Equity World | Awal Pekan Kelabu, Harga Emas Turun
Equity World | Sinar emas meredup pada awal pekan ini. Pada perdagangan Senin (8/8/2022) pukul 06:18 WIB, harga emas dunia di pasar spot berada di US$ 1.773, 89 per troy ons. Turun tipis 0,01%.
Pelemahan emas ini memperpanjang tren negatif emas yang sudah berlangsung sejak Jumat pekan lalu. Pada perdagangan terakhir pekan lalu, harga emas ditutup melemah 0,95% menjadi US$ 1.774,15 per troy ons.
Dalam sepekan, harga emas masih menguat 0,12% secara point to point. Dalam sebulan, harga emas masih naik 1,84% sementara dalam setahun merosot 2,57%.
Bart Melek, analis dari TD Securities, mengatakan pelemahan emas disebabkan oleh membaiknya data tenaga kerja Amerika Serikat (AS). Data pekerjaan baru AS bertambah sebanyak 528.000 pekerjaan pada Juli. Data tersebut melampaui ekspektasi analis Dow Jones yang memprediksikan hanya sebanyak 258.000 pekerjaan.
Tingkat pengangguran juga menurun ke 3,5%, di bawah prediksi analis. Pertumbuhan upah meningkat 0,5% secara bulanan dan 5,2% secara tahunan.
Dengan data tersebut, bank sentral AS The Federal Reserve (The Fed) diperkirakan masih akan menerapkan kebijakan agresifnya.
Melek menjelaskan penguatan emas akhir-akhir ini didorong oleh ekspektasi pasar bahwa The Fed akan beralih menjadi dovish dari hawkish setelah ekonomi AS memasuki resesi.
"Namun, data tenaga kerja AS menunjukkan jika ekonomi AS sangat kuat dan ini bisa menjadi modal bagi The Fed untuk lebih agresif. Ini tentu saja tidak bagus untuk emas," tutur Melek, kepada Reuters.
Dolar AS dan yield surat utang pemerintah AS langsung menguat begitu data tenaga kerja membaik. Dollar Index pada pagi hari ini menguat ke 106,66, menguat 0,03%.
Sementara itu, yield surat utang pemerintah AS tenor 10 tahun meningkat menjadi 2,83%, tertinggi sejak 21 Juli.
Melek mengingatkan harga emas masih bisa berpeluang menguat jika terjadi ketegangan geopolitik. Emas melejit pada pekan lalu menyusul terjadinya ketegangan AS dan China setelah Ketua DPR AS Nancy Pelosi mengunjungi Taiwan.
"Jika ada ketegangan isu geopolitik kembali maka pergerakan emas akan terbantu. Namun, itu bukan faktor yang sustain untuk mendorong pergerakan emas. Katalis penggerak selanjutnya adalah laju inflasi yang akan diumumkan pekan depan," imbuh Melek.