Selasa, 17 Maret 2020

PT Equity World | Emas Ambles Lebih dari 4%, Uang Tunai Kini Lebih Berharga

PT Equity World | Emas Ambles Lebih dari 4%, Uang Tunai Kini Lebih Berharga

PT Equity World | Harga emas dunia ambles pada perdagangan Senin (16/3/2020) hingga ke bawah US$ 1.500/troy ons meski bank sentral Amerika Serikat (AS) atau Federal Reserve (The Fed) memangkas suku bunga secara agresif bahkan mengaktifkan kembali program pembelian aset (Quantitative Easing/QE).

Memang di awal perdagangan hari ini, emas sempat melesat naik 2,84% ke US$ 1.572,79/troy ons, tetapi seiring berjalannya waktu logam mulia ini memangkas penguatan. Hingga akhirnya ambles 4,11% ke US$ 1.466,4/troy ons. Level tersebut merupakan yang terlemah sejak 13 Desember 2019.

Posisi tersebut sedikit membaik, pada pukul 18:29 WIB, emas diperdagangkan di level US$ 1.478/troy ons, melemah 3,34% di pasar spot, melansir data Refinitiv.

Harga emas melesat naik setelah The Fed mengumumkan pemangkasan suku bunga acuan (Federal Funds Rate/FFR) sebesar 100 basis poin (bps) menjadi 0-0,25%. Suku bunga tersebut menjadi yang terendah sejak tahun 2015. Selain itu The Fed juga mengaktifkan kembali program pembelian aset (Quantitative Easing/QE) senilai US$ 700 miliar.

Bank sentral paling powerful di dunia ini juga memangkas suku bunga pinjaman darurat untuk perbankan sebesar 125 bps menjadi 0,25% dan memperpanjang tenornya menjadi 90 hari. Pemangkasan suku bunga agresif dilakukan demi melindungi perekonomian AS dari dampak negatif pandemi virus corona.

"Dampak penyebaran virus corona akan membebani aktivitas ekonomi dalam jangka pendek sehingga menimbulkan risiko terhadap prospek ke depan. Dengan perkembangan ini, Komite memutuskan untuk menurunkan target suku bunga," sebut keterangan tertulis The Fed.

Suku bunga rendah dan QE merupakan kombinasi yang sempurna bagi emas untuk terus melesat naik. Saat krisis finansial global 2008, The Fed juga melakukan hal yang sama, dampaknya harga emas terus bergerak naik hingga mencapai rekor tertinggi US$ 1.920/troy ons pada bulan September 2011.

Namun saat ini kondisinya terlihat berbeda, pelaku pasar tidak terlalu tertarik lagi dengan emas akibat pandemik virus corona (COVID-19) yang belum diketahui sampai kapan berlangsung, serta kejatuhan bursa saham global.



Investor Beralih ke Uang Tunai, Harga Emas Jatuh ke Bawah USD 1.500 | PT Equity World


Semakin lama pandemi COVID-19 berlangsung, aktivitas ekonomi akan semakin menurun seiring semakin banyaknya negara yang mengisolasi warganya COVID-19 tidak terus menyebar. Pertumbuhan ekonomi global semakin berisiko terpangkas lebih dalam.

Tanpa aktivitas ekonomi, masyarakat tentu memerlukan uang tunai untuk memenuhi kebutuhannya, sehingga uang tunai menjadi lebih menarik dibandingkan emas atau saham. Dua instrumen investasi yang berstatus berlawanan itu (emas = safe haven, saham = aset berisiko) akhirnya sama-sama mengalami aksi jual dan bergerak searah, sama-sama merosot.

"Pasar sangat bimbang dan ada banyak pendapat yang berbeda. Investor saat ini membuat segalanya, dan mereka hanya ingin uang tunai" kata Margaret Yang Yan, analis CMC Market, sebagaimana dilansir CNBC International.

Yan juga mengatakan saat ini pasar berada dalam situasi yang tidak biasa, dan teori suku bunga rendah dan QE dapat menguatkan harga emas sedang tidak berlaku. Senada dengan Yan, analis senior di OANDA Jeffrey Halley juga menyatakan saat ini emas tidak terpengaruh dengan suku bunga rendah dan QE.

"Sayangnya, saat ini bukan waktu yang normal dan aturan biasa (emas menguat saat suku bunga rendah dan QE) terlihat tidak bisa diterapkan. Jika bursa saham merosot, maka likuidasi posisi long (beli) emas tidak akan terhindarkan" ujarnya sebagaimana dikutip CNBC International.