Rabu, 25 Mei 2022

Equity World | Bursa Asia Ditutup Berguguran, IHSG Sakti Hijau Sendiri

Equity World | Bursa Asia Ditutup Berguguran, IHSG Sakti Hijau Sendiri

Equity World | Mayoritas bursa Asia-Pasifik ditutup di zona merah pada perdagangan Selasa (24/5/2022), di mana pasar global masih berjuang untuk mempertahankan relinya.

Hanya Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang berhasil ditutup di zona hijau bahkan melesat pada hari ini, yakni melesat 1,07% ke level 6.914,14.

Sedangkan sisanya ditutup terkoreksi. Indeks Nikkei Jepang ditutup merosot 0,94% ke level 26.748,14, Hang Seng Hong Kong ambruk 1,75% ke 20.112,1, Shanghai Composite China anjlok 2,41% ke 3.070,93, Straits Times Singapura melemah 0,58% ke 3.195,04, ASX 200 Australia terkoreksi 0,28% ke 7.128,8, dan KOSPI Korea Selatan ambles 1,57% ke 2.605,87.

Saham produsen kendaraan listrik di China yakni Xpeng ambruk lebih dari 9%, setelah perseroan merilis kinerja keuangannya pada kuartal pertama tahun 2022, di mana rugi bersih Xpeng melebar menjadi 1,7 miliar yuan China (US$ 254,7 juta), dari sebelumnya sebesar 786,6 juta yuan China pada kuartal I-2021.

Sedangkan di Jepang, perusahaan produsen kendaraan yakni Toyota Motor mengatakan akan memangkas produksi globalnya sekitar 100.000 hingga 850.000 pada Juni, karena kekurangan semikonduktor. Saham pembuat mobil Jepang turun 0,56%.

Masih dari Jepang, data pembacaan awal dari aktivitas manufaktur yang tergambarkan pada Indeks Manajer Pembelian (Purchasing Manager's Index/PMI) pada Mei 2022 sedikit berkontraksi menjadi 53,2, dari sebelumnya pada April lalu di angka 53,5.

Sementara di Australia, PMI manufaktur pada bulan ini juga berkontraksi menjadi 55,3, dari sebelumnya pada bulan lalu di angka 58,8.

Meski PMI manufaktur Australia dan Jepang pada Mei 2022 berkontraksi, tetapi sejatinya masih berada di level ekspansi. PMI menggunakan angka 50 sebagai ambang batas. Di bawah 50 artinya kontraksi, sementara di atasnya ekspansi.

Berbalik arahnya bursa Asia-Pasifik pada hari ini terjadi setelah pasar global kesulitan untuk mempertahankan relinya.

Kontrak berjangka (futures) indeks bursa AS turun di pra-pembukaan perdagangan hari ini walaupun saham-saham di Wall Street sempat reli di perdagangan sebelumnya, di mana indeks Dow Jones melesat 618 poin atau 2%. Indeks S&P 500 lompat 1,9% dan Nasdaq menguat 1,6%.

Investor global masih memperdebatkan seberapa agresif bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) akan menaikkan suku bunga untuk menjinakkan inflasi yang masih buas.

Saham produsen kendaraan listrik di China yakni Xpeng ambruk lebih dari 9%, setelah perseroan merilis kinerja keuangannya pada kuartal pertama tahun 2022, di mana rugi bersih Xpeng melebar menjadi 1,7 miliar yuan China (US$ 254,7 juta), dari sebelumnya sebesar 786,6 juta yuan China pada kuartal I-2021.

Sedangkan di Jepang, perusahaan produsen kendaraan yakni Toyota Motor mengatakan akan memangkas produksi globalnya sekitar 100.000 hingga 850.000 pada Juni, karena kekurangan semikonduktor. Saham pembuat mobil Jepang turun 0,56%.

Masih dari Jepang, data pembacaan awal dari aktivitas manufaktur yang tergambarkan pada Indeks Manajer Pembelian (Purchasing Manager's Index/PMI) pada Mei 2022 sedikit berkontraksi menjadi 53,2, dari sebelumnya pada April lalu di angka 53,5.

Sementara di Australia, PMI manufaktur pada bulan ini juga berkontraksi menjadi 55,3, dari sebelumnya pada bulan lalu di angka 58,8.

Meski PMI manufaktur Australia dan Jepang pada Mei 2022 berkontraksi, tetapi sejatinya masih berada di level ekspansi. PMI menggunakan angka 50 sebagai ambang batas. Di bawah 50 artinya kontraksi, sementara di atasnya ekspansi.

Berbalik arahnya bursa Asia-Pasifik pada hari ini terjadi setelah pasar global kesulitan untuk mempertahankan relinya.

Kontrak berjangka (futures) indeks bursa AS turun di pra-pembukaan perdagangan hari ini walaupun saham-saham di Wall Street sempat reli di perdagangan sebelumnya, di mana indeks Dow Jones melesat 618 poin atau 2%. Indeks S&P 500 lompat 1,9% dan Nasdaq menguat 1,6%.

Investor global masih memperdebatkan seberapa agresif bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) akan menaikkan suku bunga untuk menjinakkan inflasi yang masih buas.