Equity World | IHSG Ambruk Lagi, Ini Penyebabnya
Equity World | Performa Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup melemah pada hari ini, Senin, 19 Desember 2022. Beberapa sentimen menjadi faktor pemberat IHSG.
IHSG ditutup turun sebanyak 32 poin atau 0,48% ke posisi 6.779,69. Sepanjang perdagangan, IHSG tak mampu bergerak ke teritorial positif. Adapun titik tertinggi capaian IHSG hari ini berada di level 6.827,81 sementara menyentuh titik terendah pada level 6.754,08 di periode akhir perdagangan sesi II.
Berdasarkan data statistik RTI business, tercatat sebanyak 29 miliar saham diperdagangkan dengan frekuensi perpindahan tangan sekitar 1 juta kali serta nilai perdagangan mencapai 16 triliun rupiah serta kapitalisasi pasar mencapai 9280 triliun rupiah.
Berdasarkan data yang dikeluarkan oleh Bursa Efek Indonesia, sebanyak 309 saham mengalami koreksi, terdapat 203 saham yang menguat, sementara itu sebanyak 194 saham lainnya mendatar.
Sebagian besar saham emiten unggulan mengalami penurunan, termasuk tiga saham bank buku IV. BBNI anjlok 3,83% sementara BMRI dan BBRI turun masing-masing 0,99% dan 0,20%.
Selain bank-bank tersebut, mayoritas saham sektor perbankan finansial mengalami kemunduran. Tiga diantara top losersnya antara lain BRIS yang ambruk 6,67%, ARTO jebol 5,42% serta BBKP melandai 2,91%.
Dari sektor energi, terpantau saham BOSS dan BUMI mengalami pelemahan yang cukup signifikan yaitu secara berurut turun 6,02% dan 2,91%.
Mayoritas Saham Acuan Asia Ambruk
Laju IHSG pada perdagangan kali ini melandai selaras dengan mayoritas bursa saham Asia yang terkunci di zona merah kecuali saham bursa Singapura yang menguat 0,49%.
Indeks Nikkei 225 anjlok 1,05% menjadi ditutup pada 27.237 pada hari ini. Pasar saham di Hong Kong turun 97 poin atau 0,50% menjadi 19.352.
Shanghai Composite ditutup pada 3107,12 atau turun turun 1,92% dalam perdagangan campuran pada hari ini, mencapai level terendah setidaknya dalam tiga minggu.
Investor resah tentang meningkatnya risiko resesi karena bank sentral utama akan memperketat kebijakan lebih lanjut, sementara China terus bergulat dengan lonjakan kasus virus setelah negara itu mencabut pembatasan ketat nol-Covid. Sementara itu, Presiden Xi Jinping mengatakan pada pertemuan kebijakan ekonomi yang baru saja selesai bahwa mendorong konsumsi harus "diutamakan" dalam langkah-langkah baru, sementara Bank Rakyat China berjanji untuk lebih memenuhi kebutuhan ekonomi riil dan menjaga likuiditas yang cukup di pasar keuangan.
Penurunan ekspor dan impor turut pengaruhi pergerakan IHSG
Ekspor dan impor merupakan salah satu indikator yang dapat mempengaruhi pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI).
Badan Pusat Statistik melaporkan kinerja ekspor Indonesia alami penurunan 2,46% (mtm) menjadi USD 24,12 miliar. Ekonom Senior INDEF, Didin S. Damanhuri menyebutkan neraca dagang meski mengalami surplus namun nilainya turun dari OKtober sebesar USD 5,67 Miliar lebih disebabkan kondisi tekanan ekonomi global.
Impor ke Indonesia secara tak terduga turun 1,89 persen tahun-ke-tahun ke level terendah dalam enam bulan sebesar USD 18,96 miliar pada November 2022, berbalik kuat dari lonjakan 17,44 persen pada bulan sebelumnya, dan meleset dari perkiraan pasar tentang pertumbuhan 7 persen.
Ini merupakan penurunan impor pertama sejak Januari 2021, di tengah melemahnya permintaan domestik akibat depresiasi rupiah. Pembelian nonmigas turun 0,89 persen menjadi USD 16,16 miliar; dan impor migas turun 7,30 persen menjadi USD 2,80 miliar, terseret oleh produk minyak (-19,68%) dan gas (-28,18%).
Apabila ekspor dan impor turun, hal ini dapat mempengaruhi pertumbuhan ekonomi Indonesia, karena ekspor dan impor merupakan salah satu penyumbang terbesar terhadap perekonomian Indonesia.
Ketika ekspor dan impor turun, maka permintaan terhadap produk-produk Indonesia di pasar global juga mungkin akan menurun. Ini dapat menyebabkan perusahaan-perusahaan yang mengandalkan ekspor sebagai sumber penghasilan utamanya mengalami penurunan laba. Penurunan laba perusahaan tersebut dapat mempengaruhi harga saham perusahaan tersebut di pasar saham, dan secara langsung mempengaruhi pergerakan IHSG.