Equity World | Kemarin Naik, Harga Emas Hari Ini Turun Lagi
Equity World | Harga emas dunia bergerak turun pada perdagangan pagi hari ini. Koreksi terjadi setelah harga sang logam mulia naik kemarin.
Pada Rabu (24/8/2022) pukul 07:10 WIB, harga emas dunia di pasar spot tercatat US$ 1.747,51/troy ons. Turun tipis hampir flat di 0,01% dari posisi penutupan perdagangan hari sebelumnya.
Kemarin, harga emas ditutup di US$ 1.747,68/troy ons. Naik 0,69%, kenaikan perdana sejak 9 Agustus.
Tren koreksi harga emas sepertinya mulai berbalik. Ini tidak lepas dari mengendurnya dolar Amerika Serikat (AS).
Pada pukul 07:19 WIB, Dollar Index (yang mengukur posisi greenback di hadapan enam mata uang utama dunia) ada di 108,559. Turun 0,06%.
Ya, dua aset ini memang punya hubungan yang berbanding terbalik. Saat dolar AS kuat, emas bakal 'sekarat'.
Ini karena emas adalah komoditas yang harganya dibanderol dalam dolar AS. Ketika dolar AS terapresiasi, emas jadi lebih mahal bagi investor yang memegang mata uang lain. Permintaan emas jadi turun, sehingga harga mengikuti.
Depresiasi dolar AS adalah respons pasar terhadap rilis data terbaru di Negeri Paman Sam. Pembacaan awal (flash reading) terhadap aktivitas manufaktur AS sangat mengecewakan.
Untuk Agustus 2022, pembacaan awal aktivitas manufaktur yang dicerminkan dengan Purchasing Managers' Index (PMI) berada di 51,3. Skor di atas 50 menandakan dunia usaha sebenarnya masih ekspansif, tidak ada kontraksi.
Namun angka 51,3 turun dibandingkan bulan sebelumnya yang sebesar 52,2. Ini juga menjadi yang terendah sejak Juli 2020.
Perkembangan ini berpotensi membuat bank sentral AS (The Federal Reserve/The Fed) mengurangi 'dosis' agresivitas dalam mengetatkan kebijakan moneter. Suku bunga acuan tetap akan naik, tetapi tidak setinggi perkiraan sebelumnya.
"Data mengindikasikan terjadi perlambatan yang luar biasa, pertanda ekonomi melemah dengan cepat. Ini membuka peluang The Fed tidak akan terlalu agresif, sehingga menopang harga emas," kata Edward Moya, Analis Senior OANDA, sebagaimana diwartakan Reuters.