Equity World | Mulai Makan Korban, Bursa Saham China Rontok Gegara Pelosi!
Equity World | Mayoritas bursa Asia-Pasifik ditutup menguat pada perdagangan Rabu (3/8/2022), di tengah tensi geopolitik antara Amerika Serikat (AS) dan China yang kembali memanas setelah kedatangan Ketua DPR AS, Nancy Pelosi ke Taiwan.
Hanya indeks Shanghai Composite China dan ASX 200 Australia yang ditutup di zona merah pada hari ini. Indeks Shanghai ditutup merosot 0,71% ke posisi 3.163,67, sedangkan ASX 200 melemah 0,32% menjadi 6.975,9.
Sedangkan sisanya ditutup di zona hijau. Indeks Nikkei Jepang ditutup menguat 0,53% ke posisi 27.741,9, Hang Seng Hong Kong bertambah 0,4% ke 19.767,09, Straits Times Singapura tumbuh 0,46% ke 3.254,07, KOSPI Korea Selatan melonjak 0,89% ke 2.461,45, dan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berakhir melesat 0,84% menjadi 7.046,635.
Ketua House of Representatives (DPR) AS, Nancy Pelosi mengunjungi Taiwan yang kian menekan sentimen pasar karena memperkeruh hubungan AS-China yang memang sudah tegang.
Pada beberapa pekan sebelumnya, China telah memperingatkan AS untuk tidak melakukan kunjungan tersebut. Bagi China, Taiwan adalah bagian dari negerinya dan kunjungan itu bisa berarti mendukung kemerdekaan.
Pelosi tiba di Taiwan pada Selasa malam waktu setempat. Juru bicara Kementerian Luar Negeri China, Hua Chunying mengatakan dalam Twitternya bahwa kunjungan Pelosi adalah "provokasi politik besar".
Kebijakan One China Policy alias hanya ada satu China membuat Negeri Tirai Bambu geram terhadap ulah AS, terutama Pelosi. Sebagai catatan, ini adalah kunjungan pertama Ketua House of Representatives Negeri Adidaya ke Taiwan dalam 25 tahun terakhir.
"Kunjungan ini berdampak parah terhadap fondasi hubungan AS-China. Ini juga merupakan pelanggaran serius terhadap kedaulatan dan integritas wilayah China," tegas Kementerian Luar Negeri China melalui keterangan tertulis.
Sementara menurut juru bicara Komando Teater Timur Tentara Pembebasan Rakyat mengatakan akan melakukan serangkaian operasi militer bersama di sekitar Pulau Taiwan mulai Selasa malam.
Negara yang dipimpin oleh Presiden Xi Jinping itu pun disebut-sebut siap untuk menguji misil di wilayah timur perairan Taiwan.
Selain itu, katalis negatif kembali menghantui setelah pejabat bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) memberikan sinyal bahwa akan ada kenaikan suku bunga acuan di pertemuan selanjutnya untuk meredam inflasi.
Meski pada hari ini sentimen pasar cenderung negatif, tetapi jika konflik di Taiwan tidak terus berlanjut hingga kondisi serius, maka bursa saham global akan kembali menghijau meski hal ini juga dipengaruhi oleh sikap salah satu pejabat The Fed.
Mengutip riset Bank of America, kinerja ciamik bursa saham AS, Wall Street selama Juli akan menjadi bekal untuk dua bulan berikutnya. Biasanya kalau terjadi kenaikan indeks saham 5% atau lebih dalam sebulan akan disusul oleh pertumbuhan positif selama dua bulan setelahnya.
Sejak awal bursa saham Negeri Paman Sam beroperasi, 59% terjadi kenaikan pada Agustus jika bulan sebelumnya naik setidaknya 5%. Rata-rata kenaikan indeks S&P 500 pada Agustus adalah 2,01%.
Ini kemungkinan masih berlanjut pada September. Sepanjang sejarah, 55% terjadi kenaikan pada September dengan rata-rata 0,73%.
So, walau Wall Street memberikan harapan, tetapi jika gaduh di Taiwan terus berlanjut maka akan menjadi risiko bagi pasar keuangan di Asia-Pasifik.