Equity World | Bursa Asia Beragam, IHSG Paling Cerah
Equity World | Jakarta, Bursa Asia-Pasifik ditutup beragam pada perdagangan Selasa (7/2/2023), di mana investor mencerna kenaikan suku bunga bank sentral Australia pada hari ini yang sudah sesuai dengan ekspektasi pasar.
Indeks Hang Seng Hong Kong ditutup menguat 0,36% ke posisi 21.298,699, Shanghai Composite China bertambah 0,29% ke 3.248,09, KOSPI Korea Selatan terapresiasi 0,55% ke 2.451,71, dan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berakhir melesat 0,89% menjadi 6.935,3.
Sedangkan untuk indeks Nikkei 225 Jepang ditutup turun tipis 0,03% ke 27.685,5, Straits Times Singapura terkoreksi 0,15% ke 3.380,84, dan ASX 200 Australia melemah 0,46% ke 7.504,1.
Dari Australia, bank sentral (Reserve Bank of Australia/RBA) menaikkan suku bunga acuannya sebesar 25 basis poin (bp) menjadi 3,35% pada hari ini. Ini merupakan level tertinggi dalam satu dekade terakhir.
Meski tertinggi dalam sepuluh tahun terakhir, tetapi kenaikan suku bunga RBA ini sudah sesuai dengan prediksi pasar sebelumnya.
RBA menegaskan kembali bahwa kenaikan lebih lanjut akan diperlukan. Bank sentral Negeri Kanguru tersebut juga membatalkan pedoman yang dikeluarkan sebelumnya.
Setelah melakukan pertemuan kebijakan untuk Februari, RBA mengatakan inflasi inti lebih tinggi dari yang diharapkan. Suku bunga yang lebih tinggi diperlukan untuk memastikan bahwa inflasi kembali ke target 2%-3%.
Meski pasar telah memprediksi kenaikan ini, tetapi mereka sempat mengkhawatirkan risiko kenaikan yang lebih besar mengingat data inflasi yang di luar ekspektasi.
Ini menjadi kenaikan kesembilan sejak Mei tahun lalu. Secara keseluruhan, suku bunga acuan RBA telah dinaikkan sebanyak 325 bp.
Di lain sisi, bervariasinya bursa Asia-Pasifik pada hari ini terjadi di tengah kekhawatiran pasar yang muncul kembali setelah dirilisnya data tenaga kerja Amerika Serikat (AS) yang masih cukup kuat pada pekan lalu.
Secara mengejutkan perekonomian Paman Sam mampu menyerap tenaga kerja sebanyak 517 ribu orang sepanjang Januari 2023, berdasarkan data dari Departemen Tenaga Kerja AS. Jumlah tersebut jauh lebih tinggi di atas survei Reuters sebanyak 185 ribu orang,
Kemudian, tingkat pengangguran yang diprediksi naik menjadi 3,6% malah turun menjadi 3,4%. Rata-rata upah per jam masih tumbuh 4,4% (year-on-year/yoy), lebih tinggi dari prediksi 4,3%.
Dalam kondisi normal, pasar tenaga kerja yang kuat, tingkat pengangguran yang turun, serta rata-rata upah per jam yang naik cukup tinggi adalah kabar baik. Tetapi dalam kondisi saat ini itu menjadi berita buruk.
Pasar tenaga kerja yang kuat, begitu juga dengan rata-rata upah berisiko membuat inflasi semakin sulit turun ke target bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) sebesar 2%.
Artinya ada risiko The Fed kembali akan agresif menaikkan suku bunga dan suku bunga tinggi ditahan lebih lama lagi.
Untuk diketahui, pasar saat ini melihat puncak suku bunga The Fed di kisaran 4,75% - 5%, artinya akan naik 25 basis poin lagi dari level saat ini. Selain itu, The Fed juga diperkirakan akan memangkas suku bunganya di akhir tahun nanti.