Equity World | Jumat Keramat, Bursa Saham Asia Sekarat!
Equity World | Bursa saham Asia hancur lebur pada perdagangan pagi ini. Pelemahan 7-8% menjadi hal yang wajar.
Investor dibuat cemas bukan kepalang gara-gara penyebaran virus corona. Berdasarkan data satelit pemetaan ArcGis, per pukul 06:44 WIB jumlah kasus corona di seluruh dunia adalah 128.343. Sedangkan korban meninggal tercatat 4.718 orang.
Jumlah kasus di China, asal muasal virus corona, terus melambat. Kemarin, tambahan kasus baru di Negeri Tirai Bambu sudah mencapai satu digit.
"Puncak epidemi di China sudah berlalu. Tambahan kasus baru terus berkurang," ujar Mi Feng Juru Bicara Komisi Kesehatan China, seperti diberitakan Reuters.
Zhong Nanshan, penasihat kesehatan senior pemerintah China, memperkirakan penyebaran virus corona akan mulai mereda pada Juni. Dengan catatan seluruh negara melakukan antisipasi yang tepat.
"Nasihat saya, seluruh negara harus mengikuti arahan WHO (Organisasi Kesehatan Dunia). Jika semua negara melakukan itu, maka ini semua akan berakhir pada Juni," kata Zhong, seperti dikutip dari Reuters.
Corona Bikin Geger
Namun penyebaran virus di negara lain yang bikin geger. Misalnya di Italia. Jumlah kasus corona di Negeri Menara Pisa adalah 12.462 dengan korban jiwa 827 orang. Artinya, rasio kematian akibat virus corona di Italia hampir mencapai 7%, jauh di atas rata-rata dunia yaitu sekitar 3%.
Berbagai negara melakukan langkah ekstrem untuk meredam penyebaran virus lebih lanjut. Seluruh Italia masih dalam masa isolasi, tidak ada warga yang boleh keluar rumah kecuali bekerja atau mengakses pelayanan medis darurat.
AS resmi melarang warga dari 26 negara Eropa untuk menginjakkan kaki di Negeri Paman Sam. Disneyland di California ditutup untuk umum.
Cash is The King, Harga Emas Ikut Anjlok | Equity World
Sementara Presiden Prancis Emmanuel Macron mengatakan negaranya sedang menghadapi krisis kesehatan terparah dalam seabad ini. Mulai Senin pekan depan, Prancis akan meliburkan sekolah untuk mencegah penularan lebih lanjut. Di Irlandia, pemerintah akan meliburkan sekolah, kampus, dan tempat-tempat penitipan anak sampai 29 Maret.
Berbagai kebijakan tersebut membuat aktivitas publik menjadi sangat terbatas. Minimnya aktivitas sama dengan menghambat laju roda perekonomian.
Oleh karena itu, risiko perlambatan ekonomi global sudah tidak bisa dihindari lagi. Bahkan pembicaraan soal kemungkinan resesi menjadi semakin santer.
"Saat ini perekonomian sedang mengarah ke U-Shaped (penurunan tajam dan disertai proses pemulihan yang lambat). Dasarnya akan sangat dalam, dekat dengan resesi," kata Michelle Meyer, Kepala Ekonom Bank of America Securities, seperti dikutip dari Reuters.
Dihantui oleh risiko perlambatan ekonomi, atau bahkan sampai resesi, investor mana yang tidak dag-dig-dug? Kalau tidak ada kabar baik, maka aksi jual massal alias sell off masih akan terjadi di pasar keuangan Asia.