Equity World | Dolar Ngamuk, Harga Emas Hari Ini Makin Terpuruk
Equity World | Harga emas semakin jatuh. Pada perdagangan Selasa (23/8/2022) pukul 06:22 WIB, harga emas dunia di pasar spot berada di US$ 1.734,89 per troy ons. Harga emas melemah 0,05%.
Pelemahan pagi ini memperpanjang tren negatif harga emas yang sudah berlangsung sejak Senin pekan lalu atau sembilan hari terakhir. Pada perdagangan kemarin, harga emas juga melemah 0,69% ke posisi US$ 1.735,71 per troy ons.
Dalam sepekan, harga emas melemah 2,3% secara point to point. Dalam sebulan, harga emas masih menguat 0,49% sementara dalam setahun melemah 3,9%.
Analis dari Exinity Han Tan mengatakan emas terpuruk karena melonjaknya dolar Amerika Serikat (AS). Dollar Index kemarin ditutup di posisi 109,05. Posisi tersebut adalah yang tertinggi dalam 20 tahun terakhir. Penguatan dolar membuat emas semakin mahal sehingga kehilangan daya tariknya.
Laju dolar AS tidak tertahan karena semakin menguatnya ekspektasi pasar terhadap kenaikan suku bunga acuan. Pelaku pasar semakin meyakini jika bank sentral AS The Federal Reserve (the Fed) masih akan bersikap ultra hawkish ke depan.
"Logam mulia layu karena dolar AS terus menguat dan kembali ke rekor tertingginya. Pelaku pasar sepertinya sudah kembali bertaruh jika the Fed akan kembali ultra hawkish," tutur Han Tan, seperti dikutip Reuters.
Han Tan memperkirakan sinyal-sinyal kenaikan suku bunga the Fed akan membuat harga emas semakin tertekan ke depan.
"Harga emas bisa terjerembab dan jatuh ke kisaran US$ 1.700 bawah jika the Fed terus memberlakukan kebijakan agresif dengan menaikkan suku bunga secara besar," imbuhnya.
Pejabat the Fed akan bertemu pekan ini untuk menghadiri pertemuan tahunan Jackson Hole, Wyoming. Pelaku pasar kini menunggu pernyataan Chairman the Fed Jerome Powell untuk mengetahui petunjuk lebih jauh mengenai kebijakan bank sentral AS ke depan.
"Harga emas pekan depan kemungkinan ada di kisaran US$ 1.680-1.720 karena emas sangat rentan terhadap isu kenaikan suku bunga," tutur Carlo Alberto De Casa, analis dari Kinesis Money, kepada Reuters.