Equity World | Inflasi AS Masih Panas, Harga Emas Ikut Lemas
Equity World | Masih panasnya inflasi Amerika Serikat (AS) langsung berimbas ke harga emas. Pada perdagangan Jumat (14/10/2022) pukul 07:10 WIB, harga emas dunia di pasar spot berada di US$ 1.664,19 per troy ons. Harga emas melemah 0,1%.
Pelemahan emas memperpanjang tren negatif yang sudah berlangsung sejak kemarin. Pada perdagangan kemarin, Kamis (13/10/2022), harga emas melemah 0,4% ke posisi US$ 1.665,79 per troy ons. Padahal, emas sempat menguat 0,43% pada perdagangan Rabu pekan ini.
Dalam sepekan, harga emas sudah ambles 1,8% secara point to point. Dalam sebulan, harga emas menyusut 1,9% sementara dalam setahun anjlok 7,3%.
David Meger, direktur perdagangan logam High Ridge Futures, menjelaskan emas melemah karena masih tingginya inflasi AS. Biro Statistik Tenaga Kerja AS melaporkan inflasi AS mencapai ke 8,2% (year on year/yoy) pada September.
Laju inflasi memang lebih rendah dibandingkan pada Agustus yang tercatat 8,3% (yoy) tetapi masih di atas ekspektasi pasar yakni 8,1% (yoy). Secara bulanan (month to month/mtm), inflasi tercatat 0,4% pada September atau meningkat dibandingkan pada Agustus yang tercatat 0,1%. Inflasi inti menyentuh 6,6 % (yoy) pada September, level tertingginya sejak 1982 atau 40 tahun terakhir.
Inflasi yang masih tinggi menghapus harapan pelaku pasar jika bank sentral AS The Federal Reserve (The Fed) akan segera melonggarkan kebijakan. Dengan inflasi tinggi, The Fed bahkan diperkirakan akan menaikkan suku bunga acuan secara signifikan pada November dan Desember mendatang.
"Sebelumnya ada optimis menjelang pengumuman inflasi. Namun, apa yang terjadi di luar harapan. Ini jelas tidak baik bagi emas," tutur Meger, kepada Reuters.
Kenaikan suku bunga acuan The Fed akan melambungkan dolar AS dan yield surat utang pemerintah AS. Dua faktor ini sama-sama berdampak negatif ke emas.
Penguatan dolar AS membuat emas semakin mahal sehingga tidak menarik. Emas juga tidak menawarkan imbal hasil sehingga kenaikan yield obligasi pemerintah AS membuat emas tidak menarik.
Indeks dolar menguat ke 112,55 pada pagi hari ini, dari posisi penutupan kemarin yang tercatat 112,36. Sementara itu, yield surat utang pemerintah AS nyaris menembus 4%, rekor tertingginya dalam 12 tahun.
Analis Kitco Metals Jim Wyckoff mengingatkan emas masih rawan pelemahan karena The Fed hampir pasti menaikkan suku bunga secara agresif pada 1-2 November mendatang.
"Data inflasi menegaskan jika The Fed memang benar mengenai keyakinan mereka jika inflasi masih belum terkendali," tutur Wyckoff, seperti dikutip dari Reuters.