Equity World | Wall Street Akhirnya Rebound, Mampukah IHSG Ikut Bangkit?
Equity World | Pasar keuangan Tanah Air kembali bergejolak pada perdagangan kemarin. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup ambles dan sudah melemah 4 hari beruntun, rupiah masih saja anjlok melawan dolar AS, sementara SBN kembali melemah.
Indeks acuan utama bursa domestik pada perdagangan kemarin Rabu (28/9/2022), kembali terlempar dari level psikologis 7.100. IHSG ditutup ambles 0,5% di 7.077,03 di sesi II, padahal di sesi I IHSG sempat rebound dengan penguatan 0,26%.
Nilai transaksi indeks masih relatif sepi di sekitar Rp 12,45 triliun dan sebanyak 23 miliaran saham yang berpindah tangan 1,22 juta kali. Mayoritas perlemahan IHSG dipimpin oleh sektor basic materials, consumer, industri dan sektor energi.
Mayoritas saham kemarin terpantau masih mengalami penurunan. Statistik perdagangan mencatat ada 391 saham yang melemah dan 147 saham yang mengalami kenaikan dan sisanya sebanyak 148 saham stagnan.
Saham PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) menjadi saham yang paling besar nilai transaksinya siang ini, yakni mencapai Rp 744,8 miliar. Sedangkan saham PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) menyusul di posisi kedua dengan nilai transaksi mencapai Rp 731,3 miliar dan saham PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI) di posisi ketiga sebesar Rp 626,4 miliar.
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kemarin memang berhasil menguat setelah sempat dibuka melemah pagi tadi. Tapi, penguatan ini terjadi setelah beberapa hari sebelumnya sempat anjlok dalam.
Meski berhasil rebound, namun tidak ada yang bisa memastikan IHSG punya cukup tenaga untuk terus menguat. Terlebih, bursa Asia sendiri masih berguguran.
Bursa Asia-Pasifik ditutup kembali berjatuhan pada kemarin, di tengah kejatuhan mata uang Asia-Pasifik akibat makin perkasanya dolar Amerika Serikat (AS).
Indeks Hang Seng Hong Kong memimpin koreksi bursa Asia-Pasifik pada hari ini, yakni ditutup ambruk 3,41% ke posisi 17.250,88. Sedangkan indeks KOSPI Korea Selatan menyusul di posisi kedua yang ditutup anjlok 2,45% ke 2.169,29.
Pelemahan indeks saham masih diwarnai dengan kenaikan imbal hasil surat utang AS akibat Fed yang masih akan agresif menaikkan suku bunga acuan di tahun ini hingga tahun depan.
Imbal hasil obligasi pemerintah AS 10 tahun kini berada di 3,95% dan sudah sangat dekat dengan level psikologis 4%. Yield US treasury 10 tahun meningkat tajam mengindikasikan bahwa harganya sedang melemah merespons proyeksi Fed yang akan mengerek suku bunga acuan sampai 4,4% akhir tahun ini.
Sementara itu imbal hasil obligasi pemerintah AS tenor 2 tahun bahkan sudah menyentuh posisi 4,5% yang menjadi posisi tertingginya sejak krisis keuangan global 2008.
Tahun 2022 menjadi tahun yang sulit bagi pelaku ekonomi maupun para pemodal. Investor dituntut untuk berpikir ekstra keras untuk menempatkan asetnya di tengah kenaikan inflasi dan suku bunga acuan yang agresif.
Bank sentral AS, Inggris dan Eropa kompak mengerek suku bunga acuan mereka. The Fed sebagai otoritas moneter paling kuat di dunia bahkan sudah mengerek suku bunga acuan sebanyak 300 basis poin (bps) sejak Maret 2022.