PT Equity World | Wall Street ambles usai imbal hasil US Treasury naik ke level tertinggi dalam dua tahun. Kinerja Goldman Sachs yang lebih rendah turut membebani saham sektor keuangan dan saham teknologi pun melanjutkan aksi jual yang akhirnya mendorong pelemahan pada tiga indeks utama.
Selasa (18/1), indeks Dow Jones Industrial Average ditutup turun 543,34 poin atau 1,51% menjadi 35.368,47, indeks S&P 500 melemah 85,74 poin atau 1,84% ke 4.577,11 dan indeks Nasdaq Composite ambles 386,86 poin atau 2,6% ke 14.506,90.
Dari 11 sektor pada indeks S&P 500, 10 sektor ditutup melemah dengan sektor teknologi jatuh paling dalam. Sektor Energi, dengan persentase kenaikan tertinggi sejauh ini pada tahun 2022, adalah satu-satunya sektor yang menguat setelah ditutup naik naik 0,4%.
Penurunan saham megacap, termasuk Microsoft, Apple dan Meta Platform, sangat membebani indeks S&P 500 di antara pergerakan saham individu.
Sementara itu, indeks Nasdaq turun paling banyak di antara indeks utama pada perdagangan sesi ini. Bahkan, Nasdaq telah ambles sekitar 9,7% dari rekor penutupan tertinggi yang dicetak pada 19 November 2021 silam, dan hampir mengkonfirmasi koreksi 10% untuk pertama kalinya sejak awal 2021.
Indeks yang diisi oleh saham sektor teknologi-berat juga ditutup di bawah 200. Yang merupakan rata-rata pergerakan harian, level dukungan teknis utama, untuk pertama kalinya sejak April 2020.
Pada sesi kali ini, saham Goldman Sachs turut menjadi salah pendorong koreksi setelah anjlok 7%. Hal tersebut terjadi setelah kinerja bank investasi itu meleset dari ekspektasi laba kuartalan di tengah aktivitas perdagangan yang lemah.
Sektor keuangan, yang telah menjadi salah satu kelompok yang berkinerja lebih baik pada tahun 2022, pun ditutup melemah 2,3%.
"Sektor keuangan yang sedikit runtuh di bawah beban pendapatan kuartal yang kurang mengesankan mungkin merupakan faktor terbesar hari ini," kata Chuck Carlson, Chief Executive Officer Horizon Investment Services di Hammond, Indiana.
“Ketika Anda telah mengeluarkan salah satu area yang berpotensi bekerja baik di sini, hal itu akan membuat pasar menjadi buruk,” lanjut Carlson.
Di sisi lain, imbal hasil Treasury AS tenor acuan pun melonjak ke tertinggi dalam dua tahun. Di mana, imbal hasil US Treasury tenor 2 tahun menembus 1%, karena para pedagang bersiap menyambut Federal Reserve agar lebih agresif dalam mengatasi inflasi yang tidak mereda.
Kenaikan tajam dalam imbal hasil obligasi ini di awal 2022, telah membebani kinerja saham khususnya pada saham teknologi dan pertumbuhan. Yang mana, arus kas masa depan dari kedua sektor tersebut diproyeksi tertahan lebih tajam dengan yield US Treasury yang meningkat.
"Cetak inflasi yang panas telah menakuti pasar bahwa The Fed akan bergerak dan kami melihat kenaikan imbal hasil ini," kata Mona Mahajan, Senior Investment Strategist di Edward Jones.
"Bukan hanya kenaikan hasil tetapi kenaikan hasil yang cepat, yang benar-benar menyebabkan beberapa gangguan pencernaan di pasar, tetapi terutama dalam sisi pertumbuhan, penilaian yang lebih tinggi, kelas aset yang lebih spekulatif," jelas Mahajan.
Sebuah survei BofA menunjukkan bahwa fund manager telah memangkas posisi overweight di sektor teknologi ke level terendah sejak tahun 2008. Sementara dari survei lain yang dilakukan Deutsche Bank terlihat bahwa mayoritas responden percaya saham teknologi AS berada di wilayah bubble.
Kini, investor memusatkan perhatian pada pertemuan kebijakan The Fed yang digelar minggu depan untuk kejelasan lebih lanjut tentang langkah bank sentral selanjutnya untuk mengendalikan inflasi.
Data minggu lalu menunjukkan harga konsumen di Amerika Serikat (AS) meningkat dengan kuat pada bulan Desember, yang berpuncak pada kenaikan inflasi tahunan terbesar dalam hampir empat dekade.
Dalam berita perusahaan, saham Activision melonjak hampir 26% setelah Microsoft mengumumkan kesepakatan untuk membeli pembuat video-game itu seharga US$ 68,7 miliar.
Sementara, saham perusahaan video game lainnya turut naik, dengan Electronic Arts menguat 2,7% dan Take-Two Interactive Software naik 1%. Namun, di sisi lain, saham Microsoft malah turun 2,4%.