Equity World | Anjlok Terseret Krisis Minyak
Equity World | Pasar saham Wall Street pada penutupan Selasa (Rabu pagi WIB), anjlok terseret krisis minyak. Perdagangan terfokus pada pasar minyak yang harganya terus turun, bahkan minyak mentah WTI untuk kontrak Mei dihargai negatif, di bawah nol. Dow Jones Industrial Average merosot 631,56 poin, atau lebih 2,6% menjadi 23.018,88. Dalam dua hari ini, Dow sudah terpangkas lebih 1.200 poin. Sementara itu, indeks S&P 500 turun 2,7% menjadi 2.736,56, sedangkan Nasdaq Composite turun 3,5% menjadi 8.263,23.
Fokus pasar masih pada kejadian aneh terkait minyak berjangka AS, West Texas Intermediate (WTI). Pada hari Senin, harga minyak WTI untuk kontrak Mei jatuh dibawah nol dan berada di level negatif aktual, yang berarti produsen akan membayar seseorang untuk mengambil minyak dari tangan mereka. Ini sangat aneh sehingga menimbulkan kekhawatiran tentang kerugian mendalam bagi industri energi yang menghantam ekonomi AS lebih jauh. Kejatuhan harga minyak menjadi indikasi dampak dari kerusakan ekonomi yang ditimbulkan oleh pandemi virus corona (Covid-19). Pencegahan penularan Covid-19 yang mengharuskan orang tetap tinggal di rumah dan pabrik-pabrik serta perkantoran tutup telah menurunkan permintaan minyak secara tajam. Di sisi lain, kilang minyak di AS dikabarkan sudah terisi hampir penuh.
Polling Harga Emas Dunia, Berapa Harganya di Akhir Tahun Ini? | Equity World
"Jika kita membutuhkan pengingat tentang penurunan mendadak dan aneh, minyak berjangka WTI untuk kontrak Mei dihargai negatif," kata Tom Lee, kepala penelitian di Fundstrat Global Adivsors, dalam sebuah catatan. Yang lebih memprihatinkan lagi, kontrak minyak WTI untuk bulan Juni, lebih aktif diperdagangkan, juga melorot 43,4% menjadi US$ 11,57 per barel. Sementara itu, harga minyak yang menjadi acuan internasional, Brent, juga turun menjadi US$ 19.01 per barel. John Kilduff, mitra pendiri di Again Capital, mengatakan pemotongan produksi minyak di AS harusnya memperbaiki situasi.“Saya dapat memberi tahu Anda bahwa AS telah memangkas produksi 700.000 barel. Kami berada di 13,1 [juta] beberapa minggu yang lalu. kita akan melihat data dari laporan mingguan Departemen Energi,” katanya. Sadad Al-Husseini, pemilik Husseini Energy Co., mengatakan masalah permintaan jelas dalam data. “Permintaan telah runtuh. Saya tidak bisa melihat bagaimana kontrak April bisa bertahan, karena tidak ada lagi permintaan untuk minyak,” katanya. Rob Thummel, manajer portofolio di Tortoise, melihat peluang dalam beberapa saham energi.“Untuk saham yang memberi dividen, fokus kami adalah pada midstream dan perusahaan-perusahaan ini tangguh. Mereka benar-benar menghasilkan uang tunai dan tidak memiliki eksposur harga komoditas ,” katanya.