencerminkan fungsi logam mulia sebagai instrumen yang dinilai lebih aman (safe haven) untuk masyarakat di dalam negeri.
Jumat, 06 Maret 2020
Kamis, 05 Maret 2020
PT Equityworld | Harga emas Antam turun Rp 5.000 ke Rp 822.000 pada Kamis (5/3)
PT Equityworld | Harga emas Antam turun Rp 5.000 ke Rp 822.000 pada Kamis (5/3)
PT Equityworld | Harga emas batangan bersertifikat Antam keluaran Logam Mulia PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) turun pada Kamis (5/3).
Mengutip situs Logam Mulia, harga pecahan satu gram emas Antam berada di Rp 822.000. Harga emas Antam ini turun Rp 5.000 per gram dari harga Rabu (4/3) di Rp 827.000.
Sementara, harga pembelian kembali atau buyback emas Antam juga turun Rp 5.000 jadi Rp 744.000.
Berikut harga emas batangan Antam dalam pecahan lainnya per hari ini dan belum termasuk pajak:
Harga emas 0,5 gram: Rp 435.500
Harga emas 1 gram: Rp 822.000
Harga emas 5 gram: Rp 3.920.000
Harga emas 10 gram: Rp 7.795.000
Harga emas 25 gram: Rp 19.380.000
Harga emas 50 gram: Rp 38.685.000
Harga emas 100 gram: Rp 77.300.000
Harga emas 250 gram: Rp 193.000.000
Harga emas 500 gram: Rp 385.800.000
Harga emas 1.000 gram: Rp 771.600.000
PT Equityworld
Harga Emas Hari Ini, 5 Maret 2020 | PT Equityworld
Keterangan:
Logam Mulia Antam menjual emas dan perak batangan dalam beberapa ukuran berat (misalnya 1 gram, 2 gram, dan 500 gram). Biasanya harga per gram emas Antam akan berbeda tergantung berat batangnya. Perbedaan ini terjadi karena ada biaya tambahan untuk pencetakan, sehingga harga per gram emas Antam batang kecil lebih mahal dari batang yang lebih besar. Harga yang ada di sini adalah harga per gram emas batang 1 kilogram yang biasa dijadikan patokan pelaku bisnis emas.
PT Equityworld | Harga emas batangan bersertifikat Antam keluaran Logam Mulia PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) turun pada Kamis (5/3).
Mengutip situs Logam Mulia, harga pecahan satu gram emas Antam berada di Rp 822.000. Harga emas Antam ini turun Rp 5.000 per gram dari harga Rabu (4/3) di Rp 827.000.
Sementara, harga pembelian kembali atau buyback emas Antam juga turun Rp 5.000 jadi Rp 744.000.
Berikut harga emas batangan Antam dalam pecahan lainnya per hari ini dan belum termasuk pajak:
Harga emas 0,5 gram: Rp 435.500
Harga emas 1 gram: Rp 822.000
Harga emas 5 gram: Rp 3.920.000
Harga emas 10 gram: Rp 7.795.000
Harga emas 25 gram: Rp 19.380.000
Harga emas 50 gram: Rp 38.685.000
Harga emas 100 gram: Rp 77.300.000
Harga emas 250 gram: Rp 193.000.000
Harga emas 500 gram: Rp 385.800.000
Harga emas 1.000 gram: Rp 771.600.000
PT Equityworld
Harga Emas Hari Ini, 5 Maret 2020 | PT Equityworld
Keterangan:
Logam Mulia Antam menjual emas dan perak batangan dalam beberapa ukuran berat (misalnya 1 gram, 2 gram, dan 500 gram). Biasanya harga per gram emas Antam akan berbeda tergantung berat batangnya. Perbedaan ini terjadi karena ada biaya tambahan untuk pencetakan, sehingga harga per gram emas Antam batang kecil lebih mahal dari batang yang lebih besar. Harga yang ada di sini adalah harga per gram emas batang 1 kilogram yang biasa dijadikan patokan pelaku bisnis emas.
Rabu, 04 Maret 2020
PT Equityworld | Waspada! Bunga Acuan The Fed Turun, Wall Street Tetap Merah
PT Equityworld | Waspada! Bunga Acuan The Fed Turun, Wall Street Tetap Merah
PT Equityworld | Bursa saham domestik pada perdagangan hari ini, Selasa (3/3/2020) akhirnya berbalik menguat hampir 3%, tepatnya 2,94% menjadi 5.518 setelah amblas hingga -1,68% sehari sebelumnya.
Efek wabah virus corona tampaknya mulai reda dan investor mulai berani membeli saham-saham yang relatif murah, apalagi didukung oleh keinginan beberapa bank sentral untuk menggelontorkan pemangkasan suku bunga acuan.
Saat perdagangan hari ini dibuka, IHSG langsung melesat 1,3% ke 5.431,296. Rebound terus berlanjut hingga 3,43% ke 5.455,774, sebelum mengakhiri perdagangan sesi I di 5.518,459 atau menguat 2,93%.
Memasuki perdagangan sesi II, IHSG mampu mempertahankan kinerja positif, meski belum mempertebal penguatan lagi. Di akhir perdagangan IHSG menguat 2,94% di 5.518,62. Dengan penguatan tersebut, IHSG resmi menghentikan koreksi dalam 7 hari beruntun. Selama periode 'merah' tersebut, total nilai penurunan IHSG mencapai 10,20%.
Berdasarkan data RTI, nilai transaksi sepanjang hari kemarin tercatat sebesar Rp 7,49 triliun dengan investor asing melakukan aksi jual bersih (nett foreign sell) di pasar reguler Rp 264,72 miliar. Penguatan yang sempat terjadi 3,43% tersebut akhirnya mereda hingga pasar ditutup dengan penguatan 2,94%.
Sembilan sektor di IHSG membukukan penguatan, di mana sektor konsumer yang memimpin penguatan di sesi I tersalip oleh sektor infrastruktur yang membukukan penguatan sebesar 4,23%, sementara sektor konsumer 3,9% dan sektor keuangan yang memiliki kapitalisasi pasar terbesar tercatat menguat 2,79%.
Saham-saham yang banyak diburu investor pada perdagangan hari ini antara lain, saham PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) naik 3,02% ke level harga Rp 4.100/unit dengan nilai transaksi Rp 814 miliar. Selama tahun berjalan, saham BRI masih minus 6,82%.
Kemudian ada saham PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) hari ini tercatat naik 3,95% ke level Rp 31.600/unit. Nilai transaksi saham BCA mencapai Rp 723,14 miliar, di mana secara year to date masih terkoreksi 5,46%.
Saham operator telekomunikasi terbesar di Indonesia yakni PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM) tercatat naik 5,23% ke level Rp 3.620/unit senilai Rp 412,37 miliar. Saham Telkom pada periode yang sama tercatat masih mengalami koreksi 5,24%.
Secara total, 306 saham naik, 93 turun, 129 saham tidak bergerak, dan 260 saham tidak ditransaksikan kemarin di pasar. Transaksi yang tercipta di pasar kemarin mencapai Rp 7,49 triliun, di atas rerata sejak awal tahun yang memang lesu Rp 6,56 triliun per hari.
Tidak hanya di pasar ekuitas karena kemeriahan yang sama juga dirasakan di pasar obligasi rupiah pemerintah. Kemarin, pasar surat utang negara (SUN) juga menguat seiring dengan hasil lelang yang masih menunjukkan minat peserta lelang dan pelaku pasar masih cukup besar dengan nilai penerbitan senilai Rp 17,5 triliun dalam lelang rutin. Hasil penerbitan itu masih di dalam rentang target indikatif Rp 15 triliun-Rp 22,5 triliun yang ditetapkan sebelumnya.
Jumlah penerbitan itu merupakan bagian yang dimenangkan dari total penawaran yang masuk dari peserta lelang Rp 78,41 triliun.
Hasil lelang tersebut masih cukup baik mengingat selama hampir setengah bulan terakhir pasar obligasi sedang mengalami tekanan akibat kekhawatiran penyebaran virus corona Covid-19, terutama ketika di awal pekan ini penyebarannya sudah mulai masuk ke Indonesia.
Harga obligasi rupiah pemerintah kemarin mulai berbalik menguat signifikan dan mematahkan tren penguatan yang terjadi sejak 5 hari terakhir, tepatnya pada 25 Februari. Penguatan harga tersebut sekaligus menekan tingkat imbal hasil (yield) yang tercermin pada seri FR0082 yang menjadi acuan 10 tahun, di mana yield-nya turun menjadi 6,85%.
PT Equityworld
Surprise! The Fed Pangkas Suku Bunga 50 Bps, Emas Melesat 3% | PT Equityworld
Pergerakan harga dan yield obligasi saling bertolak belakang di pasar sekunder, sehingga ketika harga naik maka akan menekan yield turun, begitupun sebaliknya. Yield yang menjadi acuan keuntungan yang didapat investor juga lebih umum dijadikan acuan transaksi obligasi dibanding harga karena mencerminkan kupon, tenor, dan risiko dalam satu angka.
SUN adalah surat berharga negara (SBN) konvensional rupiah yang perdagangannya paling ramai di pasar domestik, sehingga dapat mencerminkan kondisi pasar obligasi secara umum. Keempat seri yang menjadi acuan pasar adalah FR0081 bertenor 5 tahun, FR0082 bertenor 10 tahun, FR0080 bertenor 15 tahun, dan FR0083 bertenor 20 tahun.
Terang saja, penguatan terjadi karena pasar tersulut euforia dari niat penurunan suku bunga acuan beberapa bank sentral di dunia serta dari negara-negara anggota G-7.
Penguatan serupa juga terjadi di pasar saham Asia dan Eropa, meskipun tidak seperti IHSG yang penguatan hariannya seperti balas dendam dan menjadi rekor tertinggi sejak 5 September 2018.
Di Asia, penguatan terjadi di indeks Straits Times asal Singapura 0,39% dan Shanghai Composite di China 0,74%. Di pasar saham Eropa, penguatannya tercermin dari kenaikan indeks FTSE 100 di Inggris Raya yang naik 0,95%, DAX di Jerman 0,46%, dan CAC di Prancis 0,75%.
PT Equityworld | Bursa saham domestik pada perdagangan hari ini, Selasa (3/3/2020) akhirnya berbalik menguat hampir 3%, tepatnya 2,94% menjadi 5.518 setelah amblas hingga -1,68% sehari sebelumnya.
Efek wabah virus corona tampaknya mulai reda dan investor mulai berani membeli saham-saham yang relatif murah, apalagi didukung oleh keinginan beberapa bank sentral untuk menggelontorkan pemangkasan suku bunga acuan.
Saat perdagangan hari ini dibuka, IHSG langsung melesat 1,3% ke 5.431,296. Rebound terus berlanjut hingga 3,43% ke 5.455,774, sebelum mengakhiri perdagangan sesi I di 5.518,459 atau menguat 2,93%.
Memasuki perdagangan sesi II, IHSG mampu mempertahankan kinerja positif, meski belum mempertebal penguatan lagi. Di akhir perdagangan IHSG menguat 2,94% di 5.518,62. Dengan penguatan tersebut, IHSG resmi menghentikan koreksi dalam 7 hari beruntun. Selama periode 'merah' tersebut, total nilai penurunan IHSG mencapai 10,20%.
Berdasarkan data RTI, nilai transaksi sepanjang hari kemarin tercatat sebesar Rp 7,49 triliun dengan investor asing melakukan aksi jual bersih (nett foreign sell) di pasar reguler Rp 264,72 miliar. Penguatan yang sempat terjadi 3,43% tersebut akhirnya mereda hingga pasar ditutup dengan penguatan 2,94%.
Sembilan sektor di IHSG membukukan penguatan, di mana sektor konsumer yang memimpin penguatan di sesi I tersalip oleh sektor infrastruktur yang membukukan penguatan sebesar 4,23%, sementara sektor konsumer 3,9% dan sektor keuangan yang memiliki kapitalisasi pasar terbesar tercatat menguat 2,79%.
Saham-saham yang banyak diburu investor pada perdagangan hari ini antara lain, saham PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) naik 3,02% ke level harga Rp 4.100/unit dengan nilai transaksi Rp 814 miliar. Selama tahun berjalan, saham BRI masih minus 6,82%.
Kemudian ada saham PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) hari ini tercatat naik 3,95% ke level Rp 31.600/unit. Nilai transaksi saham BCA mencapai Rp 723,14 miliar, di mana secara year to date masih terkoreksi 5,46%.
Saham operator telekomunikasi terbesar di Indonesia yakni PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM) tercatat naik 5,23% ke level Rp 3.620/unit senilai Rp 412,37 miliar. Saham Telkom pada periode yang sama tercatat masih mengalami koreksi 5,24%.
Secara total, 306 saham naik, 93 turun, 129 saham tidak bergerak, dan 260 saham tidak ditransaksikan kemarin di pasar. Transaksi yang tercipta di pasar kemarin mencapai Rp 7,49 triliun, di atas rerata sejak awal tahun yang memang lesu Rp 6,56 triliun per hari.
Tidak hanya di pasar ekuitas karena kemeriahan yang sama juga dirasakan di pasar obligasi rupiah pemerintah. Kemarin, pasar surat utang negara (SUN) juga menguat seiring dengan hasil lelang yang masih menunjukkan minat peserta lelang dan pelaku pasar masih cukup besar dengan nilai penerbitan senilai Rp 17,5 triliun dalam lelang rutin. Hasil penerbitan itu masih di dalam rentang target indikatif Rp 15 triliun-Rp 22,5 triliun yang ditetapkan sebelumnya.
Jumlah penerbitan itu merupakan bagian yang dimenangkan dari total penawaran yang masuk dari peserta lelang Rp 78,41 triliun.
Hasil lelang tersebut masih cukup baik mengingat selama hampir setengah bulan terakhir pasar obligasi sedang mengalami tekanan akibat kekhawatiran penyebaran virus corona Covid-19, terutama ketika di awal pekan ini penyebarannya sudah mulai masuk ke Indonesia.
Harga obligasi rupiah pemerintah kemarin mulai berbalik menguat signifikan dan mematahkan tren penguatan yang terjadi sejak 5 hari terakhir, tepatnya pada 25 Februari. Penguatan harga tersebut sekaligus menekan tingkat imbal hasil (yield) yang tercermin pada seri FR0082 yang menjadi acuan 10 tahun, di mana yield-nya turun menjadi 6,85%.
PT Equityworld
Surprise! The Fed Pangkas Suku Bunga 50 Bps, Emas Melesat 3% | PT Equityworld
Pergerakan harga dan yield obligasi saling bertolak belakang di pasar sekunder, sehingga ketika harga naik maka akan menekan yield turun, begitupun sebaliknya. Yield yang menjadi acuan keuntungan yang didapat investor juga lebih umum dijadikan acuan transaksi obligasi dibanding harga karena mencerminkan kupon, tenor, dan risiko dalam satu angka.
SUN adalah surat berharga negara (SBN) konvensional rupiah yang perdagangannya paling ramai di pasar domestik, sehingga dapat mencerminkan kondisi pasar obligasi secara umum. Keempat seri yang menjadi acuan pasar adalah FR0081 bertenor 5 tahun, FR0082 bertenor 10 tahun, FR0080 bertenor 15 tahun, dan FR0083 bertenor 20 tahun.
Terang saja, penguatan terjadi karena pasar tersulut euforia dari niat penurunan suku bunga acuan beberapa bank sentral di dunia serta dari negara-negara anggota G-7.
Penguatan serupa juga terjadi di pasar saham Asia dan Eropa, meskipun tidak seperti IHSG yang penguatan hariannya seperti balas dendam dan menjadi rekor tertinggi sejak 5 September 2018.
Di Asia, penguatan terjadi di indeks Straits Times asal Singapura 0,39% dan Shanghai Composite di China 0,74%. Di pasar saham Eropa, penguatannya tercermin dari kenaikan indeks FTSE 100 di Inggris Raya yang naik 0,95%, DAX di Jerman 0,46%, dan CAC di Prancis 0,75%.
PT Equityworld | Waspada! Bunga Acuan The Fed Turun, Wall Street Tetap Merah
PT Equityworld | Waspada! Bunga Acuan The Fed Turun, Wall Street Tetap Merah
PT Equityworld | Bursa saham domestik pada perdagangan hari ini, Selasa (3/3/2020) akhirnya berbalik menguat hampir 3%, tepatnya 2,94% menjadi 5.518 setelah amblas hingga -1,68% sehari sebelumnya.
Efek wabah virus corona tampaknya mulai reda dan investor mulai berani membeli saham-saham yang relatif murah, apalagi didukung oleh keinginan beberapa bank sentral untuk menggelontorkan pemangkasan suku bunga acuan.
Saat perdagangan hari ini dibuka, IHSG langsung melesat 1,3% ke 5.431,296. Rebound terus berlanjut hingga 3,43% ke 5.455,774, sebelum mengakhiri perdagangan sesi I di 5.518,459 atau menguat 2,93%.
Memasuki perdagangan sesi II, IHSG mampu mempertahankan kinerja positif, meski belum mempertebal penguatan lagi. Di akhir perdagangan IHSG menguat 2,94% di 5.518,62. Dengan penguatan tersebut, IHSG resmi menghentikan koreksi dalam 7 hari beruntun. Selama periode 'merah' tersebut, total nilai penurunan IHSG mencapai 10,20%.
Berdasarkan data RTI, nilai transaksi sepanjang hari kemarin tercatat sebesar Rp 7,49 triliun dengan investor asing melakukan aksi jual bersih (nett foreign sell) di pasar reguler Rp 264,72 miliar. Penguatan yang sempat terjadi 3,43% tersebut akhirnya mereda hingga pasar ditutup dengan penguatan 2,94%.
Sembilan sektor di IHSG membukukan penguatan, di mana sektor konsumer yang memimpin penguatan di sesi I tersalip oleh sektor infrastruktur yang membukukan penguatan sebesar 4,23%, sementara sektor konsumer 3,9% dan sektor keuangan yang memiliki kapitalisasi pasar terbesar tercatat menguat 2,79%.
Saham-saham yang banyak diburu investor pada perdagangan hari ini antara lain, saham PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) naik 3,02% ke level harga Rp 4.100/unit dengan nilai transaksi Rp 814 miliar. Selama tahun berjalan, saham BRI masih minus 6,82%.
Kemudian ada saham PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) hari ini tercatat naik 3,95% ke level Rp 31.600/unit. Nilai transaksi saham BCA mencapai Rp 723,14 miliar, di mana secara year to date masih terkoreksi 5,46%.
Saham operator telekomunikasi terbesar di Indonesia yakni PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM) tercatat naik 5,23% ke level Rp 3.620/unit senilai Rp 412,37 miliar. Saham Telkom pada periode yang sama tercatat masih mengalami koreksi 5,24%.
Secara total, 306 saham naik, 93 turun, 129 saham tidak bergerak, dan 260 saham tidak ditransaksikan kemarin di pasar. Transaksi yang tercipta di pasar kemarin mencapai Rp 7,49 triliun, di atas rerata sejak awal tahun yang memang lesu Rp 6,56 triliun per hari.
Tidak hanya di pasar ekuitas karena kemeriahan yang sama juga dirasakan di pasar obligasi rupiah pemerintah. Kemarin, pasar surat utang negara (SUN) juga menguat seiring dengan hasil lelang yang masih menunjukkan minat peserta lelang dan pelaku pasar masih cukup besar dengan nilai penerbitan senilai Rp 17,5 triliun dalam lelang rutin. Hasil penerbitan itu masih di dalam rentang target indikatif Rp 15 triliun-Rp 22,5 triliun yang ditetapkan sebelumnya.
Jumlah penerbitan itu merupakan bagian yang dimenangkan dari total penawaran yang masuk dari peserta lelang Rp 78,41 triliun.
Hasil lelang tersebut masih cukup baik mengingat selama hampir setengah bulan terakhir pasar obligasi sedang mengalami tekanan akibat kekhawatiran penyebaran virus corona Covid-19, terutama ketika di awal pekan ini penyebarannya sudah mulai masuk ke Indonesia.
Harga obligasi rupiah pemerintah kemarin mulai berbalik menguat signifikan dan mematahkan tren penguatan yang terjadi sejak 5 hari terakhir, tepatnya pada 25 Februari. Penguatan harga tersebut sekaligus menekan tingkat imbal hasil (yield) yang tercermin pada seri FR0082 yang menjadi acuan 10 tahun, di mana yield-nya turun menjadi 6,85%.
PT Equityworld
Surprise! The Fed Pangkas Suku Bunga 50 Bps, Emas Melesat 3% | PT Equityworld
Pergerakan harga dan yield obligasi saling bertolak belakang di pasar sekunder, sehingga ketika harga naik maka akan menekan yield turun, begitupun sebaliknya. Yield yang menjadi acuan keuntungan yang didapat investor juga lebih umum dijadikan acuan transaksi obligasi dibanding harga karena mencerminkan kupon, tenor, dan risiko dalam satu angka.
SUN adalah surat berharga negara (SBN) konvensional rupiah yang perdagangannya paling ramai di pasar domestik, sehingga dapat mencerminkan kondisi pasar obligasi secara umum. Keempat seri yang menjadi acuan pasar adalah FR0081 bertenor 5 tahun, FR0082 bertenor 10 tahun, FR0080 bertenor 15 tahun, dan FR0083 bertenor 20 tahun.
Terang saja, penguatan terjadi karena pasar tersulut euforia dari niat penurunan suku bunga acuan beberapa bank sentral di dunia serta dari negara-negara anggota G-7.
Penguatan serupa juga terjadi di pasar saham Asia dan Eropa, meskipun tidak seperti IHSG yang penguatan hariannya seperti balas dendam dan menjadi rekor tertinggi sejak 5 September 2018.
Di Asia, penguatan terjadi di indeks Straits Times asal Singapura 0,39% dan Shanghai Composite di China 0,74%. Di pasar saham Eropa, penguatannya tercermin dari kenaikan indeks FTSE 100 di Inggris Raya yang naik 0,95%, DAX di Jerman 0,46%, dan CAC di Prancis 0,75%.
PT Equityworld | Bursa saham domestik pada perdagangan hari ini, Selasa (3/3/2020) akhirnya berbalik menguat hampir 3%, tepatnya 2,94% menjadi 5.518 setelah amblas hingga -1,68% sehari sebelumnya.
Efek wabah virus corona tampaknya mulai reda dan investor mulai berani membeli saham-saham yang relatif murah, apalagi didukung oleh keinginan beberapa bank sentral untuk menggelontorkan pemangkasan suku bunga acuan.
Saat perdagangan hari ini dibuka, IHSG langsung melesat 1,3% ke 5.431,296. Rebound terus berlanjut hingga 3,43% ke 5.455,774, sebelum mengakhiri perdagangan sesi I di 5.518,459 atau menguat 2,93%.
Memasuki perdagangan sesi II, IHSG mampu mempertahankan kinerja positif, meski belum mempertebal penguatan lagi. Di akhir perdagangan IHSG menguat 2,94% di 5.518,62. Dengan penguatan tersebut, IHSG resmi menghentikan koreksi dalam 7 hari beruntun. Selama periode 'merah' tersebut, total nilai penurunan IHSG mencapai 10,20%.
Berdasarkan data RTI, nilai transaksi sepanjang hari kemarin tercatat sebesar Rp 7,49 triliun dengan investor asing melakukan aksi jual bersih (nett foreign sell) di pasar reguler Rp 264,72 miliar. Penguatan yang sempat terjadi 3,43% tersebut akhirnya mereda hingga pasar ditutup dengan penguatan 2,94%.
Sembilan sektor di IHSG membukukan penguatan, di mana sektor konsumer yang memimpin penguatan di sesi I tersalip oleh sektor infrastruktur yang membukukan penguatan sebesar 4,23%, sementara sektor konsumer 3,9% dan sektor keuangan yang memiliki kapitalisasi pasar terbesar tercatat menguat 2,79%.
Saham-saham yang banyak diburu investor pada perdagangan hari ini antara lain, saham PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) naik 3,02% ke level harga Rp 4.100/unit dengan nilai transaksi Rp 814 miliar. Selama tahun berjalan, saham BRI masih minus 6,82%.
Kemudian ada saham PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) hari ini tercatat naik 3,95% ke level Rp 31.600/unit. Nilai transaksi saham BCA mencapai Rp 723,14 miliar, di mana secara year to date masih terkoreksi 5,46%.
Saham operator telekomunikasi terbesar di Indonesia yakni PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM) tercatat naik 5,23% ke level Rp 3.620/unit senilai Rp 412,37 miliar. Saham Telkom pada periode yang sama tercatat masih mengalami koreksi 5,24%.
Secara total, 306 saham naik, 93 turun, 129 saham tidak bergerak, dan 260 saham tidak ditransaksikan kemarin di pasar. Transaksi yang tercipta di pasar kemarin mencapai Rp 7,49 triliun, di atas rerata sejak awal tahun yang memang lesu Rp 6,56 triliun per hari.
Tidak hanya di pasar ekuitas karena kemeriahan yang sama juga dirasakan di pasar obligasi rupiah pemerintah. Kemarin, pasar surat utang negara (SUN) juga menguat seiring dengan hasil lelang yang masih menunjukkan minat peserta lelang dan pelaku pasar masih cukup besar dengan nilai penerbitan senilai Rp 17,5 triliun dalam lelang rutin. Hasil penerbitan itu masih di dalam rentang target indikatif Rp 15 triliun-Rp 22,5 triliun yang ditetapkan sebelumnya.
Jumlah penerbitan itu merupakan bagian yang dimenangkan dari total penawaran yang masuk dari peserta lelang Rp 78,41 triliun.
Hasil lelang tersebut masih cukup baik mengingat selama hampir setengah bulan terakhir pasar obligasi sedang mengalami tekanan akibat kekhawatiran penyebaran virus corona Covid-19, terutama ketika di awal pekan ini penyebarannya sudah mulai masuk ke Indonesia.
Harga obligasi rupiah pemerintah kemarin mulai berbalik menguat signifikan dan mematahkan tren penguatan yang terjadi sejak 5 hari terakhir, tepatnya pada 25 Februari. Penguatan harga tersebut sekaligus menekan tingkat imbal hasil (yield) yang tercermin pada seri FR0082 yang menjadi acuan 10 tahun, di mana yield-nya turun menjadi 6,85%.
PT Equityworld
Surprise! The Fed Pangkas Suku Bunga 50 Bps, Emas Melesat 3% | PT Equityworld
Pergerakan harga dan yield obligasi saling bertolak belakang di pasar sekunder, sehingga ketika harga naik maka akan menekan yield turun, begitupun sebaliknya. Yield yang menjadi acuan keuntungan yang didapat investor juga lebih umum dijadikan acuan transaksi obligasi dibanding harga karena mencerminkan kupon, tenor, dan risiko dalam satu angka.
SUN adalah surat berharga negara (SBN) konvensional rupiah yang perdagangannya paling ramai di pasar domestik, sehingga dapat mencerminkan kondisi pasar obligasi secara umum. Keempat seri yang menjadi acuan pasar adalah FR0081 bertenor 5 tahun, FR0082 bertenor 10 tahun, FR0080 bertenor 15 tahun, dan FR0083 bertenor 20 tahun.
Terang saja, penguatan terjadi karena pasar tersulut euforia dari niat penurunan suku bunga acuan beberapa bank sentral di dunia serta dari negara-negara anggota G-7.
Penguatan serupa juga terjadi di pasar saham Asia dan Eropa, meskipun tidak seperti IHSG yang penguatan hariannya seperti balas dendam dan menjadi rekor tertinggi sejak 5 September 2018.
Di Asia, penguatan terjadi di indeks Straits Times asal Singapura 0,39% dan Shanghai Composite di China 0,74%. Di pasar saham Eropa, penguatannya tercermin dari kenaikan indeks FTSE 100 di Inggris Raya yang naik 0,95%, DAX di Jerman 0,46%, dan CAC di Prancis 0,75%.
Langganan:
Postingan (Atom)