PT Equity World | Saham-saham Asia Pasifik bervariasi pada Kamis (02/09) pagi. Investor menunggu data ketenagakerjaan lanjutan AS untuk mendapat petunjuk lebih lanjut mengenai jadwal pengurangan aset Federal Reserve AS.
Nikkei 225 Jepang naik 0,14% di 28.491,00 pukul 09.18 WIB sementara KOSPI Korea Selatan melemah 0,61% di 3.187,57 menurut data Investing.com.
Bursa Wall Street Berakhir Mixed; Indeks Nasdaq Dikuatkan Saham Teknologi | PT Equity World
Di Australia, ASX 200 terus turun 0,86% di 7.462,50, meskipun data perdagangan dirilis lebih baik dari perkiraan untuk bulan Juli. Ekspor tumbuh sebesar 5% dan impor tumbuh 3% bulan ke bulan, sedangkan neraca perdagangan mencapai AUD12,117 miliar.
Indeks Hang Seng Hong Kong menguat 0,92% ke 26.268,00. Adapun Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) naik tipis 0,06% di 6.094,74 pukul 09.32 WIB.
Shanghai Composite China naik 0,36% di 3.579,93 pukul 09.23 WIB sedangkan Shenzhen Component naik 0,17% ke 14.338,08. Saham-saham teknologi China yang terdaftar di AS memperpanjang pergerakan rebound di tengah harapan bahwa pengetatan peraturan baru-baru ini dapat mereda. People’s Bank of China (PBOC) juga mengatakan akan menyediakan dana murah senilai CNY300 miliar ($46,41 miliar) untuk mendukung perusahaan kecil dan menengah.
Data dari AS yang dirilis pada hari Rabu menunjukkan perubahan ketenagakerjaan nonpertanian ADP tercatat 374.000, sedangkan indeks manajer pembelian manufaktur dari Institute of Supply Management (ISM) mencapai 59,9 di bulan Agustus.
Data lebih lanjut akan dirilis sepanjang minggu, mulai dari pesanan pabrik serta data perdagangan termasuk ekspor, impor dan neraca perdagangan, akan diketahui hari ini. Laporan pekerjaan AS, termasuk ketenagakerjaan nonpertanian, akan menyusul sehari kemudian.
Investor terus menilai apakah wabah COVID-19 terbaru yang melibatkan varian Delta telah mencapai puncaknya dan berdampak pada kebijakan bank sentral. Dengan saham global mendekati rekor tertinggi dan terjadi penurunan volatilitas pasar, beberapa investor masih tetap optimis.
“Pasar lebih mengurangi COVID-19 sebagai risiko dalam hal yang sangat menghambat kegiatan ekonomi. Kami pikir The Fed akan menepati janjinya dan mereka akan memulai pengurangan aset nanti pada tahun 2021. Tapi kami tidak berpikir mereka akan terburu-buru menaikkan suku bunga,” Kepala Strategi Alokasi Aset Global Wells Fargo (NYSE:WFC) Investment Institute Tracie McMillion mengatakan kepada Bloomberg.
Prospek pasar Treasury AS kemungkinan akan menjadi salah satu pertanyaan kunci usai investor Bill Gross mengatakan bahwa imbal hasil 10 tahun “tidak memiliki tujuan selain naik” dan akan mencapai 2% selama tahun 2022. Sementara itu, ahli strategi teknikal JPMorgan Chase & Co. (NYSE:JPM) Jason Hunter mengatakan bahwa imbal hasil bisa mencapai 1,90% dalam beberapa bulan mendatang.
Imbal hasil acuan Treasury 10 tahun mendekati angka 1,30%.