Rabu, 22 Oktober 2014

Minyak mentah WTI Naik Untuk Hari Kedua


Minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) naik untuk hari kedua jelang laporan yang mungkin menunjukkan persediaan bahan bakar bermotor menyusut ke level 2 tahun terendahnya di AS, yang merupakan konsumen minyak terbesar.
Kontrak berjangka yang berakhir pada bulan Desember naik 0,5 % di New York. Persediaan bensin kemungkinan turun 1,45 juta barel menjadi 204.200.000, menurut survei Bloomberg News jelang rilis data Administrasi Informasi Energi hari ini. Merupakan level terendahnya sejak November 2012 lalu. Persediaan turun sebesar 500.000 barel sampai 17 Oktober kemarin, American Petroleum Institute melaporkan kemarin, menurut Bain Energi.
Minyak mentah WTI untuk pengiriman bulan Desember menguat 38 sen ke level $ 82,87 per barel di perdagangan elektronik di New York Mercantile Exchange dan berada di level $ 82,73 pukul 10:16 pagi waktu Sydney. Kontrak pada bulan November yang berakhir kemarin setelah sebelumnya naik 10 sen ke level $ 82,81. Volume semua berjangka yang diperdagangkan sebesar 57 % di bawah rata-rata 100-hari. Bulan depan harga menurun 16 % tahun ini.
Minyak Brent untuk pengiriman bulan Desember naik 82 sen, atau 1 % ke level $ 86,22 per barel di London berbasis ICE Futures Europe exchange kemarin. Minyak mentah acuan Eropa mengakhiri sesi dengan premi sebesar $ 3,73 dibandingkan minyak WTI pada bulan yang sama. (knc)
Sumber : Bloomberg

Emas Meningkat di Dekat Level 6 Pekan Tertinggi ditengah Perlambatan Ekonomi China



Emas ditransaksikan mendekati level tertingginya sejak awal September lalu pada hari Rabu, didukung oleh kekhawatiran atas melambatnya pertumbuhan ekonomi di China.
Spot emas stagnan pada level $1,247.45 per onspada 07:36 wakatu Singapura, tidak jauh di bawah level tertingginya pada hari Selasa dari level $1,255.20, yang yang paling tertiggi sejak 10 September lalu.
Emas berjangka AS menurun sebesar 0,3 persen ke level $ 1,248.10 per ons.
Bank sentral China kemungkinan akan menahan penurunan suku bunga bahkan ketika pertumbuhan ekonomi melambat ke angka terendahnya dalam seperempat abad terakhir, seiring politik mempengaruhi reformasi pelaksanaan kebijakan moneter.
Data yang dirilis pada hari Selasa menunjukkan ekonomi terbesar kedua dunia itu tumbuh 7,3 persen menjadi tahunan di kuartal ketiga, laju terlemah sejak awal 2009 lalu. (izr)
Sumber: Reuters

Jumat, 17 Oktober 2014

Minyak Mentah WTI Rebound Pasca Melemah Dibawah $ 80

Minyak mentah AS Berjangka rebound setelah sebelumnya melemah di bawah $ 80 untuk pertama kalinya sejak Juni 2012 lalu. Sementara minyak Brent naik dari level terendahnya dalam hampir 4 tahun terakhir.
Minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman bulan November menguat sebesar 22 sen, atau 0,3 persen, ke level $ 82 pada pukul 12:20 waktu New York setelah sebelumnya anjlok sebesar 2,5 persen.
Minyak Brent untuk pengiriman bulan November yang berakhir hari ini, menguat sebesar 27 sen, atau 0,3 persen, ke level $ 84,05 per barel di London berbasis ICE Futures Europe exchange. Kontrak berjangka sebelumnya jatuh ke level $ 82,60, yang merupakan level terendahnya sejak November 2010 silam. (knc)
Sumber : Bloomberg

Ekonomi Global Melambat, Dollar Menuju Penurunan Mingguan

Dollar menuju penurunan mingguan terhadap 11 dari 16 mata uang lainnya akibat para investor mengkaji apakah melambatnya pertumbuhan ekonomi global akan memperburuk momentum ekonomi AS.

Dollar AS menahan penurunan pekan ini menjelang rilis data yang diperkirakan akan menunjukkan kenaikan pada pembangunan rumah dan izin mendirikan bangunan pada Negeri Paman Sam tersebut. Para investor telah mendorong kembali perkiraan terkait waktu bagi Federal Reserve yang akan menaikkan suku bunga, sehingga mengantarkan imbal hasil obligasi Treasury AS turun.

Dollar berada pada level 106.34 yen pukul 9:19 pagi waktu Tokyo dari level kemarin 106.33, menuju penurunan mingguan 1.2%. Sementara hari ini Dollar stagnan pada level $1.2809 per euro, turun 1.4% sejak 10 Oktober lalu. Dollar Selandia Baru berada pada level 79.52 sen, mencatat gain 1.7% dalam sepekan terakhir, kenaikan tajam sejak 13 Juni lalu. (bgs)

Sumber : Bloomberg