Jumat, 13 Desember 2019

Equity World | Emas Melesat Lagi, Apa Benar Bisa ke US$ 1.600/oz?

Equity World | Emas Melesat Lagi, Apa Benar Bisa ke US$ 1.600/oz?

Equity World | Harga emas global melesat lagi memasuki perdagangan sesi Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Kamis (12/12/2019) hingga mencapai level tertinggi dalam satu bulan terakhir.

Pada pukul 21:25 WIB, emas diperdagangkan di kisaran US$ 1.483,87/troy ons, menguat 0,59% di pasar spot melansir data Renititiv. Sebelumnya berada di titik itu, emas bahkan lebih tinggi lagi di US$ 1.486,8/troy ons, melewati level tertinggi satu bulan sebelumnya US$ 1.484/troy ons dicapai pada Rabu (4/12/2019) pekan lalu.

Namun sayangnya di akhir perdagangan Rabu pekan lalu, emas justru kembali bawah US$ 1.480/troy ons.

Banyak analis menganggap level US$ 1.480/troy ons adalah kunci pergerakan emas. Jika mampu bertahan di atas level tersebut hingga akhir perdagangan, emas bisa melaju naik lagi ke depannya.

Hal tersebut tentunya mengacu pada analisis teknikal, secara fundamental emas juga sedang mendapat "bantuan" untuk menguat dari kebijakan moneter bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed).

The Fed dalam pengumuman kebijakan moneter dini hari tadi memutuskan mempertahankan suku bunga 1,5-1,75% setelah melakukan pemangkasan tiga kali pemangkasan di tahun ini, masing-masing sebesar 25 basis poin (bps).

The Fed juga mengindikasikan suku bunga tidak akan dinaikkan pada tahun depan, dolar AS langsung rontok dan harga emas melesat 0,74%.

Emas global merupakan aset yang dibanderol mata uang Paman Sam, ketika dolar AS melemah maka harganya akan lebih murah bagi pemegang mata uang lainnya, sehingga permintaan bisa meningkat.

Selain itu sebagai aset tanpa imbal hasil, suku bunga rendah akan membuat berinvestasi emas menjadi lebih menguntungkan karena opportunity cost (biaya yang ditanggung dalam berinvestasi di emas dan mengabaikan aset lainnya) menjadi rendah.

Selain itu pelaku pasar menanti perkembangan terbaru perundingan AS-China, mengingat deadline yang semakin dekat. Sampai saat ini AS masih berencana untuk mengenakan bea masuk tambahan terhadap importasi produk China senilai US$ 156 miliar pada 15 Desember, jika kedua negara belum meneken kesepakatan dagang hingga tenggat waktu tersebut.

Kabar terbaru yang diwartakan CNBC International menyebutkan Presiden AS Donald Trump akan bertemu dengan dengan para penasihatnya hari Kamis waktu setempat untuk membahas bea masuk tambahan tersebut.


Equity World


Duh! Kemarin PHP, Harga Emas Antam Ambles Lagi Hari Ini | Equity World



Harga emas digerakkan oleh dua faktor utama tersebut, kebijakan moneter The Fed dan perkembangan perang dagang. Meski demikian, di tahun depan, emas diprediksi kembali menguat melewati level tertinggi tahun ini oleh bank investasi ternama Goldman Sachs.

Menurut analis Goldman Sachs, Mikhail Sprogis, harga emas masih akan mencapai level US$ 1.600/troy ons meski pertumbuhan ekonomi global membaik. Alasannya ketika perekonomian global bangkit, maka mata uang utama lain juga akan menguat melawan dolar AS. Mata uang emerging market di Asia juga diprediksi menguat melawan greenback.

Menguatkan pendapat Goldman, UBS Group AG juga memprediksi emas akan mencapai level yang belum pernah disentuh sejak Mei 2013 itu. UBS melihat Pemilihan Umum (Pemilu) AS pada tahun 2020 bisa memicu volatilitas emas. Selain itu sikap Presiden Trump yang sering berubah-ubah juga dapat memicu kenaikan harga emas.

"Siapa yang tahu apa yang akan dilakukan Presiden Trump selanjutnya, ia telah mengejutkan kita berulang kali. Kita juga akan melaksanakan Pemilu Presiden, jadi volatilitas di pasar akan tinggi, dan banyak noise" kata analis komoditas UBS, Giovanni Staunovo, sebagaimana dilansir Bloomberg.