Equity World | Bursa saham Asia melemah dan dollar bertahan kuat pada perdagangan Senin (20/9) pagi. Pergerakan pasar pekan ini akan disemarakkan dengan sekitar selusin pertemuan bank sentral yang fokus melihat arah kebijakan The Fed yang diperkirakan kemungkinan akan mengambil langkah menuju tapering atau pengurangan pembelian aset.
Libur di Jepang, Cina dan Korea Selatan membuat perdagangan bursa cukup tipis pada awal pekan ini. Faktor politik juga ikut menambah ketidakpastian di pasar seperti di Kanada dan Jerman yang tengah melakukan pemilihan umum.
Harga Emas Naik Dipicu Kekhawatiran Evergrande dan Turunnya Harga Saham | Equity World
Pelaku pasar juga tengah menanti nasib raksasa properti China Evergrande. Perusahaan yang memiliki kewajiban sekitar US$ 300 miliar ini akan menghadapi pembayaran bunga jatuh tempo pada Kamis (23/9).
Jika tidak ada solusi terkait pembayaran utang Evergrade ini maka bisa menjadi risiko sistemik di sektor keuangan China. Kondisi ini ditambah dengan tindakan keras pemerintah China terhadap perusahaan teknologi semakin meningkatkan kekhawatiran bagi pelaku pasar sehingga memukul bursa Hong Kong pekan lalu.
Indeks MSCI dari saham Asia-Pasifik di luar Jepang turun 0,2% pada Senin pagi, setelah minggu lalu turun 2,5%. Nikkei Jepang ditutup melakukan konsolidasi setelah melonjak ke level tertinggi dalam 30-tahun di tengah harapan Perdana Menteri baru akan membawa stimulus ekstra dan perubahan kebijakan.
Indeks berjangka Nasdaq turun 0,1% dan kontrak berjangka S&P 500 tidak berubah di saat Wall Street berakhir melemah pekan lalu setelah data indeks kepercayaan konsumen AS mengecewakan.
The Fed diperkirakan akan meletakkan dasar untuk pengurangan pembelian aset pada pertemuan yang akan digelar Selasa dan Rabu, meskipun konsensus memperkirakan pengumuman final akan ditunda hingga pertemuan pada November atau Desember.
Imbal hasil Treasury 10 tahun menyentuh tertinggi dua bulan dan kurva mendatar ke depan majelis. "Kurva imbal hasil yang lebih datar menunjukkan beberapa kekhawatiran The Fed dapat melampaui siklus kenaikan," ujar Tapas Strickland, direktur ekonomi di NAB memperingatkan.
Dia mencatat hanya 2-3 anggota FOMC yang ingin mengubah perkiraan dot plot mereka untuk kenaikan pada tahun 2022 untuk menjadikannya rata-rata, mengingat tujuh dari 18 telah memperkirakan langkah itu akan diambil tahun depan. "The Fed bahkan dapat memiliki titik-titik untuk 2024 yang mampu memberikan tanda kecuraman siklus kenaikan bunga yang potensial." katanya dikutip Reuters, Senin (20/9).
Sementara perkiraan rata-rata analis, akan terjadi dua kenaikan pada 2023 dan empat pada tahun 2024 dengan suku bunga dana The Fed jaga panjang diperkirakan 2,125%.
Bank sentral di Uni Eropa, Jepang, Inggris, Swiss, Swedia, Norwegia, Indonesia, Filipina, Taiwan, Brasil, Afrika Selatan, Turki, dan Hongaria semuanya mengadakan konferensi minggu ini. Norwegia diperkirakan menjadi yang pertama di G10 untuk meningkatkan suku bunga.
Kenaikan imbal hasil AS dan penghindaran ancaman umum telah menguntungkan dollar yang mendekati level tertinggi satu bulan di 93,232 pada sekeranjang mata uang.
Dolar berada di kisaran 109,96 terhadap yen, sedangkan euro mendekati level terendah dalam tiga minggu di US$ 1,1728 sebagian karena ketidakpastian menjelang pemilihan Jerman akhir pekan ini. Dollar yang lebih kuat membebani emas, yang tertahan di US$ 1.753 per ounce setelah turun 1,9% minggu lalu.